Setelah Taliban mengambil alih Afghanistan, banyak warga negara yang memilih untuk keluar dari Afghanistan karena khawatir akan kehidupan dan keselamatan mereka. Namun, bagi mereka yang masih berada di situasi menegangkan ini, tetap berusaha melalui hari dengan cara mereka masing-masing.
Salah satunya Shamsia Hassani, seorang pelukis yang mengajar di Universitas Kabul, dianggap sebagai seniman jalanan perempuan pertama di Afghanistan. Apakah dia bekerja di atas kanvas atau dinding bangunan yang dibom, karya-karyanya tidak hanya menggambarkan peran perempuan dalam masyarakat yang didominasi laki-laki, tetapi juga memberikan gambaran tentang pertempuran antara terang dan kegelapan yang telah memperbudak tempat yang ia sebut rumah.
Melansir dari Bored Panda, lewat wawancara oleh Rokas Laurinavičius and Greta Jaruševičiūtė, Shamsia tertarik melukis dan seni grafiti pada tahun 2010, setelah mengunjungi ke bengkel grafiti yang dipimpin oleh seniman Inggris CHU.
Sejak itu, perempuan 33 tahun tersebut telah mengembangkan gaya yang unik dan melukis karakter khasnya di seluruh negeri, yaitu seorang perempuan dengan mata tertutup dan tanpa mulut. Seperti apa karya muralnya yang bikin terhenyuh?
1. "Aku percaya bahwa grafiti bisa menjadi alat untuk mengubah tembok kotaku yang dilanda perang, menjadi lukisan warna-warni,” kata Shamsia
2. “Warna-warna itu akan menyembunyikan cerita perang di dinding kotaku dan orang-orang akan melihat hal-hal baru, bukan bekas peluru dan retakan,” tambahnya
3. Shamsia mengatakan bahwa setelah jatuhnya Taliban pada tahun 2001, terlepas dari perang yang sedang berlangsung dan berbagai masalah politik dan sosial, situasi bagi perempuan benar-benar membaik
4. Namun mengingat Taliban yang berhasil menguasai Afghanistan baru-baru ini, kembali membawa kekhawatiran bagi para perempuan di sana
5. Melansir dari apnews.com, Taliban bersumpah untuk menghormati perempuan, bahkan mendorong perempuan untuk kembali bekerja dan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah, meskipun pernah ada sejarah penindasan
6. “Orang-orang di Afghanistan tidak menentang seni, tetapi mereka menentang aktivitas perempuan,” kata Shamsia
7. “Jadi ketika seseorang melihat aku di luar membuat grafiti, mereka mengatakan kata-kata buruk, mereka mengutuk dan beberapa menyebutnya dosa,” kenangnya
8. Selain grafiti dan tulisan, Shamsia juga menggunakan ragam medium sebagai kanvas karyanya. Di antaranya pada papan skateboard dan sepatu
9. “Karakter dalam lukisanku terkadang memainkan peran yang berbeda, seperti pejuang atau pengungsi tanpa masa depan. Terkadang, dia mencari kedamaian dan terkadang dia tidak memiliki identitas apapun," jelasnya
10. Aktif selama 10 tahun sebagai seniman, Shamsia sudah berkeliling dunia memamerkan karyanya, mendapat penghargaan, hingga menjadi pendiri National Graffiti Festival di Kabul, Afghanistan
11. Silakan tengok karya-karyanya pada laman Instagram miliknya, yang akan membuatmu terhenyuh, Bela