10 Puisi Tentang Hujan yang Syahdu dan Penuh Makna

Kata-katanya estetik

10 Puisi Tentang Hujan yang Syahdu dan Penuh Makna

Momen saat hujan turun dengan rintik-rintik airnya tampak begitu indah dan mengagumkan. Tak heran jika banyak yang meromantisasi hujan dengan puisi

Hujan juga bisa menjadi inspirasi karena suasananya membuat kita mengingat kisah-kisah yang pernah dilalui. Di bawah ini adalah deretan puisi tentang hujan karya sastrawan dan penulis yang estetik dan memiliki makna mendalam. 

1. Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono

10 Puisi Tentang Hujan yang Syahdu dan Penuh Makna

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu. 

Puisi Hujan Bulan Juni ini memang menjadi salah satu puisi hujan yang paling terkenal. Di dalamnya, hujan digambarkan sebagai momen yang romantis dan indah. 

2. Ia Bernyanyi dalam Hujan karya W. S. Rendra

Ia bernyanyi di dalam hujan
Dan tak seorang tahu
Darimana datangnya.
Tak seorang berani nengok
Begitu gaib datangnya.
Dimuntahkan dari angin.
Menggembung dari air gelembung.
Ia bernyanyi di malam hujan
Entah darimana datangnya.
Burung lepas ditangiskan.
Tangis domba di perut lembah.
Dan air jeruk menetesi
Luka daging baru terbuka.
Empedu! Empedu yang pecah!
Jarum terhanyut pada darah.
Dan di mulut terkulum
Rasa buah-buah logam.
Ia bernyanyi di malam hujan
Penyapnya perlahan
Terapung bagai gabus
Tergantung di sunyi yang bertanya.
Tak seorang tahu datangnya
Mayat kere dijumpa pagi hari
Perempuan tua dan buta.
Ia bernyanyi di malam hujan
Entah dari mana datangnya.
Telah lebih dulu ia tahu
Tentang kepergian dirinya.

W.S. Rendra memang salah satu penyair yang selalu bisa menuliskan puisi yang unik namun penuh makna. Lebih dari hujan, puisi di atas juga memiliki makna tentang kepergian seseorang. 

3. Ibu Hujan karya Joko Pinurbo

Ibu hujan dan anak-anak hujan
Berkeliaran mencari ayah hujan
Di perkampungan puisi hujan.

Anak-anak hujan berlarian
Meninggalkan ibu hujan
Menggigil sendirian di bawah pohon hujan.

Anak-anak hujan bersorak girang
Menemukan ayah hujan
Di semak-semak hujan.
Ayah hujan mengaduh kesakitan
Tertimpa tiga kilogram hujan.

Ayah hujan dan anak-anak hujan
Beramai-ramai menemui ibu hujan,
Tapi ibu hujan sudah tak ada
Di bawah pohon hujan.

“Kita tak akan menemukan ibu hujan di sini.
Ibu hujan sudah berada di luar hujan.”

Meski semua tentang hujan, tetapi hujan dalam puisi ini mewakili sebuah objek yang bisa merasakan kehilangan, kebingungan, dan pencarian. 

4. Seusai Hujan Siang Ini karya Isbedi Setiawan ZS

(I)
Sisa hujan di ujung daun
Menjadi batu cincin
Sesaat lagi tergelincir
Namun cahayanya mengekal

(II)
Tanah yang menerima hujan
Setia untuk gigil
Dan kuyup: seperti
Kesetiaanku pada-Mu

(III)
Setelah sampai di tanah
Apakah hujan akan
Pulang ke langit
Bersama tubuhku
Yang melayang?

(IV)
Hujan tak pernah
Mau bertukar jadi tanah
Tapi bumi ingin sesekali
Jadi air yang menghujankan
Diriku dalam siang kerontang

(V)
Jika hujan tandang ke bumi
Apakah aku, suatu saat,
Bertamu ke langit
Sebagai mendung?

