Dalam kampanye #IAMREAL Voice Issue kali ini saya berkesempatan ngobrol bersama musisi perempuan berbakat Indonesia, Neonomora. Ditemui pada siang hari nan mendung di sebuah studio foto di Jakarta Selatan, Neonomora hangat menyapa. Ternyata tak semisterius namanya. Malah murah senyum. Penyanyi sekaligus penulis lagu ini begitu terbuka saat saya banyak menanyakan pertanyaan penasaran akan arti lirik hingga esensi seorang Neonomora sesungguhnya - sisanya off the record, of course.
Neonomora atau yang akrab dipanggil Ra (just like Rih untuk Rihanna), sudah mengeluarkan tiga album. Diantaranya sebuah album EP, Seeds (harus lihat video klipnya yang keren! Rekomen!) dan yang terbaru yaitu Waters. Di sini Ra akan bercerita tentang musiknya, level terendah dari hidupnya hingga arti freedom sebagai musisi.
Tentang lirik
“I wrote songs more about my life. My journey of life. Di album pertama dan waktu itu aku masih muda banget, rasanya lebih kaya seorang anak cewek yang ingin kasih tahu kekuatannya. Kebanyakan malah cerita tentang politik. Bahkan aku nulis lagu untuk Presiden Jokowi. Sisanya tentang persahabatan dan rasa kehilangan. Seiring perjalanan menuju ke Waters lirik aku lebih tentang pendewasaan seorang Neonomora.”
Tentang diversity
“Memiliki keberagaman itu penting. Kita masing-masing berbeda. Apalagi dalam dunia hiburan. Kemarin aku baru nonton Bohemian Rhapsody, dan aku sangat terpukau. Karena persis seperti di film itu, kita sebagai penyanyi memang wajib tampil berbeda saat di atas panggung. Nggak cuma soal kostum. Tapi lebih ke medium yang ingin kita pakai untuk menyampaikan pesan kita lewat dunia hiburan. Keren kan kalau tiap orang tampil berbeda dan punya persona masing-masing.”
Life-changing lesson from life’s lowest point
“Rasanya membuat Waters itu life changing banget sih. Karena aku sekarang berdiri sendiri, aku keluar dari label dan tanpa management apa apa. Sekarang aku benar-benar mengurus sendiri. Kalau lebih berat? Jelas iya. Tapi aku merasa jadi lebih grow mengenal diriku sendiri. Aku jadi tahu yang terbaik untuk ini dan itu. Yeah life changing.”
Tentang self-acceptance
“Aku merasa dalam hidup kita selalu mencoba untuk menerima diri sendiri apa adanya. Sepanjang perjalanan hidup kita. Aku ingat jawaban Björk saat ditanya hal yang sama, jawabnya: “I am still trying.” Sebenarnya ngerti sih, sebagai seniman itu susah banget menerima terutama hal yang berhubungan dengan kepuasaan berkarya. Seperti kalau selesai perform banyak yang memuji, “tadi keren banget” dan biasanya aku menjawab, “no, aku harus jauh lebih baik lagi” rasanya aku pun masih mencoba menerima diriku sendiri.”
Tentang Waters
“Proses pembuatan Waters dimulai ketika aku kehilangan sahabatku, dia jadi korban pembunuhan. Dia merupakan sosok orang yang selalu bangga dan mendukung aku. Kepergian dia menjadi kehilangan terbesar dalam hidup aku. Dari situ aku berjanji akan membuat sebuah album yang aku dedikasikan untuk dia. Dan arti Waters sendiri adalah tiap air mata yang mengalir sebagai bentuk proses aku merelakan dirinya. Tapi entah kenapa saat proses Waters ini aku juga kehilangan banyak orang. Dari teman masa kecilku hingga sepupu aku yang meninggal karena kanker di usia 20 tahun. Mungkin karena banyak air mata album Waters ini jadi deep dan sedikit sedih.”
Tentang freedom
“Freedom itu tentang kamu jadi diri kamu sendiri. Aku sebagai seorang musisi yang apa adanya. Harus otentik dan punya nilai yang orang lain nggak milikin. It’s celebration of life for being yourself. That’s it!”
Photo credit:
Photographer: Michael Cools
Makeup & Hair: Engelina Inez
Stylist: Ivan Teguh Santoso
Fashion Editor: Michael Richards
Asst. Photographer: Rahmadina Aina Saraswati
Wardrobe: coat MORAL
Lokasi: Dharmawangsa Studio