“Seni adalah cara positif untuk membebaskan energi negarif. Seni menyembuhkan,” tutur Gonzales Nieto pejuang kekerasan seksual anak-anak pada wawancaranya dengan miamiherald.com
Gonzales Nieto adalah salah satu seniman yang membagikan kisah tentang kekerasan seksual yang dialaminya dan para perempuan lain yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Sebagai salah satu medium ekspresi jiwa, kesenian dipandang mampu menyediakan ruang untuk menyembuhkan luka, menghadapi trauma, dan membantu orang lain untuk turut membagi ceritanya.
Popbela sudah merangkum beberapa karya seni yang berfokus pada trauma kekerasan dan pelecehan seksual yang diciptakan dari tangan para perempuan yang inspiratif. Berikut daftarnya:
1. I Can Feel (Suzy Kellems Dominik)
Sebuah seni instalasi setinggi 12 kaki dipajang di Nautilus Hotel. Sebuah dekorasi neon ini dapat bersinar dalam durasi 26,8 detik. Dikutip dari wawancaranya dengan Elle, bagi Suzy karya seninya itu mewakili fantasi orgasme yang dirasakan perempuan.
Ada banyak orang yang berinteraksi dengan mengambil foto karya seninya dalam pameran. Suzy mengatakan nggak keberatan soal itu, katanya, “Sebagai wanitaperempuan kita perlu mengambil ruang. Kita perlu dilihat di mana-mana. Kita masih punya perjalanan panjang, baik dalam cara perempuan masuk dalam narasi artistik dan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.”
“Hak reproduksi kita telah terancam dan dalam beberapa kasus dicabut,” tambahnya.
2. Peeling Back The Silence (Graciella Delgado)
Mereka semua mendemonstrasikan cerita yang sama yaitu bagaimana korban kekerasan dan pelecehan seksual terpaksa menutup mulut mereka dalam kata lain menyimpan tragedi yang mereka alami. Isyarat keberanian muncul dalam gambar itu, ketiganya perlahan membuka plester di mulut mereka.
“Memiliki lebih dari satu orang untuk menunjukkan kesatuan dalam gerakan perempuan dan bagaimana budaya pemerkosaan memengaruhi lebih banyak orang,” ujar Graciella.
3. A Collective of Body Parts (Alicia Tatone)
Alicia menceritakan pengalaman pahitnya ketika remaja. Saat itu, seorang pria mendekatinya di jalanan dan mengatakan menyukai sepatu yang dikenakannya. Setelah mengucapkan terima kasih, pria itu mulai menyebutkan bagian tubuhnya yang ia sukai.
“Itu adalah kali pertama aku merasa bahwa aku nggak lebih dari sekedar kumpulan bagian tubuh. Dan itu bukan yang terakhir kali,” tutur Alicia.
Nggak berhenti sampai situ saja, pria itu terus mengikutinya berjalan.
4. If Walls Could Hear (Olga Prudnikoya)
Olga adalah seorang ilustrator pekerja lepas yang tinggal di Berlin. Dalam karya seninya ini, dia membuat sketsa orang-orang penyintas kekerasan dalam rumah tangga yang ditemuinya. Untuk menjaga privasi dan identitas mereka, Olga memilih untuk mengabadikan kisah yang didengarnya melalui gambar telinga.
Olga mengatakan, “Bentuk telinga kita semua itu unik, seperti sidik jari. Bagaimanapun, orang-orang terdekat kita belum tentu bisa mengidentifikasi bentuk itu”.
5. #MeToo (Laetitia Ky)
Seniman yang satu ini menggunakan bagian tubuhnya sendiri untuk berkarya. Semua tatanan rambut dalam akun Instagram pribadinya (@laetitiaky) menyuarakan keresahannya tentang stigma buruk yang beredar di masyarakat pada perempuan berkulit gelap.
Salah satu foto yang mengundang perhatian banyak orang adalah partisipasinya dalam gerakan #MeToo. Pada foto tersebut, ia membuat gambar seorang laki-laki yang menarik rok seorang perempuan. Dalam kata lain, Laetitia ingin menyemangati para pengikutnya untuk berani menceritakan kisah mereka. Selain itu, pesan yang ingin Laetitia sampaikan adalah bahwa kekerasan seksual nggak bisa mendapat pembenaran apapun.
6. Cut Piece (Yoko Ono)
Nama Yoko Ono mungkin nggak asing di telingamu. Pada tahun 2016, Yoko menulis sebuah pesan di akun media sosialnya. Ia ingin setiap pengikut perempuannya mengirim bukti kejahatan dan kekerasan yang pernah mereka alami. Setiap unggahan yang diterimanya, akan ia buat kompilasi berupa kesaksian tertulis beserta foto mata setiap korban.
Pada sebuah seni pertunjukkan yang ia buat, Yoko mengambil peran sebagai objek korban kekerasan seksual. Di atas panggung, ia meminta setiap penonton untuk menghampirinya dan memotong pakaiannya hingga habis. Yoko ingin mengilustrasikan penderitaan setiap korban kekerasan seksual.
7. A Pele da Flor (Flavia Carvalho)
Karya seni yang satu ini menggunakan medium tubuh para korban kekerasan rumah tangga, yang jumlahnya lebih dari satu orang. Setiap bekas luka kekerasan fisik ditutupi dan dihias tato oleh Flavia Carvalho.
Dikutip dari nextshark.com, seniman asal Brazil ini mengawali proyeknya ketika menemukan seorang klien dengan bekas luka besar di perutnya.
Kemarin, hari ini, dan esok mungkin ada cerita-cerita yang belum kamu dengar dari para penyintas kekerasan dan pelecehan seksual. Untuk menambah kekuatan, kita harus membuat ruang bersama. Saling memberi semangat untuk menyembuhkan satu dengan lainnya.
“Aku nggak akan pernah bebas; aku nggak akan pernah sembuh kalau saudara perempuan belum bebas dan menyembuhkan diri mereka,” ujar Yuleidy Gonzales Nieto.