Masa-masa indah dan manisnya sebuah hubungan hingga saling melontarkan argumen antara kedua pihak nampak sering terjadi. Sering membuat bahagia tapi sekaligus membuat pikiran sesekali lelah. Namun, Itulah proses hubungan ketika membangun komunikasi dengan pasangan.
Menyesuaikan dua perbedaan pemikiran tentu bukanlah hal yang mudah. Untuk sebagian pasangan, perpisahan adalah jalan terbaik yang dilakukan untuk kebaikan bersama apabila tidak terdapat kesepakatan di antara keduanya.
Setelah berpisah, siapa, ya, yang akan lebih dulu move on? Simak saja hasil penelitiannya berikut ini.
1. Perempuan mengalami banyak sakit setelah putus.
Masalah cinta dan perpisahan selalu menjadi hal yang rumit. Setiap individu membutuhkan waktunya sendiri untuk beralih dari masa lalunya. Namun, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Evolutionary Behavioral Science menunjukkan bahwa patah hati mempengaruhi laki-laki dan perempuan dengan cara berbeda.
Studi tersebut meneliti sebanyak 5.705 partisipan dari 96 negara dan bertanya tentang rasa sakit emosional dan fisik yang mereka rasakan setelah putus, dengan skala 1 (tidak ada) hingga 10 (sakit tak tertahankan). Penelitian itu dilakukan oleh Binghamton University dan University College London.
Temuan dalam penelitian itu memperlihatkan bahwa perempuan mengalami lebih banyak rasa sakit emosional dan fisik setelah putus cinta, tetapi mereka cenderung bergerak lebih cepat daripada lelaki.
2. Perempuan mendapatkan pengaruh negatif lebih besar dari pada laki-laki akibat patah hati.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perempuan lebih terpengaruh secara negatif, baik secara emosional maupun fisik, dengan patah hati. Partisipan perempuan menilai penderitaan emosional mereka menjadi 6,84 setelah putus dan 6,58 untuk laki-laki. Lebih jauh, perempuan menilai nyeri fisik mereka dengan rata-rata 4,21 dan pria 3,75. Penelitian ini dibuat dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 10.
3. Terbalik dengan laki-laki.
Sementara perempuan ebih menderita secara emosional dan fisik setelah putus, tetapi mereka juga cenderung pulih lebih cepat sepenuhnya dan menjadi lebih kuat dari pengalaman patah hati mereka dibandingkan dengan laki-laki.
4. Laki- tidak merasakan apa-apa, tapi mengalihkan rasa itu ke hal lain.
Ketika perempuan cenderung lebih mampu mengendalikan, laki-laki memiliki cara yang sangat berbeda untuk menghadapi situasi tersebut. Studi menunjukan bahwa laki-laki tidak mengalami apa-apa atau mungkin melampiaskannya dengan menggunakan alkohol, penyalahgunaan narkoba atau kekerasan, dan cenderung tidak menemukan kesadaran pribadi apa pun atas apa yang telah dialaminya setelah patah hati.
5. Laki-laki butuh waktu lebih lama untuk move on.
Studi ini juga memperlihatkan bahwa laki-laki membutuhkan waktu lebih lama daripada perempuan dan harus lebih berusaha keras untuk bisa move on. Faktanya, para peneliti mengamati bahwa banyak partisipan laki-laki yang menderita PRG (Post relationship Grief) pada saat dilakukan pengambilan data bahkan setelah mereka berpisah lebih dari setahun yang lalu.
6. Perempuan cenderung memilih laki-laki berkualitas
Faktor biologis dalam membangun sebuah hubungan menjadi penentu mengapa perempuan memilih laki-laki yang berkualitas. Memiliki keluarga yang mapan dan harmonis, merawat dan membesarkan anak, hingga mencukupi kebutuhan semua anggota keluarga menjadi pertimbangan mengapa perempuan melakukan seleksi.
7. Perbedaan reaksi laki-laki dan perempuan.
Hal berbeda terjadi dengan laki-laki, bagi laki-laki kehilangan pasangan yang berkualitas mungkin tidak akan terlalu menyakitkan pada awalnya. Namun, laki-laki mulai merasakan sakit begitu mereka menyadari kehilangan sosok berkualitas ini.
Studi tersebut menjelaskan, seorang laki-laki kemungkinan besar akan merasakan kerugian yang mendalam dan untuk jangka waktu yang sangat lama karena dirinya seperti tenggelam ke dalam dasar laut.
Kemudian pada akhirnya, dia harus mulai bersaing lagi untuk menggantikan apa yang telah hilang.
Itulah tujuh hal yang dapat membedakan respons dari laki-laki dan perempuan saat mengalami hati. Jadi ketika kamu merasa sang mantan lebih cepat move on, belum tentu itu yang sebenarnya terjadi. Namun yang namanya patah hati itu memang tak bisa sembuh dalam waktu singkat, Bela. Hanya waktu yang bisa menjawab semuanya.