Mulai dari Hidup Ramah Lingkungan, Jaga Bumi dari Krisis Iklim

Dampak perubahan iklim apa yang sudah kamu rasakan?

Mulai dari Hidup Ramah Lingkungan, Jaga Bumi dari Krisis Iklim

Salah satu dampak perubahan iklim yang kini dapat dirasakan oleh kita semua adalah meningkatnya suhu di bumi. Akibat bumi yang makin panas, kejadian seperti anomali cuaca dan anomali iklim pun tak terhindarkan. Saat ini, bukan lagi hal baru membahas mengenai perubahan iklim, bahkan tidak jarang dijadikan fokus utama dalam forum diskusi dunia, salah satunya saat perhelatan G20 kemarin. 

Walaupun berbagai komitmen telah disepakati, di antaranya melalui Conference of Parties (COP) 21 di Paris yang berambisi menekan emisi karbon serendah-rendahnya sehingga tingkat pemanasan global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius, namun sejauh ini komitmen yang disepakati oleh COP masih belum dapat mencapai target dan perubahan iklim menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan.

Mulai dari Hidup Ramah Lingkungan, Jaga Bumi dari Krisis Iklim

Menyadari bahwa perubahan iklim merupakan isu dan tantangan yang kian mengemuka dan efeknya mulai terasa, Danone Indonesia berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim dengan mengurangi jejak karbon serta meminimalisir pelepasan karbon ke udara dengan berbagai upaya kolaboratif untuk penggunaan energi terbarukan dan pengelolaan sampah kemasan pasca konsumsi. 

Menjadi bagian dari perhelatan IdeaFest 2022 kemarin, Danone AQUA hadir pada Sabtu (26/11/2022) di JCC untuk mengupas lebih dalam bagaimana transformasi gaya hidup yang ramah lingkungan memiliki peranan penting dalam memerangi perubahan iklim. Let’s check this out! 

1. Meski sering dibicarakan, banyak yang belum aware dengan isu ini

Lewat sesi diskusi bersama Ratih Anggraeni (Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia) dan Dion Wiyoko (Aktor), Agung Bimo Listyanu (CEO Carbon Ethics) mengungkapkan memang ‘gampang-gampang susah’ membangun kesadaran akan perubahan iklim. 

Untuk itu, ia mengajak kita untuk memulai dari diri sendiri. Dimulai dengan mengedukasi diri sendiri dengan isu-isu perubahan iklim, kita dapat terus tergerak untuk mengubah gaya hidup. Pada saat kita perlahan-lahan berubah, orang-orang mulai akan mempertanyakan. 

Dimulai dari pertanyaan ‘kenapa’ kita bisa mulai menjelaskan dan mengajak orang lain untuk lebih peduli dengan isu perubahan iklim. Saat ini, 15 cm permukaan Jakarta menurun, munkinkah ini salah satu alasan ibu kota akan dipindahkan? Bagaimana menurut kamu?

“Dampak perubahan iklim yang menurut saya paling terasa sekarang adalah cuaca yang semakin tidak menentu, kenaikan suhu udara yang terasa semakin panas, dan dari tahun ke tahun bencana alam seperti banjir makin meluas di berbagai daerah, dan tentu berpengaruh juga ke ketersediaan stok pangan. Hal ini terjadi tentu saja karena jejak karbon yang ditinggalkan oleh manusia semakin tinggi, dan dampak-dampak yang terjadi ini merupakan konsekuensi yang harus kita hadapi. Apabila kita tidak segera mengambil langkah konkret, efek dari perubahan iklim ini akan kita rasakan hari ini bukan esok,” tutur Dion Wiyoko.

2. Danone Indonesia berkomitmen memerangi perubahan iklim

Aqua terus berkomitmen untuk mengurangi perubahan iklim dan jejak karbon, serta berambisi menjadi perusahaan dengan emisi nol atau netral karbon di tahun 2050. Aqua berupaya melakukan efisiensi energi dalam kegiatan operasionalnya dengan menggunakan energi terbarukan, yakni solar panel 100% pada tahun 2030, konservasi dan pertanian ramah lingkungan, optimalisasi distribusi produk, serta pada periode 2019/2020 kemarin Aqua berhasil mengurangi jejak karbon lebih dari 157, 597 ton CO2. 

Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni mengungkapkan, “Danone-AQUA telah menjalankan berbagai inisiatif pengurangan jejak karbon melalui efisiensi energi, pemanfaatan energi terbarukan, optimalisasi distribusi produk, inovasi kemasan, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap lebih banyak karbon dengan konservasi lahan dan pertanian regeneratif,” tuturnya. 

Melalui AQUA Life, Danone Indonesia telah meminimalisir emisi karbon di setiap tahap siklus hidup botol kemasan. Mulai dari bahan baku produksi yang menggunakan 100% plastik daur ulang, penggunaan energi terbarukan pada proses produksinya, hingga upaya offsetting untuk mengimbangi emisi yang tersisa.

“Emisi karbon yang dihasilkan dari kehidupan manusia yaitu dari sektor produksi, konsumsi, dan transportasi perlu dikelola dengan usaha kita semua untuk terus menguranginya. Menjalani gaya hidup ramah lingkungan dapat menjadi langkah konkret untuk menekan jejak karbon yang kita ciptakan karena dapat secara langsung mengurangi konsumsi energi,” jelas Agung Bimo Listyanu.

3. Mulai dari diri sendiri, harus dari mana?

Urgensi untuk terus mendorong kehidupan yang berkelanjutan rendah karbon adalah sebuah kewajiban dan bukan pilihan. Menggunakan transportasi umum, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah adalah solusi yang bisa kita lakukan sebagai individu. 

Di sisi lain, produsen dituntut untuk berkomitmen mengurangi emisi karbon dan melakukan efisiensi dalam operasionalnya, menggunakan energi terbarukan, mengkonservasi lahan, dan meriset ulang kemasan produknya sehingga lebih ramah lingkungan.

Krisis iklim ini adalah masalah bersama. Dan government, pemerintah, perusahaan, dan individu seperti kita harus berkolaborasi untuk make it happen bersama. Dan cara yang paling simpel yang bisa kita lakukan adalah sebagai individu kita harus mulai dari rumah. Lebih baik kita melakukan hal kecil tapi konsisten, dibanding melakukan hal yang besar tapi besoknya tidak dilakukan lagi,” ungkap Agung Bimo Listyanu selaku CEO Carbon Ethics.  

Mulai merasakan dampak krisis iklim, Bela? Yuk, dimulai dari diri sendiri kita jaga bumi dari kehancuran karena krisis iklim!

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved