Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Sangat Dihormati, 11 Orang Genius Ini Justru Mengidap Gangguan Mental 

Pandangan aneh hingga gangguan mental yang berakhir tragis

Amelia Solekha

Dilansir Psychiatric Times, Aristoteles pernah berkata, "There is no genius without having a touch of madness."

Hal ini merujuk pada istilah bahwa genius, terutama ilmuwan adalah orang yang memiliki gangguan mental.

Menurut Live Science, para peneliti di Festival Sains Dunia pada tahun 2012 berbagi hasil eksperimen yang menemukan bahwa orang dengan gangguan bipolar cenderung bekerja lebih baik. Jelas, itu hanya sebagian kecilnya saja. Di poin-poin ini kita akan mengulas tentang beberapa pemikir terbesar dalam sejarah yang memiliki kegilaan atau gangguan mental lainnya. 

1. Pythagoras: kacang dianggap sebagai simbol kematian

Pythagoras adalah salah satu orang Yunani kuno yang terkenal karena karyanya dengan segitiga. Tetapi menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, dia dikenal di antara orang-orang sezamannya karena renungan filosofisnya tentang jiwa. 

Atlas Obscura mengatakan bahwa Pythagoras memiliki pengikut yang hidup secara komunal dan vegetarian, tetapi mereka sangat menentang kacang. Itu merupakan kepercayaan lama yang dianut oleh orang Mesir kuno.

Pythagoras menganggap kacang sebagai simbol kematian, dia percaya bahwa satu kacang berisi jiwa orang yang sudah mati. Hal itu dianggap aneh karena mayoritas orang Yunani kuno sangat menyukai kacang. Pythagoras juga meyakini bahwa tanaman kacang adalah tangga menuju neraka. 

2. Hedy Lamarr: terobsesi untuk terus awet muda

Hedy Lamarr adalah seorang genius yang cantik. Dia juga seorang aktris dan inspirasi untuk Putri Salju versi Disney. Di balik kesempurnaan fisiknya, dia juga seorang penemu teknologi yang merevolusi sistem komunikasi dan panduan militer, mengubah cara pesawat dirancang, dan dibuat. Penemuannya juga menjadi cikal bakal WiFi hari ini.

Tetapi, di balik itu semua, ia tidak mendapatkan kompensasi atas kecemerlangannya. Sky History mengatakan bahwa setelah dia gagal membuat kariernya kembali bersinar di akhir 50-an, segalanya berubah menjadi buruk. 

Pada tahun 1970-an, Hedy sangat terobsesi untuk menemukan Mata Air Awet Muda. Karena sudah tidak laku lagi di industri Hollywood, dia mulai melakukan operasi plastik demi merebut kembali masa mudanya. Dia bahkan memelopori beberapa proses dan mengembangkan teknik yang akan menjadi standar operasi plastik.

Hidupnya berakhir dengan pengasingan. Ia tidak mau berinteraksi dengan orang-orang--termasuk anak-anaknya sendiri. Ia hanya berkomunikasi melalui telepon, hingga kematiannya pada tahun 2000.

3. Kurt Gödel: hipokondria yang tak terkendali

Flickr.com/levanrami

Majalah Time memasukan matematikawan Kurt Gödel di antara "100 pemikir paling berpengaruh" di abad ke-20. Menurut Institute for Advanced Study, karyanya dalam matematika, logika, dan filsafat merupakan terobosan baru. Dia terkenal karena "Incompleteness Theorems", yang mengungkapkan bahwa di dalam setiap teori akan selalu ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. 

Jørgen Veisdal, seorang peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia, mengatakan bahwa Kurt menderita hipokondria sejak masa kanak-kanak. Dia menyimpan catatan dari segala sesuatu di antaranya suhu tubuhnya sendiri. Dia juga mengonsumsi obat-obatan yang dijual bebas, khususnya, obat jantung. Hal ini dilakukan karena dia yakin bahwa jantungnya rusak akibat demam rematik yang dideritanya di masa kanak-kanak.

