Sebagai seorang musisi, sebuah album baru tentunya merupakan sebuah bentuk aktualisasi Isyana Sarasvati dalam berkarier sebagai seorang solois dan pemusik bertalenta. Setelah sukses dengan debut albumnya yang berjudul Explore! pada tahun 2015 silam, bulan September ini Isyana siap unjuk kemampuan lagi di album terbarunya, Paradox.
Diluncurkan pada tanggal 1 September 2017, album solo ke dua Isyana sarat akan makna dan warna-warna baru. Ketika ditemui oleh tim redaksi Popbela.com pada tanggal 29 Agustus lalu, Isyana berbagi cerita mengenai latar belakang album Paradox, hingga rahasia-rahasia kecil dalam kehidupannya.
Hello Sya, congrats on your new album, Paradox! Cerita dong, apakah kamu pernah memiliki cita-cita selain jadi penyanyi waktu masih kecil?
Nggak ada! Aku dari kecil selalu ingin terjun di bidang musik, bahkan aku dulu bercita-cita untuk jadi seorang maestro.
Maestro yang seperti apa?
Yang genre-nya musik klasik, soalnya dari kecil aku memang banyak terinspirasi dari musik klasik. Jadi dari usia 6 tahun, aku sudah bercita-cita untuk kelak menjadi seorang maestro, seorang composer lagu yang handal memimpin sebuah orkestra musik klasik.
Kamu dan kakak perempuanmu, Rara Sekar, sama-sama terjun di bidang musik. Apa yang jadi inspirasi kalian?
Dari kecil, aku dan kak Rara sudah terinspirasi dari orangtua kami. Ibuku juga seorang musisi, beliau mengambil diploma program musik di Belgia. Selain itu, Ayahku juga seorang pecinta musik, beliau menghabiskan masa mudanya untuk bermusik. Mungkin karena itu, aku dan kak Rara sama-sama jatuh cinta dengan musik sejak usia muda.
Siapa saja sosok yang paling berpengaruh buat seorang Isyana Sarasvati di dunia musik?
Paling banyak, aku dipengaruhi oleh sosok-sosok musisi klasik, karena aku tumbuh mendengarkan lagu-lagu mereka. Passion aku di bidang musik semakin tumbuh dan kuat karena dari dulu aku selalu ikut kompetisi-kompetisi di bidang musik klasik, lomba komposisi musik klasik dan hal-hal serupa.
Who is your favorite composer?
I can’t pick just one. Yang paling aku suka, di antaranya adalah Tchaikovsky, Olivier Messiaen, Charles Gounod, dan Bach.
Kamu berangkat dari seorang musisi klasik, dan sekarang ‘menyeberang’ ke genre musik Pop. Boleh cerita, bagaimana sepak terjang dan pengalaman kamu?
Sebenernya aku nggak menyeberang dari musik klasik ke musik pop, karena sampai sekarang aku masih mendalami keduanya. Setiap tahun, aku masih melaksanakan konser musik klasik, sekitar dua sampai tiga kali dalam setahun. Tapi aku pikir, Indonesia akan selamanaya mengenalku sebagai penyanyi pop, karena musik klasik di negara ini masih sangat segmented.
Boleh cerita tentang dinamika relationship kamu dengan kak Rara Sekar? Sebagai saudara cewek, pernah berantem atau merasa dibanding-bandingkan, nggak?
Nggak sama sekali! Aku dan kakakku terpaut jarak 3 tahun, tapi kami saling melengkapi. Believe it or not, kami nggak pernah sekalipun berantem sejak kecil, malah selalu bercanda dan saling mendukung. Mungkin ada hubungannya dengan minat kami yang mirip tapi beda — aku lebih tertarik terjun ke dunia musik, sedangkan kak Rara lebih condong ke dunia pendidikan dan sosial. Walaupun begitu, kami selalu bertukar ide dan pikiran.
Apa rasanya ditinggal ke luar negeri oleh kak Rara?
Sedih banget, soalnya aku termasuk orang yang introvert dan sangat berpegang pada keluarga. Kak Rara adalah kakakku satu-satunya, aku merasa kehilangan sekali saat jauh dengan dia.
Sebagai seorang introvert, pernah merasa lelah terjun ke dunia entertainment, nggak?
Nggak juga sih, karena aku tau bahwa ini sudah jadi pilihan hidup. Selama aku bisa sharing tentang hal-hal yang aku suka, karya yang aku ciptakan sampai topik yang memang menyenangkan, this profession doesn’t drain my energy.
Bicara tentang musik, apa nih bocoran album terbaru Isyana Sarasvati yang berjudul Paradox?
Yang pasti, album ini isinya penuh dengan pengalaman hidupku selama dua tahun terakhir ini. Kalau album pertamaku, Explore!, banyak berisi mengenai imajinasi dan curhatan teman, di album Paradox ini aku benar-benar mengupas semua yang aku alami secara pribadi — semacam curhat, jadinya.
What can we expect from Paradox?
Album ini pasti terdengar lebih dewasa dibanding album pertama, mulai dari alur musik sampai pilihan liriknya. Maklum, album pertama kubuat saat baru berusia 19 tahun, sedangkan album Paradox ini aku selesaikan saat aku sudah berusia 24 tahun. Ada proses pendewasaan diri yang terjadi dan tertuang di album Paradox.
Punya kiat khusus a la Isyana Sarasvati untuk memiliki work-life balance?
Sejujurnya, kehidupan sosialku dari dulu nggak pernah terlalu ‘heboh’ karena aku lebih suka mengahabiskan waktu bersama keluarga. Saat sedang tidak bekerja, aku lebih memilih untuk bersantai dengan keluarga, jadi nggak sulit menciptakan work-life balance. Bahkan, aku selalu ditemani ibuku saat sedang pergi kemanapun, dan aku yang meminta beliau menemani walaupun usiaku sudah 24 tahun. Hahaha!
Last but not least, apa pengalaman paling berkesan sepanjang berkarier di bidang musik?
Yang paling nggak bisa aku lupakan, adalah saat aku jatuh di panggung Kahitna Love Festival 2016 di Jakarta, tahun lalu. Waktu itu aku nggak sadar ada monitor di belakangku, dan tersandung sampai jatuh berkunang-kunang. Sejujurnya, aku sangat pusing akibat terjatuh, tapi berhubung semua penonton sangat suportif maka aku kembali berdiri dan menyanyi. The show must go on, bahkan aku sempat berpose dulu untuk kamera sebelum kembali menyanyi, hahaha!