Pernah nggak kamu merasa sakit hati sama omongan sahabat, tetapi memilih diam? Namun, karena ini nggak pernah dibicarakan, akhirnya kamu malah menjauh dan persahabatan pelan-pelan selesai.
"Dalam kebanyakan hubungan pertemanan, tidak ada pemahaman bahwa menyelesaikan masalah adalah bagian di dalamnya," kata terapis Ali Miller, MFT, yang menggunakan prinsip-prinsip komunikasi tanpa kekerasan dalam pekerjaannya.
Menurutnya, sudah menjadi ekspektasi umum bahwa hubungan persahabatan seharusnya mudah dijalani dan tidak perlu ada pertengkaran.
Padahal, psikolog Roxy Manning, PhD, seorang konsultan komunikasi tanpa kekerasan, menyebut konflik sebagai bagian penting dari interaksi manusia yang sehat. Jadi, jika kamu nggak pernah bertengkar dengan sahabat, itu mungkin bukan hal yang baik.
Itu bisa berarti kamu dan dia sama-sama saling menekan perasaan, mengesampingkan kebutuhan masing-masing, atau menghindari komunikasi langsung.
Ada tiga hal yang tidak boleh dilakukan saat bertengkar dengan sahabat, menurut pakar.
1. Memiliki mentalitas "ruang sidang"
Ini adalah mentalitas yang mencoba mencari tahu siapa yang benar dan salah, serta siapa yang baik dan buruk. Ini tentu bisa menghancurkan hubungan.
Dengan tidak memiliki mentalitas ruang sidang, berarti kamu dan sahabat berhenti menyalahkan siapa pun yang melakukan kesalahan.
"Saya rasa kamu tidak akan pernah bisa keluar dari konflik, kecuali berhenti menyalahkan. Ini bukan tentang siapa yang benar atau salah. Ini tentang mencari tahu apa kebutuhan kalian berdua dan bagaimana memenuhinya," jelas Dr. Roxy.
2. Mengikuti reaksi pertama dirimu
Dr. Roxy dengan tegas mengatakan, "Jangan."
Ketika pertama kali mengatakan sesuatu, kamu dan sahabat mungkin akan terstimulasi dan tidak dapat mendengar satu sama lain. Namun, jika ketika berhenti sejenak, kamu akan lebih mudah mendengarkan satu sama lain secara aktif.
3. Menggunakan bahasa yang menyalahkan
Saat bertengkar, banyak orang menggunakan bahasa ini, seperti "Lo ninggalin gue duluan" atau "Lo yang nggak pengertian", dan sebagainya.
Padahal, lebih baik berkata, "Gue tuh ngerasa sakit hati tahu, nggak?"
Bahasa yang berorientasi pada perasaan seperti ini, jauh lebih jujur dan kondusif untuk konflik yang sehat, dibandingkan dengan bahasa menyalahkan yang secara otomatis dapat membuat sahabat bersikap defensif.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Daripada melakukan hal-hal di atas, saat bertengkar dengan sahabat, menurut para ahli komunikasi tanpa kekerasan, lebih baik ini yang kamu lakukan.
1. Jangan berasumsi hanya dari kata-kata atau tindakan
Meskipun kamu merasa sudah mengenal sahabat, tetapi jangan langsung mengasumsikan sendiri apa yang dikatakan atau dilakukannya, tanpa meminta penjelasan langsung darinya.
Misalnya, sahabat nggak menawarkan naik taksi online bareng, bukan berarti dia nggak peduli denganmu; sahabat bilang nggak bisa mendengarkan curhatmu, bukan berarti kamu mengganggunya; sahabat sibuk dengan ponselnya saat kamu berbicara, bukan berarti kamu nggak penting baginya.
Dalam pertengkaran dengan sahabat, kita cenderung bersandar pada interpretasi ("Lo nyuekin gue!") daripada fakta ("Lo asik sama hape pas gue mau ngomong sama lo."). Jadi, cobalah untuk nggak mengedepankan interpretasi.
2. Ungkapkan kebutuhanmu
Mungkin sulit untuk memahami apa yang menjadi kebutuhanmu saat bertengkar dengan sahabat. Jadi, cobalah untuk introspeksi diri sebelum "bertengkar" dengan sahabat.
Jika kamu adalah pihak yang menjadi sumber masalah, akan sangat membantu jika kamu mendengarkan terlebih dahulu, lalu luangkan waktu untuk memikirkan apa yang menjadi kebutuhanmu sebelum merespons.
"Konflik adalah apa yang terjadi ketika kebutuhan kita tidak terpenuhi dan tidak memiliki keterampilan untuk membicarakannya dengan cara yang produktif," kata Ali.
Ketika seorang sahabat mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai dan membuatmu marah, sakit hati, atau kesal, jangan langsung bertengkar (menyalahkan, menghakimi, berdebat) atau melarikan diri (menarik diri, memendam perasaan, atau tetap tinggal tapi berpura-pura tidak kesal).
Pikirkan dulu apa yang sebenarnya kamu rasakan dan inginkan untuk memutus siklus tersebut.
3. Miliki empati
"Kamu dapat mendengarkan dengan cara yang menciptakan empati dan hubungan yang lebih dalam, serta membuat sahabat merasa dilihat, didengar, dan dimengerti, bahkan ketika kamu tidak setuju dengan apa yang dikatakannya," kata Ali.
Cobalah untuk terhubung dengan kebutuhan sahabat, tidak peduli seberapa menyebalkannya dia. Dengan begitu, kamu mungkin akan lebih paham mengapa dia berkata atau berbuat seperti itu.
Bertengkar dengan sahabat adalah hal yang wajar. Jadi, nggak perlu dihindari, tetapi jangan sampai ini juga menjadi penyebab persahabatan kalian berakhir.