Fashion week pertama menggunakan artificial intelligence atau A.I telah diadakan pada 20-21 April lalu di New York. Terlepas dari namanya, A.I. Fashion Week sebenarnya bukanlah pekan mode, melainkan peluncuran sebuah kompetisi. Para penonton bisa ikut ambil bagian dengan cara voting koleksi yang paling disukai lewat website A.I. Fashion Week. Lebih dari 350 kiriman koleksi telah diterima dan rencananya sepuluh finalis akan melanjutkan putaran kedua di bulan Mei.
Sepuluh koleksi tersebut yang bakal dinilai oleh panel juri yang terdiri dari, antara lain, Dame Pat McGrath, kepala konten editorial Vogue Jepang Tiffany Godoy, dan Erika Wykes-Sneyd dari Adidas Studio Web3. Mereka lah yang kemudian akan memilih tiga pemenang yang koleksinya bakal diproduksi dan dijual oleh Revolve. Didukung oleh Spring Studios dan retailer e-commerce Revolve Group, acara ini menjadikan teknologi kecerdasan buatan sebagai alat untuk mendesain produk fashion.
Munculnya A.I dalam dunia mode memang membuat beberapa pihak jadi mempertanyakan apakah teknologi ini akan mengganti posisi desainer sebagai otak kreatif dalam dunia mode, misalnya. Namun, pihak A.I. Fashion Week membantah spekulasi tersebut dengan memberikan sederet peraturan dalam kompetisi ini. Persyaratan utamanya adalah desain tersebut harus dapat diproduksi secara fisik, karena nantinya koleksi pemenang akan dibuat dan dijual secara online. Desainer akan menerima dukungan selama proses peluncuran, termasuk pembuatan pola, pengembangan sampel, serta pemasaran.
Acara malam pembukaan pada 20 April lalu diperuntukkan bagi media, VIP, dan peserta, sedangkan masyarakat umum bisa singgah Soho's Spring Studios– lokasi yang sama dengan New York Fashion Week untuk melihat sejumlah koleksi yang ditampilkan di hari berikutnya.