Segala sesuatu ada masanya, termasuk mengalami kehilangan, kegagalan, dan membuat kesalahan. Beberapa orang memilih untuk belajar dari pengalaman dan mengarahkan pikiran mereka untuk bergerak maju, entah dengan mencoba lagi atau memulai hal baru.
Begitu pula dalam dunia karier. Kamu mungkin mengalami kehilangan pekerjaan dan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam menghadapinya, kamu berusaha mengevaluasi diri, tetapi belum bisa menarik kesimpulan?
Tenang, Popbela sengaja menyediakan ulasan mengenai beberapa hambatan yang mungkin menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan baru. Tidak lupa, beberapa tips untuk mengantisipasinya. Semoga membantumu, Bela!
1. Kemampuan yang tidak relevan
Industri pekerjaan selalu membutuhkan orang-orang dengan kemampuan yang sesuai untuk profesi tertentu. Oleh karena itulah, para perekrut akan cenderung memfokuskan penerimaan karyawan baru berdasarkan kemampuan yang relevan.
Sayangnya, banyak pencari kerja melamar suatu posisi dengan hanya berfokus pada titel atau jabatan profesi saja. Meskipun mereka membaca deskripsi tugas pekerjaan, tidak banyak yang menganalisa kemampuan-kemampuan relevan yang perlu ditonjolkan.
Dampaknya, para perekrut akan menilai beberapa pencari kerja sebagai sosok yang tidak dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan deskripsi pekerjaan, berdasarkan informasi di curriculum vitae maupun hasil wawancara.
Tips: Pelajari deskripsi pekerjaan secara detil, analisis beberapa poin kemampuan yang dibutuhkan, selaraskan dengan pengalamanmu secara jujur, dan tekankan keinginan untuk mengembangkan kemampuan tertentu jika belum ada.
2. Pengenalan diri tanpa visi dan misi yang jelas
Memiliki visi dan misi dalam kehidupan, termasuk dalam dunia karier, menjadi hal yang penting dalam penilaian untuk merekrut karyawan baru. Hal ini menunjukkan orientasi seseorang yang bersifat maju dan mendeteksi kesamaan visi dan misi dengan perusahaan.
Namun, banyak pencari kerja yang tidak menyadari ekspektasi penilaian tersebut, menyebabkan proses pengenalan diri dalam CV maupun wawancara cenderung berfokus hanya pada kemampuan, prestasi, dan pengalaman kerja di masa lalu.
Tahukah kamu? Memperkenalkan diri tanpa menyebutkan aspirasi di masa depan dapat memberikan kesan negatif, seperti berorientasi pada rutinitas tanpa tujuan, cenderung membanggakan diri, dan tidak berpikir panjang atau fokus pada objektif di masa depan.
Tips: Perkenalkan diri dengan menyertakan tujuan meniti karier di bidang tertentu, tekankan alasan mengapa kamu tertarik untuk mengembangkan kemampuan tertentu, dan ungkapkan keinginanmu untuk memberikan kontribusi positif bagi perusahaan.
3. Kemampuan komunikasi yang kurang baik
Rutinitas pekerjaan akan selalu melibatkan interaksi sosial, seperti diskusi dalam tim, penyampaian ide atau pendapat, dan lain-lain. Bahkan, para karyawan sangat didorong untuk dapat memulai komunikasi yang berkaitan dengan kebutuhan perusahaan.
Dengan demikian, salah satu penilaian untuk merekrut karyawan baru adalah kemampuan komunikasi yang terdeteksi melalui proses wawancara maupun presentasi tes kerja atau studi kasus yang disesuaikan dengan kebutuhan profesi yang dilamar.
Apabila para pencari kerja tidak mempersiapkan diri untuk melatih cara berkomunikasi dengan baik, maka penilaian akan cenderung menjadi negatif. Hal ini terdeteksi dari cara memperkenalkan diri, menjawab pertanyaan, memberi respon, dan bertanya.
Tips: Lakukan latihan secara mandiri sebelum menghadapi proses wawancara. Bisa juga meminta bantuan beberapa orang yang dipercaya untuk menyaksikanmu memperkenalkan diri, dan jangan lupa untuk meminta saran dan kritik yang membangun.