Paranoianya semakin parah seiring bertambahnya usia, Kurt juga menderita iophobia - ketakutan jika dia akan diracuni. Di tahun-tahun terakhirnya, dia hanya memakan makanan yang dibuat istrinya, dan ketika dia dirawat di rumah sakit, dia tidak mau makan. Itu terjadi pada tahun 1977, kemudian dia meninggal pada tahun 1978. Beratnya hanya 29,4 kg saat ia meninggal, penyebabnya adalah "malnutrisi dan gangguan jiwa yang disebabkan oleh gangguan kepribadian."

4. Howard Hughes: seorang genius dan germaphobia

Howard Hughes seorang jutawan yang sukses besar di Hollywood yang membeli maskapai TWA, membangun pesawat amfibi terbesar di dunia, dan beralih dari direktur menjadi kontraktor militer yang merevolusi industri dan membangun pesawat luar angkasa Amerika pertama yang mampu mendarat di bulan.

Menurut BBC, ia menderita gangguan obsesif-kompulsif yang membuatnya sering mencuci tangan, bahkan pernah hingga berdarah. 

OCD dan germaphobia Hughes didorong oleh perilaku ibunya yang selalu memeriksanya setiap hari untuk mencari tanda-tanda penyakit. Menurut American Psychological Association, gejala itu akhirnya tidak terkendali dalam dua dekade terakhir hidupnya. Obsesinya untuk mencuci tangan berubah menjadi membakar pakaiannya jika seseorang di sekitarnya sakit, atau jika dia mengira dia terkena kuman.

Howard akhirnya mengasingkan diri ke kamar hotel yang dia anggap bebas kuman. Kotak tisu bahkan ia gunakan untuk melindungi kakinya. Pada saat yang sama, dia justru tidak mandi dan menggosok gigi, ia yakin bahwa kuman tidak berasal dari dirinya, melainkan orang lain. Dia pun meninggal seorang diri pada tahun 1976.

5. Nikola Tesla: kecintaannya terhadap merpati dan kebenciannya terhadap mutiara

Fisikawan Serbia Nikola Tesla adalah ilmuwan yang dahulu tidak diakui. Popularitas baru meledak akhir-akhir ini, dipuji tidak hanya karena penemuannya, tetapi kemampuannya untuk merancang. Menurut Smithsonian, setelah bertahun-tahun menderita kekecewaan dan pengkhianatan, Tesla mulai menarik diri dari dunia pada tahun 1912.

Pada saat itu, gejala keanehannya mulai tampak: dia memiliki obsesi dengan angka tiga, menghitung setiap langkah yang dia ambil, dan sangat sensitif. Ia juga menulis bahwa tidak suka dengan anting-anting wanita, khususnya mutiara.

Ketika dia tinggal di kamar hotel New York City (dibayar oleh George Westinghouse), dia terobsesi dengan merpati, seekor merpati betina putih yang sangat dia sukai. Dia mengatakan bahwa merpati itu mengunjunginya untuk memberi tahu bahwa kematiannya semakin dekat, lalu meninggal dalam pelukannya. Diperkirakan bahwa hari ini dia didiagnosis dengan gangguan obsesif-kompulsif, dia juga menderita spektrum autisme. 

6. Edvard Munch: Teriakan

Edvard Munch adalah seorang genius di balik salah satu karya seni paling ikonik di dunia: "The Scream". Menurut Smithsonian, "The Scream" adalah karya dari halusinasi yang dia alami ketika dia masih muda.

Hal itu dimulai setelah kematian saudara perempuannya akibat tuberkulosis, penyakit yang juga dia derita. Dia pernah menulis bahwa hidupnya penuh dengan trauma, di antaranya hubungan cinta, dan perkelahian yang berakhir dengan tembakan hingga ia kehilangan salah satu jarinya.

