Bila membahas tentang keberadaan negara Suriname, maka lokasinya berada tepat di Amerika Selatan. Negara kecil yang dihuni kurang dari satu juta penduduk ini, cukup menarik karena memiliki keterikatan dengan suku Jawa yang ada di Indonesia.
Sampai saat ini, negara Suriname masih banyak dihuni oleh orang-orang keturunan suku Jawa. Bahkan, beberapa kawasan di Suriname yang kental dengan adat istiadat Jawa, sekarang banyak dijadikan pilihan eduwisata.
Penasaran? Kira-kira apa saja fakta negara Suriname yang banyak dihuni oleh orang Jawa? Informasi lengkapnya, simak dalam artikel berikut ini, Bela.
1. Suriname termasuk negara jajahan Belanda
Keberadaan negara Suriname atau secara resmi bernama Republik Suriname memiliki Ibu Kota Paramaribo. Negara bekas jajahan Belanda ini, dulunya bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda.
Suriname memiliki luas negara yang mencapai 163.265 kilometer persegi dengan panjang pantai sekitar 275 kilometer. Negara ini, berbatasan dengan Guyana Prancis di timur dan Guyana di barat. Sedangkan, di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara berbatasan dengan Samudra Atlantik.
2. Suriname punya SDA bauksit, emas, dan tebu
Suriname termasuk satu dari tiga negara terkecil yang ada di Amerika Selatan. Pada abad ke-19 Belanda menjajah banyak sekali negara, termasuk Suriname dan Indonesia.
Kala itu, Belanda menjajah Indonesia karena keberadaan rempah-rempahnya. Sedangkan, kedatangan Belanda ke Suriname untuk mengambil hasil tebu, serta tambang bauksit dan emas.
Selama beberapa tahun menjajah di Suriname, ternyata pada tahun 1873 kontrak kerja para buruh di pabrik gula Meriënburg Suriname sudah habis. Saat itu, buruh-buruhnya adalah penduduk asli Guyana atau nenek moyang orang Suriname.
3. Belanda boyong orang Jawa ke Suriname
Lantaran Belanda merasa sudah tidak memiliki pekerja, maka saat itu tercetuslah ide untuk membawa orang Indonesia yang ada di Pulau Jawa sebagai buruh. Indonesia sendiri menjadi negara ketiga yang dibawa oleh Belanda ke Suriname, di mana sebelumnya, Belanda telah memboyong orang India dan Tiongkok.
Keberangkatan orang-orang suku Jawa ke Suriname, pertama kali pada 27 Mei 1890. Mereka naik kapal dari Batavia (Jakarta) menuju ke Amsterdam, lalu para buruh ini lanjut naik kapal menuju Suriname.
Para buruh dari Indonesia sampai di Suriname pada 9 Agustus 1890, sehingga mereka memerlukan waktu perjalanan sekitar tiga bulan. Sebagai informasi, imigrasi ini berlangsung selama 49 tahun, yakni dari periode tahun 1890 hingga 1939. Selama kurun waktu itu, ada 32.965 orang Jawa yang melakukan imigrasi ke Suriname.
Sebenarnya ribuan orang tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, ada orang Jawa Barat, Jawa Tengah, Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Akan tetapi, kala itu pemberangkatan dari Pulau Jawa, sehingga mereka semua lebih mudah dianggap sebagai orang Jawa.
4. Gunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari
Saat berkunjung ke Suriname, masih ada masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Sejauh ini, generasi ketiga atau keempat masih bisa melafalkan beberapa kosakata dalam bahasa Jawa.
Namun, untuk anak usia remaja sudah lebih banyak menggunakan bahasa Belanda, karena itulah bahasa resmi di Suriname. Orang di Suriname juga berbicara dengan sranang tongo, bahasa Hindustani, dan bahasa Jawa Suriname.
Perlu diketahui, kalau bahasa Jawa yang digunakan oleh orang-orang Suriname kini adalah jowo ngoko atau bahasa Jawa kasar. Mengingat, generasi sekarang sudah lebih banyak menggunakan bahasa nasional ataupun bahasa Inggris.
5. Cara unik tentukan Hari Raya Idulfitri
Tercatat kalau masyarakat di Suriname terdiri dari beberapa macam agama, seperti Hindu, Protestan, Katolik Roma, hingga Islam. Dari semua agama itu, Islam termasuk agama yang cukup banyak dianut oleh orang-orang imigran dari Indonesia.
Hal itu yang memunculkan cara unik dalam menentukan Hari Raya Idulfitri. Masyarakat Islam di Suriname tidak melihat hilal terlebih dulu untuk menentukan tanggal 1 Syawal. Akan tetapi, mereka menggunakan perhitungan primbon agar tahu hari perayaan Idulfitri.
Primbon merupakan penanggalan nenek moyang dari suku Jawa, yang masih digunakan oleh masyarakat Suriname yang juga keturunan Jawa. Lantaran, masih banyak dari mereka yang menerapkan budaya Islam kejawen.
6. Wilayah di Suriname 98% adalah hutan
Saat berada di Suriname, maka kita akan melihat hutan yang masih asri dan belum banyak terjamah manusia. Hutan yang masih menutupi sebagian besar wilayah Suriname sekitar 98%.
Kondisi hutan yang asri itu, menjadi salah satu bentuk keberhasilan Suriname dalam melestarikan alam. Hutan hujan tropis yang menutupi sebagian besar wilayah Suriname ini, memiliki banyak keanekaragaman flora dan fauna.
Selain itu, sebagian besar hutan yang ada dilindungi dalam bentuk taman alam, cagar alam dan lain sebagainya. Karena keindahan dan keasriannya, Cagar Alam Suriname Tengah menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
7. Suriname masih lekat dengan Jawa dan Belanda
Sebagai negara bekas jajanan Belanda atau kerap disebut Dutch Guiana, negara ini mendapat kemerdekaan pada tahun 1975. Kedekatan antara Belanda dengan Suriname, terlihat dari penggunaan bahasa resmi adalah bahasa Belanda hingga penamaan beberapa wilayah.
Di sisi lain, penamaan tempat dengan bahasa Jawa juga masih banyak digunakan di Suriname. Sebut saja seperti kawasan Tamanredjo, ternyata di sana masih ada warung khas Jawa, musala, hingga tempat pemakaman.
Sedangkan saat ada di Mariënburg, menjadi tempat tinggal pertama para imigran di Suriname. Ada pula monumen kedatangan rombongan pertama dari Batavia tertanggal 9 Agustus 1890.
Itulah beberapa fakta mengenai negara Suriname yang masih banyak dihuni oleh orang Jawa. Tertarik ke Suriname, Bela?