Akhir bulan Oktober 2022 ini, bioskop Indonesia kedatangan tamu film-film horor. Mulai dari film lokal, hingga luar negeri, semua antri untuk memacu adrenalin kamu. Terbaru dan yang wajib ditonton oleh semua pencinta film horor, yakni The Devil’s Light yang rilis pada 28 Oktober 2022.
Menawarkan kengerian yang membuatmu tak bisa bernafas lega selama 93 menit durasinya, bagi saya film ini tak terlalu seram. Tapi, hati-hati bagi kamu yang tidak bisa menahan kaget. Sebab, film ini akan membuatmu tak tenang saat menontonnya. Kenapa?
Sinopsis: belajar ritual pengusiran iblis yang berujung petaka
Annie yang kemudian dikenal sebagai Suster Ann (Jacqueline Byers) memutuskan untuk menjadi biarawati setelah apa yang menimpanya di masa lalu. Di tempat ia mengabdikan diri, diam-diam Suster Ann sering menyelinap ke dalam kelas yang tengah mempelajari ritual pengusiran iblis. Padahal sejak ratusan tahun lalu, kelas ritual pengusiran iblis yang diselenggarakan oleh gereja-gereja Katholik hanya menerima murid laki-laki.
Meski sempat ditegur keras karena seringkali terlihat di ruang kelas tersebut, Suster Ann akhirnya diizinkan oleh Romo Quinn (Colin Salmon). Romo Quinn melihat bahwa Suster Ann memiliki potensi yang besar. Sehingga untuk pertama kalinya sejak ratusan tahun, kelas tersebut memiliki siswa perempuan.
Suster Ann sangat bahagia mendapat kesempatan tersebut. Ia pun mempelajari dan mengobservasi banyak kasus berat agar bisa melakukan ritual pengusiran iblis. Sayangnya, ia tak tahu bahwa ada bahaya besar mengintai dirinya jika ia sampai berhasil melakukan exorcism.
Zona nyaman sang sutradara
The Devil’s Light atau yang memiliki judul lain Prey for The Devil, disutradarai oleh Daniel Stamm. Melihat jenis film, genre, hingga premis yang ditawarkan, kita akan mengetahui bahwa film ini menjadi zona nyaman sang sutradara.
Bagi Daniel, menyutradarai film dengan genre horor–terutama yang berkaitan dengan exorcism–bukanlah hal yang baru. The Last Exorcism yang rilis di tahun 2010, misalnya. Film panjang kedua yang dibuat oleh Daniel juga berkisah tentang ritual pengusiran setan. Bedanya ada pada lokasi dan sudut pandangnya. Dalam The Devil’s Light mengambil sudut pandang sang pastor yang membantu ritual exorcism.
Memang, tak ada salahnya Daniel membuat karya yang sesuai dengan zona nyamannya. Namun, tentu di balik itu Daniel menyimpan potensi besar yang bisa membuat karyanya tak monoton dan nggak melulu soal exorcism, kan?
Berpotensi menjadi sebuah pembuka universe baru
Mengambil kisah seorang biarawati dan gereja Katholik, banyak warganet yang mengira kalau merupakan kisah lain dari universe The Conjuring dan The Nun. Namun, melihat sebagian besar kisahnya yang bercerita tentang ritual pengusiran iblis, ada pula yang menganggapnya sebagai bagian dari kisah lain The Exorcist.
Semua anggapan itu tidaklah benar. The Devil’s Light merupakan kisah tersendiri yang tidak terhubung dengan film mana pun. Robert Zappia, sang penulis naskah, membuat cerita ini sebagai kisah original. Namun, bukan tak mungkin jika The Devil’s Light menjadi pembuka untuk universe baru di kemudian hari, bukan?
Kisah yang kurang seram, hanya sound effect yang mengagetkan
Secara keseluruhan, menurut saya, The Devil’s Light sangat seru untuk ditonton. Kita tidak hanya melihat bagaimana ritual pengusiran iblis dijalankan, tapi juga ikut belajar untuk bisa melakukan exorcism juga.
Dibandingkan dengan The Nun atau The Last Exorcism, kisah The Devil’s Light kurang begitu seram. Hanya musik yang mengagetkan untuk visual yang bisa dibilang tanpa kesan horor sekali pun.
Bagaimana, Bela? Siap menyaksikan dan sedikit ‘belajar’ exorcism lewat film The Devil’s Light?