Sejak kecil, kamu mungkin selalu diajarkan untuk selalu berbuat baik pada orang lain. Ya, memang tidak ada yang salah dengan selalu berbuat baik. Namun, jika kamu lebih sering menyenangkan orang lain daripada menyenangkan dirimu sendiri, kamu dapat dikatakan sebagai people pleaser, lho.
Apa itu people pleaser? Mereka adalah orang yang selalu berusaha untuk membuat orang lain senang, meskipun membuang-buang waktu atau energi yang dimilikinya. Sayangnya, banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya termasuk dalam kategori ini. Terlalu berusaha membuat orang lain menjadi senang hingga melupakan kebahagiaan diri sendiri, demi pujian dari orang lain.
“Biasanya, hal ini muncul karena kepercayaan diri yang rendah. Faktornya ada banyak, mulai dari trauma sampai orang tua yang menuntut anaknya untuk menjadi pribadi yang membanggakan,” jelas Ni Made Putri Ariyanti, M.Psi., Psikolog.
Psikolog dari aplikasi konsultasi psikologi Riliv tersebut menjelaskan lebih lanjut kalau people pleasing dapat memunculkan rasa frustrasi, karena orang-orang yang memanfaatkan people pleaser tidak menyadari pengorbanan yang diberikan.
Jika selalu mempertahankan hal seperti itu, lama-kelamaan people pleaser justru tidak mendapatkan manfaat baiknya. Sudah berbuat lebih namun tidak ada umpan balik untuk diri sendiri. Tentu sangat menyia-nyiakan pengorbanan selama ini.
Kalau kamu merasa dirimu adalah people pleaser, baca artikel ini untuk mengetahui tanda-tanda dan bagaimana agar kamu bisa berhenti menjadi people pleaser.
1. Sering meminta maaf, meski tidak salah
Tiada hari berlalu tanpa kamu meminta maaf. Bahkan, kamu selalu siap untuk disalahkan, meskipun itu sebenarnya adalah kesalahan orang lain. Kamu berpikir, lebih baik meminta maaf daripada mendapati orang lain memusuhimu, atau bahkan membencimu.
2. Memerlukan validasi dari orang lain
Kamu percaya kalau kamu hanya pantas disukai oleh seseorang kalau kamu telah memberikan semua yang kamu miliki kepadanya. Karena kamu takut akan penolakan, kamu pun berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan pujian dan persetujuan dari orang tersebut.
3. Merasa bersalah setelah melakukan sesuatu
Menjadi people pleaser artinya berkata “ya” pada setiap kesempatan, atau melakukan segala hal yang diminta orang lain terhadapmu. Misalnya, kamu tidak ingin pergi ke sebuah acara, tetapi kamu tetap datang. Akhirnya, kamu merasa bersalah karena membuang-buang waktumu, padahal kamu bisa mengisinya dengan me-time.
Cara berhenti menjadi people pleaser:
1. Menolak dengan sopan ajakan teman dan berikan alasan yang jelas
Sebelum katakan "tidak mau", mungkin menjadi penting untuk perlu menyadari kondisi diri.
Penting menyadari apa penyebab kita ingin menyenangkan orang lain dan menetapkan batasan dengan mengetahui apa yang diinginkan dan tidak diinginkan, apa yang kita suka dan tidak kita sukai.
Saat mengatakan tidak mau, perlu diberikan penjelasan namun jangan berlebihan. Untuk menghindari menyakiti perasaan orang lain, bisa diawali dengan pujian dan akhiri dengan terima kasih, seperti "Terima kasih sudah mengajak aku, sayangnya aku tidak bisa hadir, tapi lain kali beritahu aku ya."
2. Meminta maaf dengan sungguh-sungguh
Jangan meminta maaf hanya karena kamu ingin merasa lebih baik mengenai dirimu sendiri.
Permintaan maaf tidak ada artinya kalau tidak sungguh-sungguh. Alih-alih mengatakan “maaf” saja, kamu dapat meminta maaf dengan:
“Maaf, saya janji tidak akan melakukannya lagi.”
“Maaf, saya merasa tidak enak.”
“Maaf, saya tahu saya salah.”
3. Temukan validasi dari dirimu
Berhentilah mencari validasi dan apresiasi dari orang lain, karena kamu hanya perlu menemukannya dari dalam dirimu sendiri.
Lakukan aktivitas yang membuatmu merasa senang karena mencapai sesuatu. Bersenang-senanglah bersama teman-temanmu tanpa harus melakukan sesuatu untuk mereka.
Yang terpenting, nikmati kebahagiaan yang kamu rasakan tanpa merasa bersalah. Kalau kamu merasa senang, kamu tidak perlu menyenangkan orang lain.
People pleasing dapat berasal dari trauma atau pola masa kecil yang telah ada sejak lama. Jika kamu merasa butuh untuk segera menyelesaikan permasalahan ini, maka kamu bisa segera konsultasi dengan psikolog seperti di Riliv.
Berbuat baik pada orang lain, memang tidak salah, Bela. Akan menjadi salah, saat kamu mengorban waktumu dan kebahagiaanmu terus-menerus demi orang lain. Kamu bisa, kok, tetap berbuat baik tanpa harus mengorbankan dirimu sendiri.