Art Jakarta 2019 telah selesai digelar pada Jumat-Minggu, 30 Agustus-1 September 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta Selatan. Sebanyak 70 galeri dari dalam dan luar negeri ikut meramaikan acara seni tahunan terbesar di Indonesia ini.
Dari puluhan karya yang dipamerkan selama tiga hari tersebut, ada tujuh karya seni yang cukup menarik perhatian Popbela. Ketujuh karya tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Solar Worship - Albert Yonathan
Di Art Jakarta Spot, Albert Yonathan memamerkan instalasi keramik berjudul Solar Worship. Instalasi ini berupa keramik terakota yang menyerupai bentuk cahaya yang memancar dari pusat. Karyanya mengekspresikan transendensi antara dunia spiritual dan dunia material.
2. Silence Meditation in Blue - Cheuk Wing Nam
Seniman asal Hong Kong, Cheuk Wing Nam menampilkan karya Silence - Meditation in Blue, sebuah instalasi suara interaktif menggunakan kipas turbin dengan pipa air yang bertujuan untuk membangkitkan keheningan mutlak yang tiba-tiba hadir bagian akhir karya Monoton Symphony oleh Yves Klein (1960).
Pada karya ini, Cheuk Wing Nam mengomposisi ulang simfoni dan keheningan tersebut menggunakan program komputer dan mengubah karyanya menjadi karya interaktif. Kipas turbin satu-satu akan menyala dan pipa mengeluarkan suara ketika kita memicu sinar lampu yang terletak di lantai.
3. Moving Landscape & Happy To Be Alienated - Eko Nugroho
Tak hanya satu, Eko Nugroho memamerkan dua karyanya, yakni Moving Landscape & Happy To Be Alienated. Karya bordir milik Eko Nugroho ini merupakan metafora atas dinamika masyarakat dalam lingkup kota dan urbanisme sebagai pembentuk kebudayaan. Karya ini juga menjadi simbol modernitas dan kemajuan dalam kehidupan masyarakat yang pada saat yang sama menciptakan keterasingan.
Karya patung Eko merupakan kritik terhadap fenomena alienasi dalam masyarakat yang diperparah oleh kemutakhiran teknologi. Hadir dengan ukuran besarm kedua karya ini bertujuan untuk mengintimidasi apresiator dan mungkin menantang ruang itu sendiri.
4. Balitsa Ehoor - Syaiful Aulia Garibaldi
Balitsa Ehoor adalah sebuah proyek baru yang menampilkan 200 batang baja vertikal yang ditumbuhi lumut. Lumut adalah organisme komposit kompleks yang timbul dari hubungan timbal balik antara kombinasi alga dan jamur. Lumut terus menerus tumbuh dan mampu menutupi hampir semua permukaan. Tampil sebagai sebuah instalasi besar, Balitsa Ehoor menunjukan proses berlalunya waktu serta persamaan-persamaan yang mungkin dapat kita temukan di lingkungan sekitar kita.
5. North, K2 - You Ji In
Didatangkan langsung dari Korea, You Ji In menghadirkan karya seni berjudul North, K2. Karya ini merupakan seri karya dengan material kaca patri yang menampilkan slogan-slogan propaganda dari Korea Utara. Kata kunci yang digunakan oleh You Ji In dalam karya ini adalah propaganda dan perspektif yang telah dikontribusikan ke dalam waktu tertentu dan telah dimodifikasi ke berbagai bentuk lain. Dicetak pada cermin terdistorsi yang terlihat seperti kaca patri, You Ji In menekankan propaganda sebagai ilusi yang terdistorsi.
6. Production Line - Huang Po-Chih
Karya ini berangkat dari pengalaman ibu Huang Po-Chih sendiri yang dulu bekerja sebagai buruh tekstil dan memperlihatkan skema pengalihan produksi di industri tekstil selama tiga puluh tahun terakhir dari Taiwan ke Shenzen, Tiongkok.
Karya ini menunjukan bagaimana kapitalisme menyebar hingga ke pengalaman pribadi individu dan juga dapat dilihat sebagai sekuel dalam hal relokasi pabrik dan barang-barang yang mereka hasilkan.
7. Dark Waves - teamLab
Dalam partisipasi pertamanya di Art Jakarta, teamLab menampilkan Dark Waves, simulasi gerakan air yang hadir dalam ruang tiga dimensi dan dihasilkan melalui teknik komputasi. Karya ini mengeksplorasi perspektif lukisan Jepang pra-modern di mana air dianggap sebagai sebuah entitas yang hidup. Di sini teamLab memungkinkan kita untuk tenggelam di alam melalui karyanya dan merasakan bahwa tidak ada batas antara kita dan alam.
Dari semua karya di atas, yang mana yang jadi favoritmu?