"Kurasa ku telah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama...." Lirik lagu seperti ini akan selalu digumamkan seseorang yang merasa sudah menemukan tambatan hatinya sejak melihat sosok idamannya pertama kali. Rasa berbunga-bunga dan kagum pada tatapan pertama membuat logikanya berkata, "Aku jatuh cinta pada pandangan pertama." Kamu pernah mengalami hal seperti ini, Bela? Sebagian pasti akan mengaku pernah mengalaminya, entah itu pada orang di sekitarnya atau yang pernah ia temui, entah pada idola artis di televisi. Namun fakta mengatakan kalau cinta pada pandangan pertama itu sebenarya nggak ada, lho!
Dilansir dari Metro, kecepatan untuk jatuh pada seseorang dikendalikan oleh sebuah area di otak yang dinamakan anterior insula. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh University of Chicago, para ilmuwan melakukan riset pada seorang pria yang merupakan pasien stroke dengan kerusakan pada area otak itu. Sang pasien diberikan sebanyak 40 foto perempuan yang dinilai menarik dan ia diminta untuk memberikan jawaban, apakah perempuan itu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama atau hanya menarik dari fisik saja?
Rupanya, pria ini dapat menjawab foto-foto perempuan yang menarik dari fisik atau menarik secara seksual. Namun ketika ditanya mengenai cinta, ia butuh waktu berpikir yang sangat lama untuk menjawabnya. "Hasil ini memungkinkan untuk menguraikan cinta dari dorongan biologis lainnya," ujar para ahli pada jurnal Current Trends in Neurology.
Jadi, cinta pada pandangan pertama kemungkinan sebuah mitos yang diyakini banyak orang. Namun, bukan berarti saling berpandangan nggak akan menimbulkan benih cinta untuk bersemi, bukan?