Bela, apakah kamu tahu istilah niqab? Jika diambil dari Wikipedia, niqab alias cadar adalah kain yang digunakan untuk menutupi wajah. Belakangan ini, semakin banyak perempuan Muslimah yang memilih untuk ber-niqab dengan alasan ingin lebih terjaga dan nggak menjadi bahan lirikan dari para laki-laki.
Sayangnya, perempuan bercadar ini kerap mendapat penilaian miring dari sebagian orang yang belum mengenalnya. Nggak sedikit dari mereka harus berlapang dada lantaran sering mendapat perlakuan yang nggak menyenangkan dari orang lain, seperti pandangan sinis, bahkan sampai menyebut mereka sebagai teroris! Tentunya ini benar-benar membuat mereka terkesan buruk, padahal keadaan yang sebenarnya nggak seperti itu, lho.
Selain stigma buruk seperti itu, ada juga orang yang menilai jika perempuan bercadar ini akan sulit mendapatkan jodoh. Pakaian mereka tertutup, wajahnya pun tertutup, yang bisa terlihat hanya kedua matanya saja. Lalu, bagaimana mereka bisa dilirik oleh para kaum Adam?
Berangkat dari pemikiran itu, aku pun berusaha menemui seorang perempuan bercadar yang tergabung dalam komunitas Niqab Squad. Ada salah satu perempuan yang langsung mencuri perhatianku. Namanya Seyla Nada Kholisa. Meski masih belia, ternyata perempuan bercadar itu sudah menikah! Beginilah cerita Seyla hingga akhirnya bertemu jodoh setelah memutuskan bercadar.
Namaku Seyla Nada Kholisa. Aku berusia 20 tahun. Aku memutuskan bercadar saat aku baru berusia 18 tahun, tepatnya setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Keputusanku bercadar ini murni datang dari pribadiku sendiri, tanpa ada paksaan dari orang lain, termasuk keluarga intiku sendiri.
Sebenarnya, tak pernah terlintas di benakku untuk bercadar. Bagaimana bisa? Semasa sekolah saja aku tidak mengenakan jilbab, bagaimana mungkin aku terpikirkan untuk bercadar setelah lulus sekolah? Namun, itulah kuasa Allah. Ya, hidayah memang bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja tanpa pernah terduga sebelumnya.
Setelah bercadar, aku merasakan banyak perbedaan besar yang terjadi kepadaku. Dulu, aku lebih senang memakai pakaian seksi, tapi justru aku banyak mendapat perlakuan yang tak sopan dari laki-laki. Kalau jalan, banyak laki-laki yang meminta nomor ponselku dan menggoda tak sopan. Astagfirullah. Saat itu aku merasa hina sekali, murahan. Tapi sekarang setelah aku bercadar, jangankan ada yang melirik, melihatku saja mungkin mereka sudah takut.
Melihat perubahan itu, sebenarnya aku sempat berpikir kalau laki-laki saja nggak mau melirik, lantas bagaimana caraku mendapatkan jodoh? Bersyukurnya, Allah memberikan seorang sahabat yang memberikan nasihat menyejukkan kepadaku. Dia bilang, kalau jodoh dan rezeki sudah Allah yang mengatur. Bagaimana kitanya saja. Kalau kita baik, insya Allah jodohnya juga baik.
Aku pun bersabar. Dan Alhamdulillah, aku bertemu jodohku setelah satu tahun bercadar. Suamiku sebenarnya bukanlah orang baru di hidupku. Kami sudah saling kenal saat aku masih SMP karena rumahnya dekat dengan rumah nenekku. Aku pun sering bertemu dengannya saat sedang main ke rumah nenek. Ternyata saat melihatku mulai menutup aurat, justru dia jadi jatuh hati dan mantap melamarku.
Bersyukurnya, kedua orangtuaku langsung menerima lamaran itu. Aku akhirnya menikah saat usiaku 19 tahun. Sampai saat ini, aku dan suamiku masih sama-sama memperdalam ilmu agama. Kami ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Inilah yang akhirnya membuatku mantap untuk menikah meski tanpa melewati fase pacaran seperti anak muda lainnya. Jadi, tak perlu khawatir sulit mendapatkan jodoh hanya karena kamu bercadar, ya!
Pengalaman Seyla ini seakan mematahkan stigma kalau perempuan yang menutup auratnya dengan niqab itu sulit mendapatkan jodoh. Justru, jodoh itu hadir ketika ia sudah memutuskan untuk berhijrah sepenuhnya.
