Dari tahun ke tahun, Ramadan selalu terasa berbeda. Tahun lalu mungkin kamu masih duduk di bangku kuliah, sedangkan kini sudah bekerja mengisi posisi yang diidamkan sedari dulu. Tahun lalu, kamu masih bisa mengikuti tarawih setiap malam karena jadwal yang cukup luang, namun kini hanya bisa datang ke masjid di saat weekend.
Perbedaan itu terasa jelas jika kamu flashback ke tahun 2000-an, saat kamu masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Ada kebiasaan yang selalu dilakukan anak-anak sekolah di bulan suci, yang sekarang ini sudah jarang atau nggak pernah kamu lakukan lagi. Bahkan mungkin, sudah nggak dilakukan generasi zaman now. Kira-kira, apa saja, ya?
Waktu masih sekolah (entah SD, SMP, SMA) dan saat itu Ramadan, biasanya pihak sekolah akan mengadakan pesantren kilat (sanlat) yang wajib selama sekitar 1-2 minggu. Pada masa itu, sesi belajar menjadi berkurang, berganti dengan ibadah seperti mengaji bareng dan mendengarkan ceramah. Beberapa sekolah bahkan mengadakan acara buka puasa bersama! Setelah memasuki perkuliahan, nggak ada lagi wajib sanlat yang harus kamu ikuti.
Masih ingat, nggak? Saat sebelum memasuki bulan puasa, kamu pasti akan menerima buku sanlat. Di dalamnya, kamu harus mencentang kolom salat lima waktu dengan jujur. Namun yang paling berat dari mengisi buku itu adalah menuliskan ceramah yang kamu dengar saat sebelum buka puasa atau saat tarawih. Beberapa buku bahkan membuat kolom tanda tangan penceramah yang harus diisi! Jadi setelah salat, kamu harus menemui Pak Ustaz untuk meminta tanda tangannya. Sekarang, bukunya masih ada nggak, ya?
Jujur saja, melihat teman bermain di lapangan masjid saat ceramah atau salat tarawih berlangsung membuatmu ingin ikut bergabung dengan mereka, bukan? Alhasil, kamu jadi menyelinap keluar dan main bersama, deh. Kadang, ada juga tukang jajanan yang berjualan di depan masjid, seakan memanggil untuk membeli dagangannya. Makanya saat masih remaja, salat tarawih hanya menjadi alasan agar kamu bisa berkumpul dengan teman dan bermain di masjid. Tapi, ini jadi kenangan seru yang nggak akan terlupa.
Meski mata masih mengantuk, semangat untuk ikut perkumpulan remaja sekitar rumah (misalnya karang taruna) keliling membangunkan sahur membuatmu jadi terbangun. Keliling dengan mendorong gerobak, memukul alat tabuh ala kadarnya agar terdengar ramai, berteriak "Sahur... Sahur....", kemudian sahur bersama di masjid sembari menunggu waktu Subuh. Namun itu dulu, saat masih kecil menuju remaja. Kini saat sudah menjadi orang dewasa, kamu nggak sempat lagi mengikuti kegiatan ini dan memilih jadi yang dibangunkan.
Pada tahun 2000-an, kegiatan sahur on the road (SOTR) jadi kegiatan yang paling dinanti. Bersama rombongan menaiki kendaraan, berkeliling membagikan sahur pada yang membutuhkan, berkumpul untuk sahur bersama, rasanya menyenangkan meski dinginnya cuaca menusuk ke tulang. Kegiatan ini sebenarnya masih sering dilakukan sampai sekarang oleh banyak kalangan, nggak hanya anak sekolah. Namun adanya peraturan mengenai sahur on the road ini kemudian membatasi kegiatan ini.
Pernah melakukan semuanya saat masih sekolah dulu, Bela? 5 kegiatan ini membuat bulan Ramadhan terasa istimewa. Mengenangnya, jadi ingin kembali ke masa lalu lagi, deh!