Aplikasi kencan online Tinder menggratiskan fitur Passport yang biasanya hanya bisa diakses oleh pengguna Tinder Plus dan Gold. Promo ini dilakukan untuk menghibur para pengguna Tinder yang kini sedang melakukan social distancing di tengah pandemi global virus corona atau COVID-19.
“Kami sangat senang dapat membuat fitur Passport yang memungkinkan para pengguna Tinder untuk berkenalan dengan siapa pun di dunia ini. Kini, fitur itu dapat diakses secara gratis oleh semua pengguna Tinder,” kata Elie Seidman, CEO Tinder, dalam siaran persnya kepada Popbela.
Passport merupakan fitur berbayar, di mana para pengguna bisa mencari sebuah kota atau menandai sebuah kota di peta. Mereka lalu dapat mulai untuk swipe, matching, dan mengobrol dengan pengguna Tinder di destinasi yang dipilih. Meski pengguna hanya bisa berada di satu kota secara virtual, pengguna tetap bisa pindah lokasi sebanyak yang diinginkan.
“Kami berharap para pengguna Tinder yang sedang merasa gelisah dan sedang haus berinteraksi dengan orang lain bisa menggunakan Passport untuk ‘berpindah tempat’ ke mana saja, tanpa harus benar-benar keluar dari tempat karantina mereka. Kami terinspirasi dengan bagaimana pengguna memanfaatkan aplikasi Tinder untuk saling menyemangati dan kami ingin mendukung solidarita sosial yang terbentuk karena ini,” ujarnya lagi.
Pengguna Tinder di seluruh dunia kini bisa saling berinteraksi dengan cara yang luar biasa, seperti versi digital dari apa yang dilakukan penduduk Italia saat mereka bernyanyi bersama di balkon tempat tinggal masing-masing di tengah masa karantina. Sejak sebagian besar negara di dunia melakukan karantina, pengguna Tinder mulai menggunakan fitur Passport untuk ‘jalan-jalan’ ke negara tersebut. Penggunaan fitur Passport pun meningkat selama minggu terakhir pada bulan Maret di Brasil sebanyak 15%, Jerman 19%, Prancis 20%, dan India 25%.
Percakapan makin banyak
Menurut data terbaru dari Tinder, di seluruh dunia, semakin banyak pengguna Tinder yang melakukan swipe kanan orang baru serta melakukan percakapan lebih banyak dan lebih lama. Orang-orang pun lebih sering bertanya, “Apakah kamu baik-baik saja?” ketimbang hanya memberikan emoji.
Percakapan sehari-hari di seluruh dunia rata-rata meningkat sebesar 20% dan durasi percakapan tersebut juga meningkat 25% lebih lama. Di Indonesia sendiri, percakapan meningkat dengan rata-rata sebesar 23% dan rata-rata durasi percakapan meningkat 19% lebih lama.
Penggunaan kata-kata, seperti di rumah saja, jaga kesehatan, jaga jarak, apa kabar, cuci tangan, dan emoji wajah juga menjadi lebih banyak digunakan di bio para pengguna.