Stigma sosial bahwa seorang wanita harus menikah pada usia tertentu sudah ada sejak dahulu kala. Bahwa wanita seharusnya menikah sesegera mungkin, memiliki anak, mengurus rumah tangga dan melakukan pekerjaan rumah, tumbuh perlahan menjadi paham yang dianut masyarakat luas, baik kaum adam maupun hawa sendiri. Kewajiban artifisial untuk menikah seolah menghantui wanita yang usianya sudah beranjak dari angka 25. Mereka yang berhasil menikah sebelum usia tersebut akan dinilai ‘berhasil’, terlepas dari apa pun makna keberhasilan yang dimaksud. Sebaliknya, jika sudah melewati batas keramat tersebut, satu per satu anggota keluarga mulai memberi kode-kode pertanyaan yang toh ujung-ujungnya memiliki inti yang sama: Nikahnya kapan?
Melawan arus pemikiran masyarakat pada umumnya, berikut 5 hal yang patut jadi pertimbangan kamu untuk tidak menikah muda.
1. Masih Banyak Mimpi yang Perlu Ditunaikan
Kamu yang sudah berusia di atas 21 tahun pasti sudah mulai mengerti bahwa ternyata hidup ini bukan sekadar permainan. Ada begitu banyak tanggungjawab yang tiba-tiba muncul tanpa pernah kamu pikirkan sebelumnya. Biaya hidup pribadi, tanggungan keluarga sampai biaya kehidupan sosial menjadi hal-hal yang perlu kamu pikul dan siasati. Banyak mimpi-mimpi yang tadinya kamu pikir akan terwujud setelah kamu dewasa ternyata belum kunjung terwujud. Sementara itu, pernikahan berarti kamu akan berbagi hidup, mimpi dan cita-cita dengan orang lain. Ingat, kamu nggak harus mengorbankan mimpimu hanya untuk menuruti stigma masyarakat tentang nikah muda.
Mimpimu untuk merintis karier, membuka usaha, jalan-jalan keliling dunia dengan penghasilan sendiri tidak harus kamu kesampingkan demi sebuah pernikahan yang tidak sepenuhnya kamu yakini. Ingat juga loh, bahwa kehidupan pernikahan itu bukan tentang apa kata mereka, melainkan tentang apa yang sebenarnya kamu rasakan.
2. Pernikahan Bukan Soal Usia, Melainkan Kesiapan
Sama halnya dengan anggapan usia yang tidak menentukan kedewasaan, begitu juga dengan usia tidak menentukan kesiapan untuk menikah. Usia yang terbilang dewasa tidak serta merta menjadikan kamu orang yang langsung siap untuk menikah. Kesiapan untuk menikah itu dibangun oleh banyak hal, dan usia tidak seharusnya menjadi tolok ukur tunggalnya. Kamu yang berusia di atas 25 tahun mungkin akan merasakan ketika ngumpul dengan keluarga besar dan kemudian muncul pertanyaan dari tante-tantemu yang kepo, “Jadi kapan nih calonnya dikenalin?” Dan kamu akan berpikir, “Jangankan dikenalin, wujudnya aja belum ada.”
Tenang, kamu nggak salah hanya karena belum mengenalkan pasangan di usia yang memasuki masa kritis tersebut. Nggak ada yang bisa menjamin di usia ke berapa kamu akan siap, termasuk dirimu sendiri. Kesiapan itu muncul nanti, ketika kamu sudah merasa mencapai sebagian besar hal-hal yang kamu impikan dalam hidup. Nggak ada yang salah dengan kesiapan untuk menikah yang mungkin muncul setelah kamu merasa sukses. Kamu nggak berhutang penjelasan terhadap siapa pun mengenai hal ini.
3. Mencari Kebahagiaan Diri Sendiri Itu Perlu
Yang kamu harus tahu adalah bahwa kebahagiaanmu tidak berasal dari siapa-siapa, melainkan dari dirimu sendiri. Jangan berpikir kamu baru akan bisa bahagia setelah mempunyai pasangan dan menikah. Kalau kamu nggak bahagia dan nggak puas dengan eksistensi dirimu sendiri, apa yang membuatmu yakin akan bahagia ketika bersama orang lain? Ingat, jangan menginvestasikan mimpi dan harapan kita dalam diri orang lain sebelum kita merasa bahagia dan cukup dengan diri sendiri. Mencari kebahagiaan diri sendiri itu perlu waktu dan nggak ada keharusan buat kamu untuk merasa terburu-buru.
4. Belum Matang Secara Finansial
Memang benar bahwa kita nggak harus kaya raya dulu untuk menikah, tetapi jangan lupa bahwa salah satu penyebab perceraian yang paling umum adalah masalah finansial. Nggak ada salahnya membangun kehidupan finansial yang lebih stabil terlebih dulu sebelum memutuskan untuk menikah. Biaya resepsi, sewa gedung, catering, undangan, gaun, biaya kehidupan setelah menikah, biaya untuk anak, pendidikan, semuanya harus dipikirkan secara matang. Jangan memutuskan untuk menikah dan mengira bahwa masalah-masalah finansial akan bisa teratasi dengan sendirinya. Ingat untuk jadi pribadi yang realistis, bahwa hidup memang bukan hanya tentang uang, tetapi nggak bisa disangkal bahwa hidup ini perlu biaya yang nggak sedikit.
5. Tanggung Jawab Bukan Sekadar Omong Kosong
Dedikasi pada rumah tangga, pasangan, anak, bukan lah hal main-main yang bisa dikompromi. Kamu harus menyadari ini sebelum memutuskan untuk menikah muda. Banyak orang yang belum benar-benar siap untuk menikah dan memikul tanggung jawab, ujung-ujungnya merasa menyesal menikah muda karena masih membutuhkan personal spot yang belum siap dibagi ke orang lain. Setelah menikah, tanggungjawab yang harus kamu penuhi nantinya adalah tanggungjawab seumur hidup. You know there’s is no turning back point.
So Bela, mulai sekarang kalau ada yang tanya “Kapan nikah?”, silakan jawab dengan santai, “Besok ya, itu juga kalau nggak bangun kesiangan.”
photo credit: Fargo/Gramercy Pictures/www.imdb.com
Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.