Kemarin di tengah unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, terjadi insiden yang cukup mengejutkan publik. Yakni, Ade Armando, dosen sekaligus tokoh komunikasi tersebut dikeroyok massa non-mahasiswa dalam aksi 11 April 2022.
Ade mengaku turut datang ke lokasi unjuk rasa untuk memberikan dukungan moril kepada mahasiswa. Dukungan itu diberikan kepada mahasiswa karena masa jabatan presiden 3 periode itu tidak pantas. Menurut Ade, melansir dari IDNTimes.com, wacana perpanjangan masa jabatan presiden itu harus segera diselesaikan.
Tak lama setelah kehadirannya di sekitar Gedung DPR, terdengar sekelompok massa non-mahasiswa yang meneriaki Ade dengan sebutan buzzer. Lalu, Ade pun dikeroyok hingga babak belur dan celananya juga dilucuti. Ade kemudian berhasil diamankan oleh pihak kepolisian untuk mendapatkan perawatan dan polisi juga memburu pelaku pengeroyokan.
Sebelum insiden ini terjadi, Ade Armando dikenal sebagai seorang tokoh di bidang komunikasi sekaligus seorang dosen. Namanya mulai dikenal publik karena kerap memberikan pernyataan yang mengundang kontroversi.
Sebenarnya siapa sosok Ade Armando ini? Berikut profil singkatnya.
Alumni Universitas Indonesia dan melanjutkan pendidikan di Amerika
Ade Armando melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Indonesia selepas lulus SMA di tahun 1980. Saat itu ia bercita-cita ingin menjadi seorang diplomat dan memilih FISIP sebagai jurusan kuliahnya. Cita-citanya ini dipilih karena Ade merupakan anak dari Mayor Jus Gani dan Juniar Gani yang di masa pemerintahan Presiden Soekarno pernah menjabat sebagai seorang diplomat.
Lantaran nilai ilmu pengantar politiknya yang kurang mencukupi, Ade memutuskan untuk beralih jurusan ke ilmu komunikasi dan berhasil lulus di tahun 1988. Tiga tahun setelahnya, yakni pada tahun 1991, Ade berhasil meraih gelar master di Florida State University. Sementara itu, gelar doktornya berhasil ia rampungkan di tahun 2006 di Universitas Indonesia.
Aktif menjadi dosen tetap UI sejak 1990
Ade tercatat menjadi pegawai negeri sipil sebagai dosen tetap di Universitas Indonesia sejak Maret 1990. Hingga saat ini, Ade tercatat masih menjadi dosen di Fakulitas Ilmu Sosial Ilmu Politik di kampus almamaternya tersebut.
Menginisiasi terbentuknya organisasi Civil Society Watch
Melansir dari IDNTimes.com, Ade sempat juga sempat membentuk organisasi yang diberi nama Civil Society Watch yang diartikan Pengawas Masyarakat Sipil pada 2021 lalu. Ade mengatakan Civil Society Watch masih berupa organisasi kecil. Orang-orang yang terlibat di dalamnya, kata dia, adalah mereka yang selama ini bergelut di Cokro TV dengan dirinya.
Namun, pembentukan organisasi Civil Society Watch itu justru menuai kritik keras dari sesama aktivis dari lembaga masyarakat sipil.
Aktif di media sosial
Ade dikenal pula sebagai tokoh komunikasi yang aktif bermedia sosial. Ia pun sering memberikan komentar dan pendapatnya terkait isu terkini di media sosial tersebut. Namun, kini akun Twitter milik Ade sedang di-suspend dan tidak lagi ditemukan. Alasan menghilangnya akun milik Ade adalah banyak pernyataannya yang dinilai mengandung kontroversi.
Beberapa kontroversi yang sempat menyeret nama Ade Armando
Ade belakangan dikenal sebagai sosok yang sering menuai kontroversi. Beberapa kontroversi yang pernah menyeret namanya adalah saat ia memberikan pernyataan jika perintah salat lima waktu tidak tercantum dalam Alquran; ia juga mengatakan bahwa Allah SWT tidak mengharamkan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT); serta mengatakan Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) UI tidak bermutu lantaran organisasi mahasiswa tersebut mengkritik Presiden Joko Widodo sebagai King of Lip Service.
Itulah tadi profil Ade Armando yang menjadi korban pengeroyokan di aksi 11 April 2022.