Edvard semakin bermasalah seiring bertambahnya usia. Kemarahan dan halusinasinya menjadi tak terkendali. Selama 27 tahun terakhir, dia tinggal sendirian di rumahnya di dekat Oslo. Teman yang ia miliki hanya lukisannya yang dia anggap sebagai anaknya sendiri dan dia tidak bisa meninggalkan mereka. Saat meninggal, pihak berwenang menemukannya mengunci diri di rumahnya dengan hampir 20 ribu karya seni. 

7. Buckminster Fuller: filsuf masa depan

Photo by Hulton Archive/Getty Images/thoughtco.com

Buckminster Fuller Institute mendeskripsikan nama itu sebagai "filsuf praktis", dan meskipun namanya mungkin tidak dikenal secara luas, tetapi ada karyanya yang terkenal: kubah geodesik.

Dilansir Wired, Buckminster Fuller menderita hypergraphia, yakni keinginan yang menggebu untuk menulis atau menggambar. Itulah sebabnya, selain menjadi seorang arsitek, insinyur, dan ahli kosmologi, ia juga mencatat kejadian sehari-hari dalam hidupnya, dimulai pada tahun 1917 dan berakhir hanya setelah ia meninggal pada tahun 1983, seperti yang dilaporkan Atlas Obscura.

Ia pun menghasilkan Dymaxion Chronofile, sebuah arsip yang berisi 140 ribu halaman bersama dengan rekaman audio dan video yang membutuhkan waktu sekitar 1.700 jam untuk mendengarkannya. Itu dianggap sebagai catatan paling lengkap dalam hidup seseorang. 

Open Culture mengatakan bahwa Buckminster mengadopsi nama "dymaxion"--kombinasi dari kata "dinamis", "maksimum", dan "ion"--untuk menggambarkan dirinya. Dia percaya bahwa energi seseorang itu semacam reservoir. Itulah sebabnya dia menerapkan istilah "Dymaxion sleep", yakni tidur siang selama 30 menit setiap enam jam. Dia melakukannya selama dua tahun penuh.

8. Charles Darwin: dari perjalanannya hingga mengidap serangan kepanikan

Charles Darwin mencetuskan evolusi On the Origin of Species, dan mungkin kita pernah mendengar bahwa pengamatannya dimulai dalam perjalanannya selama 5 tahun di atas kapal yang disebut Beagle. Tapi, itu bukan keseluruhan cerita.

Di usianya yang baru 20-an, dia pergi menaiki kapal Beagle, saat dia kembali ke Kent di usia 28 tahun, Science mengatakan bahwa dia menderita serangan panik yang parah, serangan histeria, dan sering menangis, mual, dan muntah.

Dia menulis tentang beberapa hal yang mengerikan. Di antaranya perasaan depresi yang berulang, dan perasaan yang disebut depersonalisasi, yang digambarkan oleh Mayo Clinic sebagai perasaan di mana seseorang mengawasi dirinya sendiri dari luar tubuhnya, dan tentu saja hal ini tidak nyata. Darwin sampai takut meninggalkan rumah dan selalu panik jika memikirkan harus bertemu dengan rekan kerjanya. 

Itulah diagnosis yang sekarang digunakan oleh sebagian besar peneliti: panic disorder (gangguan kepanikan). Menurut LA Times, Darwin telah menulis bahwa ia menderita sembilan dari 13 gejala yang terkait dengan gangguan panik. Ia juga mengatakan bahwa jika dia tidak berjuang dengan gangguan mental itu, mungkin dia tidak punya waktu atau fokus untuk menulis karya pentingnya.

9. Vincent Van Gogh: karya lukis dan depresi mendalam

Ada kisah yang diyakini bahwa Vincent Van Gogh memotong daun telinganya sendiri dan memberikannya kepada seorang pelacur. Menurut The Guardian, pada 2016, mereka melaporkan bahwa Museum Van Gogh menemukan surat dari dokternya, Dr. Felix Rey, di mana dia menjelaskan bahwa Van Gogh memotong seluruh telinganya dengan pisau cukur. 