(VI)
Tak setiap hujan
Mengantar kematian
Tapi selalu kematian
Mendatangkan airmata

(VII)
Hanya percakapan kosong
Mengantar hujan pergi
Setelah itu pertikaian
Dimulai lagi...

(VIII)
Ingatlah saat kita terkurung
Dalam sebuah kamar
Hanya ditemani minuman
Dan makanan ringan
Sementara dari jendela
Tetesan hujan mencuri
Percakapan kita...

(IX)
Tanpa petir mengantar
Hujan ke peraduanku
Kecuali erang
Sebelum aku hilang

(X)
Adakah hujan ini
Bagian dari langkahku
Menuju laut-Mu?

(XI)
Jangan catat pertemuan
Sebab ia sudah hanyut
Bersama hujan

(XII)
Mari kita ulangi
(Kisah cinta adam-hawa)
Di dalam hujan
Lalu ia melontarkan kita
Ke dunia yang lain

(XIII)
Sebuah hari jatuh
Dari halaman kalender
Oleh hujan yang datang
Lalu angka itu hanyut
Meninggalkan tubuhku

Kapan aku akan lahir?
Tanya kalender ragu

Meski hujan merupakan sebuah peristiwa yang umum terjadi, tetapi dalam proses hujan turun kita bisa memaknainya lebih mendalam kaitannya dengan kehidupan. 

5. Hujan karya Askar

Hujan..
Engkau hadir membekukan rindu
Menepis sepi bersama pilu
Memberi hidup akar alamku
Menyamari air mata dukaku

Hujan...
Hadirlah dengan senyum
Jangan tampakkan sisi terburukmu
Hanyutkan seluruh kelam
Beningkan jiwaku dengan jernihmu

Hujan..
Beri aku sejuk
Beri aku peluk
Hibur aku dalam senyap
Dan teruslah jatuh membawa hidup.

Dalam puisi di atas, hujan diibaratkan sebagai anugerah yang bisa menepis kesedihan dan air mata. Hujan pula yang membawa kehidupan untuk manusia di bumi. 

6. Bapak Hujan, Ibu Gerimis karya Ihsan Subhan

Hujan seperti Bapak
Dan Ibu adalah gerimis
Mereka hidup di udara dingin
Hingga saat bersama
Terasa hujan begitu hangat
Terasa hangat begitu hujan

Hujan jatuh di dadaku
Dan gerimis memeluk 
Dari belakang punggungku
Hujan hampir kehilangan air
Dan sudah tak ada petir
Kami selamat dari bahaya banjir

Bapak sama dengan hujan
Dan Ibu mirip gerimis
Mereka datang ke doa-doaku
Tumbuh subur di kedua belah pipiku
Hingga menuai jadi pohon harapan
Buah-buahnya lebat bagai kerinduan

Peristiwa alam yang satu ini juga bisa diibaratkan seperti orang tua. Sebab, ia bisa memberikan harapan dan kebahagiaan bagi semua orang.

7. Hujan yang Diam-Diam Membawa Pesan karya Nanang Suryadi

Hujan yang turun sore ini, hujan yang diam-diam membawa kata, yang kau titipkan penuh kerinduan

Ingin kuterjemah kata, dari derai hujan, agar kutahu kabar apa yang tersampai.

Telah diucapkan awan kepada hujan, rahasia yang sukar dikatakan, mungkin cinta, sebuah peniadaan

Aku tetapi hujan yang mengembun, di jendela, ada tanda apa di sana, sulit kerja, cinta yang merahasia.

Jika aku punya angan dan ingin, hujan punya angin, mendesau-desau, menampar kaca jendela

Apa yang ingin dikatakan hujan kepadaku, rahasia tentang waktu, atau tentangmu? selepas hujan, langit lengang melepas rahasia

Hujan yang turun sore ini, hujan yang diam-diam membawa pesan, yang kau titipkan penuh kerinduan

Saat melihat hujan, air yang turun dari langit bisa menjadi pesan kepada semua yang ada di sekitarnya. 

