Menyambut Hari Lahir Pancasila, komunitas FeminisThemis meluncurkan "FeminisThemis Academy 2024"; program edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender khususnya pada dunia Tuli, yang didukung penuh oleh Komisi Nasional Disabilitas RI dan Unilever Indonesia.
Menandai peluncuran progam, digelar diskusi bertema "Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli" untuk mendorong kolaborasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu keadilan sosial bagi perempuan Tuli sekaligus mendukung hak mereka mendapatkan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi.
Pengingat bahwa semua warga negara memiliki hak yang sama
Perayaan Hari Lahir Pancasila menjadi pengingat bahwa semua warga negara memiliki hak asasi untuk mendapatkan keadilan sosial, baik dalam kesetaraan, kesejahteraan, dan perlindungan. Namun sayangnya, hal ini belum sepenuhnya terwujud di tengah masyarakat, terutama bagi para penyandang disabilitas.
Dr. Dante Rigmalia, M.Pd., Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI membuka diskusi melalui tayangan video, "Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini agar semua dapat memahami siapa penyandang disabilitas dan apa hak-hak mereka. Selain upaya dari kami sebagai lembaga negara non-struktural yang melakukan pemantauan, evaluasi serta advokasi atas upaya penghormatan dan perlindungan dari pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas, tentu kita perlu saling bekerja bersama dalam memenuhi hak mereka. Kolaborasi semua pihak termasuk pihak swasta seperti Unilever yang mendukung FeminisThemis untuk menyelenggarakan kegiatan yang mengarusutamakan gender dan isu disabilitas ini menjadi hal yang sangat penting."
Diskriminasi gender masih terjadi pada penyandang disabilitas perempuan
Terkait pemenuhan hak penyandang disabilitas, Halili Hasan, Direktur Eksekutif SETARA Institute yang hadir dalam diskusi menyampaikan fakta, "Laporan Indeks Hak Asasi Manusia 2023 menunjukkan bahwa sejumlah variabel seperti Hak Sipil termasuk hak memperoleh keadilan, hak atas rasa aman, dan kebebasan berekspresi ataupun berpendapat; serta Hak Sosial antara lain hak atas kesehatan dan pendidikan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Tantangan ini secara nyata dirasakan teman-teman penyandang disabilitas, mereka kerap mengalami diskriminasi, ketidakadilan, hingga keterbatasan dalam berekspresi, mendapatkan akses informasi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya."
Contohnya dalam hal diskriminasi gender yang banyak terjadi pada penyandang disabilitas perempuan. Komnas Perempuan melaporkan di 2023 terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas; 33 di antaranya dialami penyandang disabilitas sensorik termasuk perempuan Tuli. Selain itu, Yayasan SAPDA melalui CATAHU Kekerasan Berbasis Gender dan Disabilitas (KBGD) 2022 melaporkan 81 KBGD sepanjang tahun, dimana perempuan Tuli adalah penyintas terbanyak, yaitu 31 kasus, disusul penyandang disabilitas mental sebanyak 22 kasus.
Kondisi ini mendorong Nissi Taruli Felicia dan teman-temannya untuk mendirikan komunitas FeminisThemis sejak 2021 dengan misi menciptakan komunitas feminis yang inklusif dan edukatif bagi individu Tuli, sehingga mereka mampu melawan ketidakadilan serta memperjuangkan kesetaraan gender.
Tantangan bagi perempuan penyandang disabilitas Tuli
Sebagai perempuan Tuli yang aktif memberikan advokasi dan edukasi mengenai isu-isu gender, Nissi selaku Co-Founder dan Direktur Eksekutif FeminisThemis berbagi pandangan, "Beberapa tantangan yang masih dihadapi teman-teman perempuan Tuli antara lain adalah: tidak terpenuhinya hak Bahasa Isyarat sehingga mereka jadi terbatas untuk berkomunikasi/berekspresi, mengakses informasi, layanan, hingga keadilan. Selain itu, mereka juga memiliki keterbatasan pengetahuan dan akses informasi, terutama yang bersifat pribadi seperti mengenai hak tubuh, hak kesehatan seksual, dan reproduksi. Yang tak kalah menantang, ada pula kecenderungan victim blaming dimana banyak masyarakat masih menyalahkan pihak penyintas saat mereka melaporkan kekerasan seksual sehingga membuat penyintas lainnya memilih untuk diam."
"FeminisThemis Academy" hadir sebagai forum edukasi yang bertujuan meningkatkan literasi kesadaran diri dan kesetaraan gender untuk mencegah kekerasan seksual yang kerap menimpa perempuan Tuli. Diselenggarakan kedua kalinya, kali ini program tersebut mendapat dukungan penuh dari Unilever Indonesia.
Dukungan Unilever untuk FeminisThemis Academy 2024
Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia menerangkan, "Kolaborasi Unilever Indonesia dengan FeminisThemis berlandaskan pada misi bersama untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. Terlebih lagi, tujuan dari penyelenggaraan program ‘FeminisThemis Academy’ juga sangat sejalan dengan tiga fokus Equity, Diversity & Inclusion yang kami jalankan, yaitu: (1) Keadilan Gender, (2) Keadilan untuk Penyandang Disabilitas dan (3) Penghapusan Diskriminasi dan Stigma."
"Dalam hal mewujudkan keadilan dan menghapus diskriminasi maupun stigma bagi penyandang disabilitas, Unilever Indonesia menjalankan serangkaian kolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya generasi muda seperti komunitas FeminisThemis yang dipimpin Nissi sebagai salah satu pemenang program ’Every U Does Good Heroes 2021’. Sebelumnya, Nissi telah menghadirkan kelas bahasa isyarat bagi karyawan Unilever Indonesia dan memberikan berbagai masukan bagi Perusahaan untuk terus mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. Kami sangat bersemangat melanjutkan kolaborasi, dan berharap program ini dapat membantu teman-teman perempuan Tuli memperoleh hak hidup yang aman, adil, dan setara, serta mendapatkan pengetahuan yang memadai tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi," lanjut Kristy.
"FeminisThemis Academy 2024" akan berlangsung selama Juni–September secara hybrid, ditutup pada Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diperingati setiap 23 September. Program ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yakni Training of Trainers untuk fasilitator Tuli, workshop offline di tiga kota (Bandung, Malang, dan Yogyakarta), serta rangkaian webinar.
Harapan dari program FeminisThemis Academy 2024
Rifka Dyah Safitri, Program Manager FeminisThemis menjelaskan, "Di dalam workshop offline, kami akan menghadirkan berbagai materi seperti: Pengenalan Anatomi Tubuh dan Organ Reproduksi; Pengenalan Pubertas; Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Dasar; Pentingnya Consent dan Hak Batasan Tubuh; Risiko di Ruang Digital terkait Consent; serta Psychology First Aid atau PFA untuk membantu memulihkan beban atau trauma yang mungkin dirasakan para perempuan Tuli. Sementara pada webinar, materi yang diangkat adalah: Menjaga Data Pribadi dalam Ruang Digital; Mitos-Fakta di Ranah Digital terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi; Kualitas Sanitasi Pada Kesehatan Reproduksi Perempuan; Pengenalan Konsep Consent, Mengenal Victim Blaming dan Dampaknya, dan lainnnya."
Diharapkan program "FeminisThemis Academy 2024" akan melahirkan lebih banyak fasilitator Tuli yang mampu memfasilitasi isu-isu hak kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas Tuli, memberi manfaat pada setidaknya 300 teman Tuli, dan menjangkau 10.000 orang di media sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang isu kekerasan seksual serta edukasi kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas Tuli.