Melukai diri sendiri, membuktikan bahwa memang ada sesuatu yang sangat kelam yang terjadi di dalam diri Van Gogh, tetapi sejarawan tidak sepenuhnya yakin apa itu sebenarnya. Mereka tahu bahwa Van Gogh menjadi seniman setelah mengalami banyaknya kegagalan dalam hidupnya, ia juga seniman yang gagal--sebagian besar karyanya tidak laku. Banyak tebakan diagnosis yang bervariasi, mulai dari skizofrenia dan efek samping sifilis. Mungkin juga depresi, semacam mania dan bipolar.

Van Gogh dimasukkan ke rumah sakit jiwa setelah dia memotong telinganya (dengan bantuan dari petisi yang ditandatangani oleh tetangganya). Dia berusia 37 tahun ketika meninggal, 30 jam setelah menembak dirinya sendiri dengan pistol di bagian dadanya.

10. Jack Parsons: percaya pada sihir

"Ilmuwan roket" adalah semacam istilah untuk "orang yang benar-benar pintar" dan Jack Parsons adalah seorang ilmuwan roket literal--dia adalah salah satu pendiri Jet Propulsion Laboratory (JPL). Wired mengatakan bahwa Parsons dapat dianggap sebagai "bapak peroketan".

Tetapi, dia dianggap sebagai orang yang aneh. Menurut io9, tidak lama setelah dia menemukan bahan bakar roket padat dan menghasilkan kekayaan dengan menjualnya ke militer AS, dia mulai mencoba hal lain, seperti sihir seks dengan tujuan memanggil seorang dewi bernama Babalon.

Jack percaya bahwa Babalon akan menjadi ibu dari Antikristus, dan untuk menyelesaikan ritualnya dia merekrut pacar lamanya, L. Ron Hubbard, serta seorang seniman bernama Marjorie Cameron.

Tetapi, ada rumor bahwa ia merupakan simpatisan Komunis, yang membuatnya berada di bawah ancaman. Dia melakukan beberapa pekerjaan sebelum memutuskan masuk ke Hollywood dan bahkan ke okultisme, tetapi itu belum terwujud: dia terbunuh di beranda depan rumahnya saat menerima pesanan misterius yang ternyata bahan peledak. 

11. Ernest Hemingway: paranoia yang berlebihan hingga berakhir bunuh diri

Dalam hal penulis hebat, Ernest Hemingway ada di urutan teratas dari daftarnya. Tetapi, karier dan hidupnya berakhir pada tanggal 2 Juli 1961. Saat itulah dia menggunakan senapannya, berjalan melintasi rumahnya, dan bunuh diri. Menurut PBS, obituari awalnya mengklaim bahwa itu sebuah insiden. Tetapi, kisah sesungguhnya terkuak.

Dimulai pada akhir 1950-an, Hemingway memang sedang bergumul dengan depresi, kecemasan, dan bahkan disorientasi serta kebingungan. Depresinya semakin parah sehingga ia diperiksa di Mayo Clinic pada Desember 1960, dan dipulangkan dua bulan kemudian.

Tetapi, mereka mengonfirmasi bahwa kondisinya terus memburuk dan beberapa upaya bunuh diri berhasil digagalkan. Saat ini, diagnosis Hemingway cukup panjang: depresi, delusi paranoid, gangguan bipolar, hemochromatosis, dan alkoholisme. 

Pada tahun 2011, teman lama Hemingway dan penulis biografi A.E. Hotchner menulis sebuah artikel untuk The New York Times, di mana dia mengungkapkan bahwa paranoia Hemingway semakin parah, dan paranoia bahwa FBI akan menjebaknya. Dia melihat agen itu di mana-mana, dan pada saat itu, Hotchner dan istri Hemingway tidak mempercayainya. Beberapa dekade saat FBI merilis dokumen mereka, Hotchner pun benar 100 persen terkait Hemingway. 

Tak ubahnya hidup yang selalu dirundung kabut gelap, gangguan mental yang dialami para genius dunia tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang terjadi dalam kehidupannya. 

Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Sangat Dihormati, 11 Orang Genius Ini Justru Mengidap Gangguan Mental"

IDN Channels

Latest from Inspiration