Dulu, aku menganggap kalau istilah ‘orang bermuka dua’ adalah hal yang negatif. Orang bermuka dua sering diartikan sebagai orang yang menunjukkan sikap yang berbeda kepada satu orang dengan orang yang lain, yang membuat dirinya terkesan nggak konsisten. Pada akhirnya, orang bermuka dua ini dicap sebagai orang yang sok baik karena dia punya sisi baik dan sisi buruk. Dan seperti fenomena sosial lainnya, masyarakat lebih suka menilai dan mengomentari keburukan dibanding kebaikan. Namun, aku pikir setiap orang punya dua ‘wajah’ dalam hidupnya. Kenapa?
1. Kita cenderung bersikap sesuai dengan orang yang diajak bicara
Pernahkah kamu berbicara dengan semua orang menggunakan ekspresi dan mood yang sama? Tentu kamu terlihat nggak bersemangat ketika berbicara dengan orang yang nggak kamu suka. Mungkin kamu jadi lebih sinis atau pendiam. Namun bukan berarti perbedaan mood tersebut menandakan bahwa kamu orang yang jahat. Sebaliknya, ketika kamu mencoba untuk menggunakan ‘topeng’ dan berpura-pura baik terhadap orang yang nggak kamu sukai, bukankah itu merupakan hal yang jahat?
2. Terpengaruh oleh masa lalu dan lingkungan
Coba perhatikan ada berapa banyak orang yang nggak seberuntung kamu? Kamu dididik dan dibesarkan oleh orang tua dengan penuh kasih sayang. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang dibesarkan oleh orang tua yang nggak sepenuhnya menaruh perhatian padanya? Mungkin orang tuanya terlalu sibuk saat dia kecil. Saat beranjak dewasa, dia menjadi kurang memahami bagaimana caranya bersikap di depan orang lain.
3. Ajakan yang semu untuk menjadi diri sendiri
Be yourself, begitu kata banyak orang kepadamu. Kalau memang mereka menginginkan diri kamu sesungguhnya, berarti seharusnya mereka nggak keberatan kalau kamu bersikap apa adanya. Nggak semua orang punya kepribadian yang menyenangkan, tapi nggak semua orang juga mau menerima sikap tertentu. Pada hal inilah kita dibuat bingung tentang bagaimana kita seharusnya bersikap.
4. Larangan yang kontradiktif tentang kepribadian
Di sisi lain, banyak yang mengatakan bahwa kita harus tersenyum dan terlihat sebagai orang yang menyenangkan. Demi diterima di lingkungan baru, kita harus berbohong pada diri sendiri dan orang lain dan menunjukkan pribadi yang palsu. Lambat laun ketika kamu terbiasa dengan mereka, maka kamu semakin menunjukkan ‘warna’mu sebenarnya.
Kalau menurut kamu gimana, apakah sebaiknya tetap berpura-pura menjadi orang lain atau menjadi dirimu sendiri?