Hidup di zaman modern seperti saat ini memang gampang – gampang susah. Gampangnya kita sebagai wanita dapat saja tidak bekerja dengan tenang, dan bergantung dengan suami kita. Namun susahnya kalau kita sebagai wanita karier yang memiliki segudang aktivitas dan kesibukan dan akhirnya orangtua menuntut kita segera menikah. Hal itu pasti membuat konsentrasi kerja menjadi down. Jika hal itu sudah terjadi, biasanya orangtua terutama Ibu kita dengan tidak melihat keadaan yang kita sebagai perempuan alami setiap harinya, menginginkan untuk menjodohkan dengan laki – laki pilihan hatinya.
1. Sudah zamannya emansipasi
Kalau kita setuju sih nggak masalah. Namun, jika kita pantangan dengan nama perjodohan, maka kita pun akan memberontak untuk tidak menerima masukan dari orangtua kita. Berbagai alasan banyak yang menjadi dasar perjodohan diantaranya adalah usia wanita yang sudah tidak muda lagi sehingga risiko melahirkan yang sangat tinggi, malu jika anak wanitanya menjadi perawan tua, atau bahkan si ibu wanita ingin segera menimang cucu. Hal itulah yang biasa menjadi alasan kenapa wanita sering dijodohkan. Dewasa ini adalah zamannya emansipasi, bukan zamannya Siti Nurbaya. Jodoh memang di tangan Tuhan, hanya saja kita harus berusaha untuk mendapatkannya. Jodoh yang terbaik itu adalah jodoh yang datang dengan sendirinya.
2. Kita yang menjalaninya bukan orangtua
Kalaupun, wanita zaman sekarang masih ada yang dijodohkan, itu karena keinginan dan keegoisan orangtuanya. Wanita juga memiliki pilihan atau kriteria dalam memilih pasangan. Yang menjalani hubungan itu adalah kita sendiri bukan orangtua kita ataupun sudara kita. Sah – sah saja jika semua anggota keluarga memotivasi untuk mengarahkan kita segera menikah, tapi hanya sebatas memotivasi tidak untuk menekankan keharusan atau sama halnya dengan memaksa. Laki – laki bagi wanita itu adalah fondasi, jika fondasinya tersusun dari bahan – bahan yang kokoh, maka keluarga yang akan dibangunnya pastilah kokoh pula. Bahan yang bisa dipertimbangkan adalah kecerdasan, materi secara finansial, materi pengetahuan, agama, dan karier. Semua itu adalah bahan fondasi yang kokoh sehingga akan melahirkan generasi yang membanggakan.
3. Tidak ingin terkekang
Lantas apa yang harus dilakukan wanita jika mengalami masa perjodohan yang jelas – jelas hati kita tidak menyetujuinya? Apakah harus pergi? Atau mati? Itu semua tidak perlu untuk dilakukan, karena semua itu bukan solusi terbaik untuk masalah yang satu ini. Hanya saja masalah ini perlu kita luruskan. Sejarah singkatnya saja, dulu kala Siti Nurbaya dijodohkan atau sama halnya dipingit karena beberapa hal, diantaranya adalah keadaan orangtuanya tidak bisa memenuhi kebutuhannya sehari – hari, Siti Nurbaya pun belum mampu mengeksplor talentanya dalam segi kecerdasannya, karena pada masa itu perjodohan merajalela menghiasi sudut kota. Mereka melakukan hal semacam itu berharap agar anak wanitanya bisa hidup lebih layak dengan jodoh pilihan orangtuanya. Namun, jika dilihat–lihat, Siti Nurbaya hidup dengan kekangan dan paksaan dari suaminya. Apa iya hal ini bisa dikatakan perjodohan membawa nasib baik? Jawabannya adalah belum tentu.
4. Menunggu waktu yang tepat
Wanita itu akan menjadi kunci utama surga suami, begitupun sebaliknya kunci utama istri adalah suami. Jika ingin memiliki kunci surga terbaik maka pilihannya harus tepat. Jangan sampai salah pilih. Ingat Bela, kita pun dilarang untuk bercerai, dengan demikian, jangan sampai kita mempermainkan janji suci kepada Tuhan. Sebisa kita menikah untuk sekali dan selamanya.
Kesimpulannya, wanita juga memiliki pilihan untuk masa depannya sendiri.
photo credit: Mother's Day Film/Capacity Pictures/www.imdb.com
Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.