Pada acara peresmian Jakarta Aquarium di Pusat Perbelanjaan NEO Soho Jakarta Barat, Susi Pudjiastuti hadir dengan mengenakan balutan hitam dengan kain batik yang diselempangkan di pundaknya. Begitu naik ke panggung dan memberikan sambutan, Susi tertawa seraya mengucapkan permintaan maaf karena mengenakan kacamata hitam. Setelah itu, Susi menyampaikan pesan-pesannya tentang menjaga kebersihan lautan.
“Indonesia adalah bangsa bahari, alias bangsa dengan lautan nomor 2 yang terluas di dunia,” ujar Susi.
Menteri Kelautan dan Perikanan ini bercerita tentang pengalamannya ketika melakukan Kegiatan Indonesia Bersama Menghadap Laut. Kegiatan yang memiliki slogan “Laut Bukanlah Tempat Sampah, Don’t Trash Our Oceans” ini dilakukan di 73 titik pantai Indonesia.
Serupa dengan kegiatan itu, program Lautku Bersih ini menyadarkannya bahwa ada banyak sampah plastik yang mencemari lautan. Indonesia meraih prestasi yang tidak membanggakan yaitu sebagai penyumbang limbah plastik kedua sedunia setelah China. Edukasi tentang laut bagi Susi sangat krusial untuk mewujudkan misi menjadi poros maritim di dunia. Misalnya dengan tidak membuang limbah plastik ke lautan juga mengembangkan ide untuk melakukan pengolahan produk plastik.
Setelah berkeliling Jakarta Aquarium dan melihat-lihat koleksi 600 satwa langka dan asli Indonesia. Susi mengatakan bahwa keberadaan tempat edutainment seperti ini sangat penting keberadaannya. Menurutnya, tempat wisata yang sekaligus bisa menjadi tempat belajar ini sangat bermanfaat untuk anak-anak.
“Beruntungnya ada tempat seperti ini, anak-anak kita bisa lihat betapa beragamnya ciptaan Tuhan. Betapa beragam jenis ikan, berwarna-warni, berbeda bentuk. Ribuan bentuk dan ribuan warna ini ada di dalam dasar laut kita,” tuturnya.
Susi membandingkan keadaan anak-anak di kota Jakarta ini dengan anak-anak yang berada di beberapa pesisir pantai Indonesia. Anak-anak yang berada di wilayah pantai dan dekat tempat wisata seperti Raja Ampat sering dititipkan pesan untuk menjaga lautan. Setiap harinya mereka menyaksikan turis yang berdatangan silih berganti ke tempat mereka untuk berlama-lama di laut, tanpa sebenarnya mereka tahu apa yang sesungguhnya berada di dasar laut sana.
“Anak-anak kita di pesisir nggak bisa melihat keindahan itu. Mata telanjang nggak mungkin bisa melihat keindahan laut,” ucap Susi. Berangkat dari kekhawatirannya itu, Susi ingin mengadakan kampanye untuk memberikan kacamata google kepada anak-anak pesisir.
Setelah bercerita tentang kisah anak-anak pesisir, Susi teringat dengan larangan anaknya. “Saya dulu suka banget makan sup sirip ikan hiu. Tapi, anak saya melarang,” ucapnya. Dari larangan tersebut, Susi pun teringat bahwa hal-hal kecil seperti berhenti mengonsumsi kuliner tertentu juga bisa membantu pelestarian laut.
“Dibutuhkan kesadaran bahwa kita memang ingin menjaga,” ucap Susi sambil menutup acara peresmian.
Penulis: Tyas Hanina