8. Hujan Turun Berabad-abad karya Wiratmadinata

Hujan turun berabad-abad dalam sejarah kami
Airmata langit yang meruah ingin dipahami
Hujan air mata yang tak mampu menembus 
Kemarau cinta dan kasih sayang bagi bumi

Hujan turun berabad-abad dalam hati kami
Keringat Tuhan yang mengirim wahyu
Hujan keringat yang tak terbayarkan
Oleh cinta dan kasih sayang yang diberikan

Hujan turun menderas berabad-abad dijantung kami
Darah dari nyawa jelata yang tertumbalkan
Hujan darah yang direnggut berhala ideologi
Merajam cinta kasih yang diajarkan kitab suci

Hujan air mata. Hujan keringat. Hujan darah
Yang turun berabad-abad dalam sejarah
Dari tubuh mereka yang tak berdosa
Dengan apakah ia akan terbayarkan?

Hujan yang turun berabad-abad itu, ya, Tuhanku
Turunkanlah ia seperti doa menghapus petaka
Turunkanlah bagai tangan para nabi yang suci
Yang membasuh kelam, dendam dan benci.

Kalau kita mengenal hujan sebagai air yang turun dari langit, peristiwa ini sebenarnya bisa dimaknai lebih mendalam. Peristiwa itu bisa berkaitan dengan pertumpahan darah hingga air mata. 

9. Sajak Hujan karya Sri Wulan Ambarwati

Malam mulai menyepi
Hujan datang menyapa bumi
Memulangkan lagi setiap kenangan
Yang hampir bisa terlupakan

Hujan membawa pilu
Memaksa berteduh pada tepian waktu
Terjebak dalam basah sendu
Terkekang gigil sembilu

Hujan menerobos perdu
Bersama desir angin menderu
Mencengkeram hati nan pilu
Sampai tangan pun tak mampu menggenggam rindu.

Pada beberapa orang, hujan bisa membangkitkan kenangan yang lama sudah dilupakan. Kesedihan dan pilu yang sudah dilupakan bisa kembali datang karena hujan. 

10. Hujan Kematian karya Muh. Syaifullah

Dimulai dari mendung
Saat langit ditutupi awan gelap abu-abu
Kabar itu mulai terdengar
Berita entah baik atau buruk
Kabar kepindahan kepemimpinanmu

Mendung berganti jatuhan tetesan-tetesan air
Rindukah namanya ini
Setelah engkau benar beralih ke yang lain
Setelah suasana baru bermunculan
Ketika kau tak ada di sisi

Hujan semakin menguasai
Membanjiri asa yang terputus
Membendung nasib yang terlantar
Butuh pahlawan
Butuh pemimpin

Embun menghampiri dengan sinar matahari pencerahan
Mengantarkan ibu pemimpin
Ibu tegas cerdas lagi bijaksana
Pahlawan kami datang

Hingga hujan menderas lagi
Diiringi gelegar petir tangisan
Kematian ibu pemimpin kami tiba
Setelah kami pergi tak meninggalkannya

Kami tak percaya

Sekarang engkau menyisakan pelangi
Pelangi yang lebih indah dari pelangi tujuh warna
Pelangi kejayaan tentunya
Pelangi dari ibu pemimpin kami
Bidadari pahlawan kami

Kami merindu
Saat proses hujan terjadi
Kamu rindu sosokmu
Saat proses kehidupan terjadi
Kami rindu semuamu.

Terakhir, hujan bisa diibaratkan seperti kehidupan yang dimulai dari mendung hingga pelangi. 

Kumpulan puisi tentang hujan di atas bisa kamu baca untuk meromantisasi hujan yang turun dengan syahdu dan indah. Puisi tersebut juga bisa kamu kirimkan kepada orang yang spesial agar ia bisa menikmati keindahan suasana hujan pula. 

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved