Sebagai penonton, seringkali kita dibuat takjub akan kepiawaian para aktor atau aktris saat melakukan adegan aksi penuh ketegangan. Namun dibalik itu semua, ada stuntman yang bertugas untuk menggantikan aktor utama dalam melakukan adegan-adegan berbahaya. Hal ini semata-mata demi menjaga keselamatan para aktor dan aktris utama yang berlakon.
Lewat The Fall Guy, David Leitch selaku sutradara ingin mengajak penonton untuk memberikan tribut kepada para stuntman di seluruh dunia. Tanpa stuntman, sebuah film genre action akan terasa hambar dengan tiadanya adegan menegangkan penuh aksi.
Film ini bukan hanya sebagai hiburan saja. Tapi juga memberi perspektif dari ketimpangan hidup seorang stuntman dibandingkan dengan sang aktor utama. Mereka bertaruh nyawa dengan melakukan aksi berbahaya seperti tembak-menembak, melompat dari gedung, serta ledakan. Kontribusi mereka sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dalam buana sinematik, berhasil mengukir kesuksesan sebuah film.
Sinopsis The Fall Guy: Saat seorang stuntman terlibat dalam misi berbahaya
Colt Seavers (Ryan Gosling) bekerja sebagai stuntman untuk aktor utama bernama Tom Ryder (Aaron Taylor-Johnson). Ia bertugas melakukan reka adegan berbahaya dalam sebuah film. Mulai dari melompat dari gedung, terguling dari mobil, tembak-menembak serta aksi kejar-kejaran di jalanan.
Kariernya sebagai stuntman terbilang cukup gemilang. Begitu juga dengan kasih asmaranya dengan Jody Moreno (Emily Blunt). Sang pujaan hati yang merupakan operator kamera, menjadi sumber motivasi terbesarnya. Asalkan selalu bersama dengan Jody, semua risiko pekerjaan yang ia hadapi sebagai stuntman, bukanlah penghalang bagi profesinya.
Naas, ia mengalami musibah yang membuatnya jatuh dari atas ketinggian. Akibat Kecelakaan kerja tersebut, Colt pun demotivasi dan memutuskan hiatus dari dunia stuntman dan produksi film. Ia memulai hidup baru sebagai valet parkir dan menghilang dari radar sang pacar serta rekan kerjanya.
Namun, profesi barunya sebagai juru parkir tak berlangsung lama. Ia mengambil tawaran bermain film aksi sci-fi berjudul Metalstorm, film yang disutradai oleh sang mantan kekasih, Jody.
Tapi siapa sangka, comeback-nya sebagai stuntman, malah membuat ia terseret kasus hilangnya Tom Ryder sebagai aktor utama Metalstorm. Ia pun terlibat dalam investigasi tersebut dan menghadapi konflik berbahaya serta rencana jahat yang mengancam dirinya. Akankah ia bisa mengungkap itu semua?
Reuni akbar tiga genre besar Hollywood dalam satu film
Melihat rekam portfolio David Leitch, saya tidak menyangka ia berhasil mengawinkan tiga genre besar Hollywood sekaligus dalam The Fall Guy. Baik unsur komedi, aksi menegangkan, dan romansa mendapat porsi yang pas dan saling berkesinambungan satu sama lain.
Rasa cinta Colt yang besar kepada Jody menjadi benang merah yang merekatkan tiga genre itu menjadi satu kesatuan yang absolut. Kisah cinta dua lovebird ini membuat emosi penonton terombang-ambing selama 126 menit.
Kisah romansa yang realistis dengan kehidupan sehari-hari
Salah satu pembeda The Fall Guy daripada film aksi David Leitch lainnya terletak pada bumbu romansa di dalamnya. Tidak mau mengambil kisah romansa picisan, David justru berusaha "menampar" penonton dengan percintaan pahit yang relate dengan realita.
Pada awal film, Jody dan Colt digambarkan sebagai couple goals yang saling support satu sama lain. Semua berubah saat Colt mengalami kecelakaan kerja. Ia yang kecewa bahwa dirinya telah gagal dalam kariernya, memutuskan untuk mengakhiri hubungan asmaranya. Hal ini karena Colt merasa Jody pantas mendapat pria lain yang lebih baik darinya.
