Memiliki saudara kandung memang mengasyikkan. Ada teman bermain dan berbagi banyak hal. Namun, hal ini juga bisa menjadi ajang rivalitas dan persaingan. Terlebih jika orangtua tampak terlalu pilih kasih dan membandingkan.
Memori dan sakit hati masa kecil bisa saja berdampak dan berlanjut hingga dewasa. Jika kamu termasuk salah satu orang yang bersaing dengan saudaramu sendiri dan ingin segera keluar darinya, kamu bisa melakukan hal-hal di bawah ini.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut Popbela jabarkan cara mengatasi rivalitas dan persaingan sibling.
Tanda rivalitas dan persaingan sibling (saudara kandung)
Rivalitas dan persaingan sibling atau antar saudara kandung tak hanya terjadi pada anak-anak. Ini juga bisa terjadi pada orang dewasa sekalipun. Jadi, tak heran kalau kamu merasa saudaramu sebagai rival dan bersaing dengannya.
Persaingan ini dapat mengambil banyak bentuk dan dapat berkisar dari perilaku yang halus hingga perilaku yang lebih terbuka. Dalam beberapa kasus, pertengkaran ini dapat menimbulkan konflik dalam keluarga dan menyebabkan putusnya hubungan.
Beberapa tanda rivalitas dan persaingan saudara kandung pada orang dewasa meliputi:
- Kecemburuan
- Persaingan, pamer, dan menyombongkan diri
- Mencoba untuk mendapatkan perhatian dari orangtua
- Mencoba membuat orangtua memihak mereka dalam pertengkaran
- Tidak memperlakukan saudara kandung dewasa sebagai orang dewasa atau sederajat
- Melihat saudara lain sebagai musuh
- Mengganggu kehidupan atau hubungan saudara kandung lainnya
- Mencoba merendahkan saudara lain atau membuat mereka merasa tidak mampu
Penyebab rivalitas dan persaingan sibling
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengasuhan anak memainkan peran penting dalam berkontribusi terhadap persaingan antar saudara kandung yang telah dewasa. Meskipun orangtua mungkin berusaha untuk tidak memihak anak-anak mereka, sikap pilih kasih terkadang masih terlalu tampak.
Mengutip dari Very Well Mind, penelitian telah menemukan beberapa penyebab dari rivalitas dan persaingan sibling, termasuk:
- Favoritisme memengaruhi kesehatan mental; favoritisme orangtua berdampak negatif terhadap kesehatan mental semua anak dalam keluarga, baik dengan menimbulkan kebencian pada anak yang kurang disukai, stres karena ekspektasi orang tua yang tinggi terhadap anak yang disukai, hubungan saudara yang tegang, dan konsekuensi negatif lainnya.
- Orangtua sering kali merasa lebih dekat dengan satu anak
- Dampak dari sikap pilih kasih ini bisa bertahan lama; penelitian menunjukkan bahwa efek favoritisme orangtua yang dirasakan dapat bertahan seumur hidup.
Cara mengatasi rivalitas dan persaingan sibling
Beberapa cara mengatasi rivalitas dan persaingan sibling, yaitu:
1. Jangan mengambil hati
Saat itu terkait dengan "si anak favorit", cobalah untuk tidak segera mengambil hati. Pahami bahwa orangtuamu mungkin tidak lebih 'mencintai' saudaramu, mereka hanya merasa lebih dekat atau lebih terlibat dalam hidup mereka, untuk alasan apa pun.
Orangtuamu bahkan mungkin tidak menyadarinya, dan kemungkinan besar tidak melakukannya untuk menyakiti perasaanmu. Tapi, jika mereka secara aktif terlihat berusaha menyakitimu sebagai 'hukuman' karena tidak menjadi orang yang mereka inginkan, mungkin sebaiknya kamu bisa mundur dari mereka.
2. Belajar pahami perspektif mereka
Tantang dirimu untuk lebih memahami perspektif, tujuan, kebutuhan, dan preferensi kakak atau adikmu. Tentunya ini membutuhkan kasih sayang dan menjadi pendengar yang baik. Pengalaman mereka mungkin berbeda dengan pengalamanmu.
Bahkan hal sepele pun bisa memicu keretakan hubungan yang berlangsung bertahun-tahun. Kamu dan saudaramu bahkan mungkin tidak ingat apa yang menyebabkan putusnya hubungan tersebut, tapi karena perasaan negatif itu sudah ada sejak lama dan tak dihilangkan maka itu melekat.
