Masa remaja menjadi masa yang tidak kalah pentingnya dalam tumbuh kembang seorang anak. Pada masa ini, manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja tidak lagi bisa disebut sebagai anak-anak, tetapi mereka juga belum bisa dianggap sebagai orang dewasa sepenuhnya.
Wajar saja, pada masa ini banyak anak yang merasa terkejut dan kebingungan dalam menerima perubahan dalam dirinya. Remaja tidak hanya mengalami perubahan secara fisik, tetapi juga perubahan secara mental. Tak jarang, gangguan mental sering dialami para remaja dan sering dianggap biasa oleh orangtua.
Gangguan mental yang tidak segera ditangani nyatanya bisa memberikan dampak besar dalam pertumbuhannya menjadi orang dewasa dan mempengaruhi kesehariannya. Maka dari itu, peran dan pengawasan orang tua masih menjadi faktor penting dalam menghadapi dan menjalani masa peralihan tersebut. Untuk mengurangi resiko itu, berikut ciri-ciri gangguan mental pada remaja yang wajib orangtua ketahui.
1. Perubahan emosi yang ekstrem
Masa pubertas sering kali disebut sebagai masa yang berapi-api. Orangtua akan mendapati anak mereka memiliki perubahan emosi secara drastis. Remaja biasanya akan menjadi lebih sensitif dari biasanya.
Dalam satu waktu, anak bisa merasa teramat sedih hingga membuatnya murung. Tapi detik berikutnya, anak bisa berubah menjadi amat marah dan meledak-ledak tanpa alasan yang jelas. Bahkan lebih parahnya, mereka bisa tiba-tiba merasakan kekosongan dan rasa tidak berharga dalam dirinya.
Meski sering terjadi, jangan menganggap biasa perubahan emosi yang ekstrem ini. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, hal ini bisa mengarah pada gangguan mental berupa depresi.
2. Jadwal tidur dan makan terganggu
Banyak orangtua menganggap kegiatan begadang yang dilakukan para remaja adalah hal yang lumrah. Namun, jika terjadi dalam kurun waktu yang lama bisa jadi hal ini merupakan pertanda bahwa anak sedang mengalami gangguan mental.
Gangguan tidur seperti sulit untuk tidur, terlalu banyak tidur atau bahkan tidak bisa tidur sama sekali menandakan bahwa keadaan psikis anak sedang terganggu. Tidak hanya jadwal tidur, perubahan pada pola makan juga bisa menjadi pertanda.
Hilangnya nafsu makan pada anak hingga berat badannya turun secara drastis, atau sebaliknya, makan berlebihan hingga obesitas bisa menjadi hal yang harus diwaspadai para orang tua. Perubahan-perubahan ini juga bisa mengarah pada depresi atau bahkan gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia.
3. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku yang tidak wajar pada remaja juga harus menjadi perhatian khusus bagi para orangtua. Remaja bisa tiba-tiba memberontak, mengamuk, dan mudah tersinggung pada hal-hal kecil. Bahkan, mereka bisa tiba-tiba menarik diri, kehilangan minat pada hal atau kegiatan favoritnya, serta kesulitan bersosialisasi dengan lingkungan.
Perilaku-perilaku ini merupakan ciri-ciri gangguan mental pada remaja. Beberapa perilaku bisa merujuk ke gangguan kecemasan sosial atau fobia sosial. Mereka merasakan kecemasan berlebihan di sekitar orang lain, merasa takut akan penolakan serta memilih untuk menghindari tempat ramai.
4. Prestasi akademis menurun
Mungkin terlihat sepele, tapi ternyata mengalami penurunan nilai akademis juga bisa menjadi salah satu efek dari adanya gangguan mental pada remaja. Jangan langsung memarahi anak jika mereka mengalami penurunan nilai akademis. Sebenarnya banyak faktor yang bisa memengaruhi hal ini terjadi.
Misalnya saja, hilangnya motivasi remaja untuk melakukan sesuatu bisa memengaruhi bagaimana mereka menjalani kesehariannya khususnya bersekolah. Sulit untuk berkonsentrasi dan perubahan emosi juga ikut andil dalam penurunan nilai akademis, lho. Mungkin saja, para remaja sedang merasakan depresi atau kecemasan tertentu yang membuatnya tidak bisa menyesuaikan diri dengan kegiatan sehari-harinya.
5. Mengeluhkan sakit fisik
Tidak hanya perubahan dalam perilaku, gangguan mental pada remaja juga bisa menimbulkan rasa sakit pada fisik anak. Mereka bisa saja merasakan sakit pada bagian tubuh tertentu seperti sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung dan sakit perut.
Fenomena ini bisa menjadi ciri-ciri yang harus orangtua perhatikan. Jika mereka mengeluhkan badannya terasa sakit dan merasa kurang bersemangat atau bertenaga, orang tua bisa segera mencari pertolongan profesional. Bisa jadi ini merupakan pertanda depresi pada anak.
6. Melakukan tindakan Ekstrem
Banyak remaja yang mulai menarik diri dan diam-diam terlihat menyakiti tubuhnya. Pada tahap ini, orangtua harus mampu merangkul anak dan mencari pertolongan profesional untuk menangani perilaku ekstrem tersebut.
Tingkat depresi yang tinggi dan ketidakmampuan anak melampiaskan emosinya bisa memicu munculnya perilaku-perilaku membahayakan ini. Lebih parahnya, remaja bisa berpikir untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Itulah pembahasan mengenai ciri-ciri gangguan mental pada remaja. Masa pubertas menjadi periode yang sangat menantang bagi orangtua dan anak. Namun, masa ini juga bisa menjadi momen penting dalam mempererat hubungan antara anak dan orangtua.
Dengan kedekatan yang semakin terjalin, gangguan mental pada remaja akan dapat dikurangi dan dihindari. Saling terbuka dan memahami bisa menjadi modal utama yang baik untuk melalui masa remaja dan mengurangi munculnya gangguan mental.