Kamu mungkin sering mendengar seputar kepribadian introvert dan ekstrovert, tapi bagaimana jika kamu tak bisa menempatkan dirimu di antara dua kepribadian tersebut. Jangan-jangan kamu adalah seorang ambivert, yang merupakan perpaduan dari keduanya.
Tipe-tipe kepribadian tersebut dianggap sebagai spektrum, yang artinya tak ada satu orang yang akan sangat cocok hanya di satu kepribadian. Kamu bisa saja lebih mendekati ke sisi ekstrovert atau ke introvert, jika kamu berada di tengah-tengah, maka kamu adalah ambivert. Orang-orang dengan kepribadian ini akan berubah menjadi ektrovert atau introvert, tergantung pada situasi yang mereka hadapi.
Berikut ini adalah tanda-tanda kamu seorang ambivert.
1. Seorang pendengar dan pembicara yang baik
Sebagai seorang ambivert, kamu adalah pendengar dan pembicara yang baik. Kamu memiliki dua sisi introvert dan ekstrovert, sehingga saat bicara, kamu bisa membuat lawan bicaramu tertarik pada apa yang kamu katakan. Di sisi lain, kamu juga bisa menjadi teman curhat yang baik dan siap menjadi pendengar bagi mereka yang ingin berkeluh-kesah.
2. Sangat mudah berempati
Sebagai pendengar yang baik, kamu juga bisa sangat mudah berempati pada orang lain. Kamu bisa memahami mereka yang memiliki sifat introvert, begitu pula dengan mereka yang ekstrovert. Hal ini juga membuatmu mudah dekat dengan siapa saja.
3. Memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi
Saat berada di lingkungan baru, kamu tak akan kesulitan kenal dengan orang baru. Saat bertemu orang baru, kadang kamu bisa menjaga jarak dan bersikap skeptis. Namun di waktu lain, kamu bisa langsung mengobrol panjang dengan orang yang baru dikenal. Saat bekerja pun, kamu bisa melakukannya sendiri atau di dalam kelompok.
4. Kadang memiliki dilema antara ingin sendiri atau pergi bersama teman
Tak jarang pula kamu memiliki dilema, antara ingin sendiri atau pergi bersama teman. Tentunya kamu pernah mengalami ini, ketika kamu sedang bersiap-siap untuk nonton film di rumah, tiba-tiba temanmu mengajakmu pergi keluar. Keduanya sama menyenangkannya buat kamu dan biasanya kamu akan mengambil keputusan sesuai suasana hati kamu saat itu.
5. Merasa lelah ketika berada di keramaian terlalu lama
Saat berada di keramaian, kamu senang menjadi pusat perhatian, tapi tidak untuk waktu yang lama. Orang-orang mungkin akan tertawa pada lelucon-lelucon yang kamu berikan, tapi biasanya kamu akan cepat lelah dengan itu dan biasanya langsung pergi menyendiri. Waktu sendiri yang kamu ambil itu adalah waktu untuk mengisi ulang ‘baterai’ kamu.
6. Namun bisa juga merasa kesepian jika sendiri terlalu lama
Kamu memang menikmati waktu untuk sendiri. Me-time bagi kamu sangat penting dan berharga. Tapi terlalu lama sendiri bisa membuat kamu bosan dan kesepian, sehingga akhirnya kamu membutuhkan orang-orang lainnya untuk membuat suasana menjadi ramai.
7. Sebagian teman menganggapmu pemalu, sebagian lagi menilaimu outgoing
Jika teman-teman diminta untuk mendeskripsikanmu, ternyata deskripsi mereka bisa berbeda-beda. Ada yang menganggap kamu pemalu, tapi ada juga yang menilai kamu outgoing alias supel. Ada yang menganggap kamu pendiam, tapi ada juga yang mengatakan kamu sebenarnya senang bicara.
Keuntungan dan kerugian menjadi seorang ambivert
Karena ambivert berada di tengah-tengah spektrum, mereka memiliki kemampuan yang unik dalam mengambil keuntungan dari dua kepribadian di ujung spektrum. Biasanya mereka akan lebih mudah melakukan kompromi saat berinteraksi, karena mereka sebenarnya mudah nyaman dalam berbagai situasi.
Seorang ambivert bisa menguasai kedua tipe kepribadian. Misalnya saja, kamu bisa menjadi pusat perhatian di tengah pesta, bercerita di hadapan orang banyak dan membuat mata tertuju padamu, namun di sisi lain kamu juga bisa menjadi tempat curhat dan mendapatkan kepercayaan dari banyak orang.
Sebagai hasilnya, seorang ambivert bisa lebih mudah memiliki keikatan yang dalam dengan seseorang. Sisi ekstrovert bisa membuatnya berinteraksi dengan banyak orang, sementara sisi introvert bisa membantunya untuk memelihara persahabatan lebih dekat.
Seorang ambivert dianggap lebih fleksibel, karena bisa berpindah-pindah antara intovert dan ekstrovert. Tergantung pada situasinya, hal ini bisa memberi tekanan lebih pada seorang ambivert. Kadang mereka terlalu fokus untuk menjaga keseimbangan tersebut, sehingga bisa menyebabkan dirinya merasa lelah.