Perang identik dengan tentara, dan tentara hampir selalu diidentikkan dengan pria. Begitu juga saat Perang Dunia II meletus, berbagai negara mengirimkan jutaan tentara pria untuk berlaga di medan perang. Meski begitu, bukan berarti para perempuan hanya bisa duduk manis menunggu di rumah.
Tidak banyak yang tahu jika ada banyak perempuan yang ikut berlaga di medan perang. Tentu saja mereka tidak menjadi tentara. Alih-alih menempatkan perempuan di garda terdepan, kebanyakan negara justru menempatkan mereka sebagai mata-mata. Dilansir Time, dari sekian banyak mata-mata, berikut ini lima mata-mata perempuan paling berbahaya di era Perang Dunia II.
1. Krystyna Skarbek
Lahir di Warsawa tahun 1908, Krystyna Skarbek adalah seorang putri bangsawan Polandia yang lebih memilih mengabdikan hidupnya sebagai mata-mata Inggris. Di awal Perang Dunia II, Krystyna bekerja untuk Special Operations Executive. Menggunakan nama samaran Christine Granville, Krystyna berhasil berbaur dengan orang-orang dan menyelesaikan berbagai misi penting bagi Inggris dan Prancis.
Tentu saja jalannya sebagai mata-mata tidak selalu mulus. Pada tahun 1941, Jerman berhasil menangkap Krystyna dan menahannya di penjara. Tidak ingin membusuk di penjara, Krystyna menggigit lidahnya hingga berdarah.
Di depan tentara Nazi, Krystyna berpura-pura menderita TBC hingga akhirnya dilepaskan. Krystyna meninggal tahun 1952, setelah ditikam oleh seorang penggemar obsesif di kamar hotel di London.
2. Noor Inayat Khan
Tidak jauh berbeda dari Krystyna Skarbek, Noor Inayat Khan juga berasal dari keluarga terhormat. Ketika Perang Dunia I meletus, keluarga Khan pindah ke London sebelum akhirnya bermukim di Paris. Pada tahun 1940, Noor kembali ke Inggris, untuk kemudian bergabung dengan Women’s Auxiliary Air Force dan direkrut jadi agen rahasia pada tahun 1942.
Sebagai agen rahasia, Noor bertugas untuk menjaga komunikasi antara London dan Paris, juga penyelundupan senjata plus bahan peledak. Selama masa Perang Dunia II, Noor masuk dalam daftar agen rahasia paling berbahaya. Nasib, Noor dikhianati temannya sendiri. Dia ditangkap oleh Nazi pada Oktober 1943, dan dieksekusi di kamp penyiksaan Dachau satu tahun kemudian.
3. Vera Atkins
Berbeda dengan nama-nama di daftar ini, Vera Atkins bukan hanya seorang mata-mata biasa. Lebih dari itu, Vera juga merupakan tokoh penting di Special Operations Executive (SOE) yang merupakan organisasi rahasia di Inggris pada masa Perang Dunia II.
Di organisasi tersebut, Vera adalah wakil dari SOE dan ditempatkan di bagian F yang bertugas mengirimkan 470 agen rahasia ke Prancis, dan menyiapkan dokumen palsu untuk penyamaran mereka.
Bahkan setelah Perang Dunia II usai, Vera melibatkan diri dalam pencarian agen rahasia yang hilang selama masa perang, menginterogasi para tentara Nazi untuk mengetahui nasib dari para agen rahasia Inggris.
4. Virginia Hall
Awalnya, Virginia Hall hanyalah seorang pegawai administrasi di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Estonia. Bosan mengurusi berbagai hal remeh temeh, Virginia mencoba peruntungan dengan melamar sebagai diplomat.
Sayang, lamarannya ditolak oleh Amerika hanya karena dia seorang perempuan, dan menyandang disabilitas. Penolakan itu nyatanya membuat Virginia geram, dia pun mengundurkan diri dari kedutaan, pindah ke Prancis dan bekerja sebagai sopir ambulans. Setelah Perang Dunia II dimulai, Virginia kemudian pindah ke Inggris dan bekerja sebagai mata-mata.
Dengan berpura-pura menjadi reporter New York Post yang bernama Brigitte LeContre, Virginia kembali ke Prancis dan mengumpulkan informasi tentang Jerman untuk diberikan kepada Sekutu, bahkan membebaskan banyak tentara Sekutu dari penjara Jerman. Karena ulahnya ini, Nazi bahkan menyebutnya sebagai "Mata-mata Sekutu paling berbahaya".
5. Nancy Wake
Sebelum Perang Dunia II, Nancy Wake adalah istri pengusaha kaya asal Prancis. Tapi, tidak seperti kebanyakan nyonya kaya raya, Nancy bukanlah sosok yang manja. Saat perang dimulai, Nancy memutuskan untuk bekerja sebagai sopir ambulans, dan menghabiskan kekayaan yang dia dan suaminya miliki untuk mendukung para tentara Prancis.
Selama masa kerjanya sebagai mata-mata dari tahun 1939 hingga 1944, Nancy Wake membantu ratusan tentara Sekutu dan tahanan politik untuk melarikan diri ke Inggris, membantu pengiriman senjata, perbekalan, dan makanan untuk sekitar 7.000 tentara. Dan sama seperti agen lainnya, Nancy juga menduduki daftar teratas sebagai buronan paling dicari oleh Nazi.
Saking inginnya menangkap Nancy, partai yang dipimpin oleh Adolf Hitler ini bahkan berjanji akan memberikan imbalan sebanyak 5 juta Franc pada siapa pun yang berhasil menangkapnya.
Lima mata-mata perempuan di atas memang tidak berada di garis depan. Tapi, jangan salah, tugas mereka nyatanya tidak kalah berbahaya dari tentara yang berlaga di medan perang, lho!
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "5 Mata-mata Perempuan Paling Berbahaya di Era Perang Dunia II"