Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Jazz Gunung Slamet 2024, Menikmati Romantisnya Jazz di Ketinggian

Jazz Gunung Series 2024 dimulai, kamu menunggu yang mana?

Niken Ari Prayitno

Sabtu, 11 Mei 2024, pukul 16.00 WIB, hujan deras masih mengguyur kawasan Wana Wisata Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. Acara musik Jazz Gunung Slamet 2024, yang juga sebagai pembuka Jazz Gunung Series tahun ini, terpaksa mundur sedikit dari jadwal yang telah ditentukan karena kondisi yang tak memungkinkan. 

Meski ditunda, saya sama sekali tidak kehilangan antusias. Sebab, ini adalah kali pertama saya menyambangi konser di kaki gunung yang sejuk, sehingga memberikan vibes yang berbeda. Selain udara yang bersih dan dingin, suasana romantis dan syahdu juga menyelimuti pertunjukan malam itu.

Cresensia Naibaho 'memanaskan' suasana sebagai pembuka konser

Dok. Jazz Gunung

Tepat pada pukul 19.15 WIB, pertunjukkan dimulai. Jamaah Al-Jazziyah (sebutan untuk para penonton Jazz Gunung), sudah begitu tak sabar untuk menyaksikan para musisi kesayangannya tampil di atas panggung. Cresensia Naibaho menjadi musisi pembuka dan berhasil 'memanaskan' suasana yang terasa begitu dingin selepas hujan.

Selama kurang lebih 40 menit, musisi asal Yogyakarta itu membawakan sekitar tujuh lagu. Sambil sesekali menyapa penonton, Cresensia tampil begitu enerjik dan berhasil membawa suasana. Bahkan, saat membawakan lagu "Movin to You", ia sempat berkaca-kaca dan suaranya sedikit bergetar karena begitu larut dalam lagu yang ia nyanyikan.

Penampilan memukau musisi lokal, Langthiep & The Boy Friends

Dok. Jazz Gunung

Lanjut ke penampil berikutnya, ada Langthiep & The Boy Friends. Musisi asal Purwokerto ini mendapat sambutan hangat dari penonton berkat permainannya yang apik dan mengesankan. Bahkan, Sal Priadi juga memberikan pujian terhadap mereka melalui akun Instagram pribadinya. 

"Ke mana aja gue, baru tahu ada musisi Purwokerto sekeren ini," tulis Sal.

Langthiep & The Boy Friends berhasil mengajak penonton untuk sing along berkat lagu-lagu populer yang dibawakannya. Ada "I don't Wanna Miss a Thing" dan "Cukup Siti Nurbaya" yang diaransemen ulang menjadi begitu jazzy.

Lagu daerah jadi lebih catchy saat dibawakan ulang oleh Borderline ft. Nita Aartsen

Dok. Jazz Gunung

Malam masih panjang dan konser masih terus berlanjut, pertunjukan kemudian dilanjutkan dengan penampilan seru dari Borderline ft. Nita Aartsen. Mereka membuka penampilannya dengan menggubah lagu "Jali-Jali" ke dalam versi jazz yang catchy. Tak heran jika semua penonton ikut bergoyang dan membawakan lagu tersebut bersama-sama.

Nita membawakan dua lagu pertama, yang kemudian disusul dengan penampilan instrumen dari Borderline. Dua instrumen lagu "Graysun" dan "Eye of Universe", dibawakan dengan begitu memukau yang disambut dengan tepukan riuh dari penonton.

Bernostalgia bareng Mus Mujiono dan Ermy Kullit

Dok. Jazz Gunung

Konser kemudian dilanjutkan dengan sesi nostalgia bersama Sang Living Legend, Mus Mujiono dan Ermy Kullit. Bersama-sama, mereka membuat suasana menjadi begitu hangat. Sebab, kedua musisi ini telah berkarier begitu lama. Tak heran, jika lagu-lagu yang dibawakannya begitu melegenda.

Dibuka dengan hits Puncak Asmara, Nono, begitu akrab ia disapa, diiringi trumpet dan trombone membuat sajian musiknya malam tadi terasa "menyala". Setelah lagu "Keraguan", giliran Ermy Kullit yang menginvasi panggung Jazz Gunung Slamet 2024 dengan tembang "Pasrah", "Standby Me" (cover version Ben E. King), dan "Kasih".

"Ini yang datang pada muda-muda mahasiswa ya, biar dapat tiketnya yang murah," guyon Ermy yang ditanggapi gelak tawa penonton. "Ini lagu saya rekam tahun 1988, belum pada lahir ya?"

Kelakarnya sambil membuka lagu Pasrah diiringi tepuk tangan dan koor dari penonton.

Malam yang panjang ditutup dengan seru oleh Sal Priadi

Dok. Jazz Gunung

Malam seolah begitu panjang di hari itu. Sampai-sampai, penampilan terakhir dari Sal Priadi pun tak terasa. Musisi tersebut hadir di atas panggung membawakan lagu-lagu populer miliknya. Seperti, "Dalam Diam", "Dari Planet Lain", dan "Mesra-Mesraannya Kecil-Kecilan Dulu". 

Penampilannya yang begitu enerjik membuat suasana malam kian panas. Semua orang ikut berdendang dan bergoyang mengikuti irama yang ada. Sayangnya, saya tak bisa mengikuti penampilan Sal Priadi hingga selesai, sebab harus mengejar kereta terakhir untuk kembali ke Jakarta.

Meski tak sampai selesai, Jazz Gunung Slamet 2024 ini benar-benar memberikan pengalaman baru bagi saya. Saya tak menyangka, musik jazz bisa terasa begitu romantis jika dibawakan di alam terbuka, ditambah dengan sejuknya pegunungan. Tentu, malam itu menjadi malam yang tak terlupakan bagi saya dan juga penonton Jazz Gunung lainnya.

IDN Channels

Latest from Inspiration