Banyak orang tidak memiliki seseorang yang mereka rasa nyaman untuk diajak bicara. Ini bisa membuat pendapatmu terbentuk dari masa lalu dan sulit melihat gambaran keseluruhannya. Oleh karena itu, cobalah untuk lebih berpikiran terbuka lagi.
3. Terima realitas situasinya
Kamu akan merasa lebih baik jika menerima bahwa kamu mungkin tidak mendapatkan dukungan dari orangtuamu sebanyak yang kamu inginkan. Itu nggak masalah, kok. Mungkin sulit untuk memahami kerangka pemikiran ini, tetapi kamu akan merasa lebih baik setelah melakukannya, daripada terus-menerus mendendam.
Mulailah dengan memperhatikan semua yang kamu dapatkan dari mereka, dan hargai itu. Kamu juga bisa memperhatikan semua yang kamu dapatkan dari orang lain atau hal lain dalam hidupmu, dan menyadari bahwa keluarga hanyalah salah satu bagian dari hidup, dan itu tidak harus menjadi bagian terpenting.
4. Tetap tenang dan komunikasikan dengan jelas
Sebagai anak-anak, mungkin sulit untuk mengendalikan diri untuk tetap tenang di saat persaingan. Tapi sebagai orang dewasa, kamu tentunya bisa. Saat situasi sudah semakin panas, salah satu dari kalian harus tenang.
Dengan tetap tenang dan berkepala dingin, kamu bisa mengutarakan apa pendapat dan keinginanmu. Komunikasi adalah kuncinya. Nyatakan dengan jelas kebutuhanmu sendiri kepada saudaramu. Beri tahu mereka apa yang kamu butuhkan dari mereka, apa yang sudah berubah tentang dirimu, dan apa yang kamu pedulikan.
Misalnya, bilang dengan baik-baik kalau kamu tak ingin membahas suatu topik karena membuatmu stress, orang dewasa harusnya bisa mengerti kata-kata tersebut dan mencari topik yang lain.
5. Jangan berasumsi dan mencoba memperbaiki dia
Kamu mungkin tidak tahu persis apa yang dipikirkan atau dirasakan saudaramu–atau apa yang mereka butuhkan. Kamu mungkin berpikir bisa menyelesaikan masalah dengan 'memperbaiki' orang tersebut. Tapi, tak semua bekerja dengan cara seperti itu.
Cobalah untuk berempati dengan saudaramu. Ini berarti menempatkan dirimu pada posisi saudaramu. Pikirkan tentang mengapa mereka mungkin bertindak dengan cara tertentu yang membuatmu kesal.
Jika mereka pernah dianiaya, misalnya, trauma seringkali menjadi pemicu pertengkaran. Ini bukan berarti membenarkan perilaku mereka, melainkan memberikan konteks atau alasan mengapa mereka bertindak seperti itu. Jika ada trauma, terkadang cara yang terbaik adalah menciptakan batasan yang jelas dan sehat daripada memaksakan untuk berbaikan.
6. Cobalah sesi terapi
Kalau kamu memang sering sekali bertengkar atau bersaing dengan saudaramu, tak ada salahnya mengikuti sesi terapi. Bekerja dengan terapis keluarga dapat membantu kalian menyelesaikan konflik dan belajar berkomunikasi dengan lebih efektif.
7. Investasikan pada keluargamu sendiri
Terakhir, jika kamu sudah memiliki keluarga sendiri, kamu dapat fokus untuk menyediakan apa yang ingin kamu dapatkan dari keluarga kecilmu itu. Berfokuslah pada apa yang kamu bagikan dengan mereka, dan pada apa yang dapat kamu berikan kepada dirimu sendiri.
Bentuk keluarga yang harmonis dengan belajar dari pengalamanmu. Jangan biarkan anakmu nanti merasakan atau mengalami hal seperti yang kamu alami. Memiliki keluarga yang hangat dan harmonis tentunya menjadi impian semua orang.
Cara mengatasi rivalitas dan persaingan sibling bisa dimulai darimu kalau kamu sudah muak. Berbicara dengan kepala dingin, menetapkan batasan, hingga ikut sesi terapi bisa kamu coba.