4. Rasa tidak percaya diri yang merajalela
Proses rekrutmen cenderung melibatkan beberapa tahap yang dapat menguras pikiran, perasaan, dan tenaga. Tidak heran, setiap tahapan memang ditujukan untuk mengevaluasi kemampuan yang mengindikasikan tingkat kompetensi seseorang.
Dampaknya, para pencari kerja yang tidak mempersiapkan diri secara mental, dapat merasa tersudutkan atau bahkan sudah mengambil kesimpulan bahwa mereka tidak cukup kompeten. Hal ini dapat menyulitkan mereka untuk menunjukkan performa terbaik.
Tips: Pahami bahwa panggilan untuk wawancara menunjukkan bahwa kamu dianggap sebagai salah satu kandidat terbaik. Melatih diri sebelumnya dapat membantumu tampil lebih percaya diri dalam proses rekrutmen.
5. Sikap antikolaborasi yang terdeteksi
Mayoritas kegiatan di dunia kerja melibatkan kolaborasi antar anggota tim, baik dalam satu divisi maupun lintas divisi. Hal ini menjadi salah satu poin penting yang dinilai oleh para perekrut saat mencari karyawan baru untuk kebutuhan perusahaan.
Biasanya, penilaian ini tercermin dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para perekrut mengenai pengalaman berkolaborasi dalam sebuah tim. Selain itu, para perekrut juga menarik kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pencari kerja.
Jika seorang pencari kerja cenderung memberikan informasi yang minim tentang pengalamannya dalam berkolaborasi, bahkan tidak menanyakan tentang sistem kerja tim di perusahaan, maka ini dapat mengindikasikan kurangnya minatnya dalam berkolaborasi.
Tips: Saat memperkenalkan diri atau menjawab pertanyaan, ceritakan pengalaman kolaboratifmu dan bagaimana kolaborasi tersebut menghasilkan dampak positif. Dan, jangan lupa untuk menanyakan tentang sistem kerja tim yang berlaku di perusahaan.
6. Tidak peka terhadap tren di dunia karier
Setiap usaha bisnis ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dan berubah seiring dengan waktu. Atas dasar itulah, perusahaan selalu membutuhkan karyawan yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Namun, sayangnya, banyak pencari kerja yang hanya mempersiapkan diri untuk menghadapi proses rekrutmen dengan fokus pada pengalaman kerja dan keterampilan yang dimiliki, tanpa memperhatikan kebutuhan tren yang mendukung bisnis perusahaan.
Dampaknya, para pencari kerja mungkin mengalami kesulitan ketika ditanya tentang gagasan baru atau strategi tertentu yang dapat mendukung pertumbuhan bisnis secara efektif dan efisien dengan turut memperhatikan tujuan dan target audiens.
Tips: Pelajari latar belakang bisnis perusahaan dan pencapaiannya, kemudian kembangkan juga ide-ide mengenai hasil analisismu serta gagasan-gagasan yang relevan dengan perkembangan tren maupun kebutuhan target audiens.
7. Kurang mengevaluasi diri
Pada akhirnya, tidak ada proses yang benar-benar sempurna, sehingga sangat mungkin terjadi kesalahan dan kegagalan. Dalam menghadapinya, kamu membutuhkan keberanian dan kepekaan untuk mempelajari performa diri dan faktor-faktor lain yang terlibat.
Namun, beberapa pencari kerja sayangnya cenderung menghadapi kegagalan dalam proses rekrutmen dengan langsung “menutup buku” dan segera mencari informasi lowongan pekerjaan lain. Dampaknya siklus kegagalan tanpa pembelajaran berpotensi terus terjadi.
Sikap tersebut membuat seseorang tidak dapat memahami aspek-aspek yang perlu diperbaiki dan/atau ditingkatkan dalam menyajikan CV, mengirimkan surat lamaran, dan menghadapi wawancara untuk perusahaan berikutnya.
Tips: Buat catatan evaluasi diri dalam spreadsheet untuk melihat perkembangan performamu dalam mencari pekerjaan. Dan, jangan lupa untuk meminta kritik dan saran dari para perekrut mengenai performamu setelah menghadapi penolakan.
Sekarang, kamu sudah mengetahui beberapa hambatan yang mungkin membuatmu dapat mengalami kesulitan dalam proses mencari pekerjaan. Kami berharap kamu dapat mengantisipasinya, tidak menyerah, dan segera menemukan pekerjaan impianmu!