Disebut juga dengan Summer Solstice, fenomena titik balik Matahari merupakan kejadian Matahari terbit dari arah timur laut dan terbenam dari arah barat laut. Fenomena ini dapat dilihat oleh penduduk di belahan Bumi bagian utara dan selatan.
Melansir dari USA Today, titik balik Matahari musim panas adalah hari ketika Matahari menempuh jalur terpanjangnya di langit dan mencapai titik tertingginya. Karena kemiringan Bumi pada porosnya, Kutub Utara bergeser hampir langsung ke arah matahari, sehingga siang hari menjadi panjang, menurut Britannica.com. Nah, jika kamu sempat menyimak berita mengenai matahari yang 'terbit' di Utara beberapa waktu lalu, kemiringan poros bumi tersebut berkaitan dengan fenomena ini, Bela.
Terjadi hari ini, 21 Juni 2021
Tahun ini, di belahan bumi utara, titik balik matahari terjadi antara 20 dan 22 Juni. Di belahan bumi selatan, titik balik matahari musim panas terjadi pada 21 atau 22 Desember.
Titik balik Matahari pada bulan Juni adalah penanda awal musim dingin di belahan Bumi selatan, ketika matahari berada pada titik terendah di langit dan bagian selatan Bumi dalam posisi miring menjauhi matahari.
Efek fenomena Solstis di Indonesia
Sementara itu, untuk kawasan Indonesia, titik balik Matahari menyebabkan wilayah Lampung akan mengalami siang terpendek, setidaknya selama enam bulan ini dan puncaknya ketika fenomena ini terjadi. Sementara itu, Matahari akan berada pada ketinggian 55,5 derajat di arah utara di pulau Rote. Namun memang, untuk daerah sekitar ekuator, perbedaan durasi dengan hari biasa tidak begitu terlihat.
Beberapa wilayah di Indonesia yang termasuk kategori belahan Bumi selatan adalah Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Maluku, hingga sebagian besar Papua.
Midnight Sun di Norwegia, efek dari Summer Solstice
Fenomena Summer Solstice ini juga membuat wilayah-wilayah seperti Siberia dan Bering, Norwegia bagian utara, Swedia bagian utara, Finlandia bagian utara, hingga pulau-pulau di Kanada bagian utara mengalami siang selama 24 jam penuh.
Situasi ini turut memunculkan fenomena Midnight Sun yang dialami Norwegia, yaitu ketika tiba tengah malam pun, matahari tetap bersinar. Kejadian ini juga bisa berlangsung hingga dua bulan penuh.
Seperti yang diungkapkan oleh Ruswandi Y. Karlsen, yang pernah Popbela wawancara pada 6 Juni 2020 lalu. "Umumnya rumah di sini pakai black curtain dan sleep mask (saat midnight sun berlangsung),” ungkap Ruswandi, mengenai kebiasaan warga Norwegia Utara ketika sedang ada fenomena unik ini. “Btw, penduduk sudah biasa dengan fenomena ini, jadi kami nggak bekerja based on ‘gelap’ atau ‘terang’, tapi hanya melihat waktu di jam saja,” tambahnya.
Ritual tahunan titik balik matahari
Selama berabad-abad, posisi Matahari pada waktu-waktu tertentu merupakan indikasi bagaimana menanam atau memanen tanaman, mempraktekkan tugas, hingga ritual sehari-hari.
Formasi batuan Stonehenge di Inggris pun sejajar sempurna dengan pergerakan Matahari, pada titik balik Matahari musim panas dan musim dingin. Meskipun asal-usul dan alasan penciptaannya tidak dipahami, Stonehenge telah menjadi salah satu tempat paling populer untuk mengamati fenomena titik balik Matahari.
Melansir dari Scientific American, bangsa Maya dan Aztec menggunakan titik balik Matahari musim panas dan musim dingin sebagai penanda untuk membangun struktur yang tepat, sejajar dengan bayangan yang diciptakan oleh Matahari. Banyak suku asli Amerika mengenali titik balik matahari musim panas dan melakukan ritual Tarian Matahari.
History.com mencatat bahwa orang Yunani kuno menggunakan titik balik Matahari, sebagai hitungan mundur satu bulan ke awal pertandingan Olimpiade. Di Swedia, titik balik matahari disebut Midsommar, sekaligus perayaan menyambut musim panas sebagai musim kesuburan.
Itulah fenomena alam bernama titik balik Matahari, atau summer solstice yang setiap tahunnya selalu menarik minat banyak orang.