Begitu juga dengan Jody yang merasa sakit hati dengan pengabaian Colt. Sebagai kekasih yang diputuskan secara sepihak, Jody pun menjadi mempertanyakan alasan apa yang membuat Colt menjauh. Sebagai bentuk 'balas dendam', Jody mengubah kegalauannya menjadi ambisi untuk mengantar kariernya sebagai sutradara.
Banyak makna kehidupan yang bisa dipetik di dalamnya
Saya yakin bahwa David Leitch bukan hanya sutradara profesional saja. Tetapi juga seorang bijak yang kerap menyuntikkan pesan filosofis kehidupan ke dalam karyanya. Ingat bagaimana Bullet Train yang menampilkan perjuangan seorang ayah dalam melindungi anaknya serta lusinan quotes bijak yang diucapkan para karakternya?
Nah, bumbu humaniora tersebut juga bisa kamu temukan di The Fall Guy. Saya sebagai penonton turut terenyuh melihat sisi humanis para karakter di dalamnya, terutama Colt Seavers. Dibalik perawakannya yang maskulin, gagah, dan gentleman, Colt adalah seorang manusia biasa. Ia juga menangis saat sedang merasa rapuh dan sedih.
Tepuk tangan juga untuk Ryan Gosling yang berhasil merepresentasikan rasa frustasi seorang pria saat mengalami kegagalan di film ini. Lewat Colt Seavers, Ryan menampilkan eksplorasi perasaan kaum adam sebagai manusia biasa. Seolah, Ryan ingin merangkul para pria di seluruh dunia untuk tidak takut menunjukkan sisi rapuhnya kepada orang terdekat.
Persembahan David Leitch untuk para stuntman
David Leitch selaku sutradara mengungkapkan bahwa The Fall Guy adalah sebuah film apresiasi untuk para stuntman di seluruh dunia. Lewat karakter Colt Seavers, saya diajak untuk memahami beban kerja yang berisiko dari seorang stuntman. Pekerjaan mereka yang tidak mudah, karena seringkali para stuntman berhadapan dengan bahaya yang bisa mengancam nyawa.
Film ini menjadi bentuk penghormatan kepada stuntman yang telah berjasa menciptakan adegan berbahaya yang menegangkan. David Leitch selaku sutradara pun memulai kariernya sebagai stuntman. Ia mengenang bahwa rasa cintanya kepada industri film, memotivasinya untuk terus maju sampai di tiitk ini.
“Karier saya telah terbangun selama 20 tahun sebagai pemeran pengganti, terbang dengan terkait oleh kabel, menabrak mobil, bahkan terbakar, bekerja sama dengan semua departemen di industri ini. Cinta saya pada pembuatan film memotivasi saya untuk terus maju. Saya telah belajar dari berbagai macam produksi film yang luar biasa dan juga bekerja dengan berbagai departemen dalam produksi selama bertahun-tahun," kenang David melalui Universal Studio
Visual efek yang spektakuler
Satu hal yang membuat saya berdecak kagum adalah sajian visual megah dari adegan action yang memuaskan. Memakai kamera Panavision serta diambil dengan kualitas IMAX sebagai aspek teknis, membuat skena aksi di dalamnya terasa sangat dramatis.
Belum lagi shot gambar yang diambil dengan resolusi 6-8K dengan frame rate hingga 75 fps, berhasil membuat setiap adegan per adegan di dalamnya terasa spektakuler.
Scoring yang top markotop
Dari segi desain musik, The Fall Guy punya sound effect dan scoring yang gahar. Terdengar banyak tembakan, dentuman, gempuran, dan ledakan yang membuat film ini benar-benar terlihat dahsyat. Belum lagi skoring yang ditampilkan terasa natural dan mengalir mengikuti alur film.
Beberapa lagu populer juga disuntikkan dalam film ini sebagai backsong untuk beberapa adegan penting. Tidak asal tempel, lagu-lagu ini disesuaikan dengan mood sang pemeran utama. Misalnya penggunaan "Thunderstruck" oleh AC/DC saat turning point karakter Colt, serta "All to Well" milik Taylor Swift saat Colt bersedih dan galau.
The Fall Guy adalah salah satu tontonan seru yang cukup refreshing dan menghibur. Dengan label R13+, film ini menjadi pilihan yang bisa kamu saksikan bersama keluarga. Poin penting dengan menyorot stuntman sebagai pionir kesuksesan film action di Hollywood, membuat tayangan ini tampak unik dan berbeda dari film kebanyakan.
Bagaimana, Bela? Apakah kamu ada rencana menonton The Fall Guy di akhir pekan ini?