Kamu mengidamkan work life balance dalam karier? Tampaknya pindah ke Jepang akan jadi pilihan yang menarik. Mulai April 2025 mendatang, pemerintah metropolitan Tokyo akan menerapkan sistem empat hari kerja.
Sebagai salah satu kota dengan jumlah karyawan terbanyak di Jepang, upaya ini dilakukan untuk mengatasi angka kelahiran yang terus merosot. Kira-kira seperti apa rencana penerapannya? Simak informasi berikut.
Dibarengi dengan childcare partial leave
Bayangan bekerja hanya empat hari dalam sepekan saja sudah cukup menggiurkan. Tak berhenti di situ, pemerintah Tokyo mengungkap mereka juga akan menerapkan childcare partial leave. Dengan demikian, durasi bekerja para orang tua bisa 2 jam lebih sedikit agar memiliki waktu untuk mengurus anak.
"Kami akan terus meninjau gaya kerja secara fleksibel, untuk memastikan bahwa perempuan tidak harus mengorbankan karier mereka karena peristiwa kehidupan seperti melahirkan atau mengasuh anak," ujar Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, dikutip dari The Japan Times.
Parlemen mengesahkan revisi aturan, pada Mei lalu, yang mewajibkan perusahaan untuk menawarkan opsi kerja fleksibel bagi karyawan yang memiliki anak kecil. Rencananya, kebijakan ini akan efektif mulai April 2025. Karyawan kemungkinan bisa bekerja dari rumah, memiliki jam kerja yang lebih singkat, dan mendapatkan cuti ayah jika bekerja di perusahaan dengan 300 karyawan lebih.
Akan diterapkan oleh daerah lain
Pada bulan Oktober, Prefektur Miyagi mengumumkan rencana untuk memperluas opsi kerja empat hari ke semua karyawan prefektur pada tahun fiskal 2026 dan menjadi yang pertama di wilayah Tohoku yang melakukannya. Untuk saat ini, kebijakan tersebut masih terbatas untuk para orang tua yang harus mengasuh anak. Golongan karyawan ini bisa menikmati akhir pekan tiga hari jika disetujui oleh atasan mereka.
Area lain pun akan mengadopsi inisiatif serupa. Prefektur Chiba sudah berencana memperluas kebijakan kerja empat hari pada bulan Juni. Prefektur Ibaraki memperkenalkan kerja empat hari selektif pada bulan April untuk sebagian besar karyawan untuk mendukung pengasuhan anak, perawatan, dan peningkatan keterampilan. Namun, guru dan pekerja shift untuk sementara belum bisa menikmati kebijakan ini.
Sementara itu, kota Kuji di Prefektur Iwate akan memulai uji coba kerja empat hari pada bulan Mei. Jika efek positifnya terbukti, area ini merencanakan adopsi penuh kebijakan tersebut pada tahun 2025 untuk mengatasi penurunan tajam dalam jumlah pelamar kerja.
Efek positif kerja empat hari sepekan
Jepang sendiri terkenal dengan budaya kerjanya yang cukup ekstrem. Di Negeri Sakura tersebut, ada istilah Karoshi yang berarti meninggal karena bekerja berlebihan. Bagi perempuan, jam kerja yang panjang juga menjadi tantangan berat jika ingin memiliki anak.
Oleh karena itu, inisiatif empat hari kerja ini mulai diberlakukan agar angka kelahiran tidak terus menurun. Berdasarkan data pada Januari–Juni 2024, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang sudah mencatat penurunan 5,7% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.
Selain itu, bekerja selama empat hari sepekan juga memiliki efek positif lain, contohnya mengurangi burnout. Laporan 4 Day Week Global menyebut, sistem kerja ini juga berdampak baik untuk gerakan kesetaraan gender karena suami dan istri bisa memiliki lebih banyak waktu untuk berbagi peran dalam rumah tangga.
Bagaimana tanggapanmu, Bela? Apakah kamu tertarik pindah ke Jepang untuk merasakan manfaat kebijakan empat hari kerja ini?