Istilah cancel culture akhir-akhir ini sering muncul di media sosial. Namun, banyak orang yang masih belum memahami istilah tersebut. Biasanya, kata-kata tersebut muncul ketika ada seorang selebritas atau tokoh yang menjadi korban cancel culture.
Cancel culture adalah sebuah budaya boikot massal yang ditujukan kepada seseorang atau pihak yang bermasalah. Biasanya, hal itu didasari oleh perbuatan yang tidak bisa ditoleransi oleh banyak orang.
Fenomena pemboikotan semacam ini memang sudah ada sejak lama, tetapi kembali muncul ke permukaan usai banyaknya kasus cancel culture para selebritas. Sebenarnya, bagaimana penjelasan dan sejarah mengenai istilah ini?
Yuk, simak ulasan selengkapnya di bawah ini!
1. Apa itu cancel culture?
Cancel culture adalah bentuk pembatalan atau pengisolasian terhadap seseorang, biasanya selebritas atau tokoh publik yang bertindak di luar norma kesopanan.
Menurut kamus Merriam Webster, cancel dalam istilah ini berarti berhenti memberikan dukungan untuk seseorang. Sementara itu, cancel dalam budaya pop diartikan dengan menarik dukungan untuk membatalkan tokoh masyarakat atau perusahaan usai mereka melakukan sesuatu yang tidak pantas atau menyinggung.
Misalnya, saat ada seorang selebritas yang menghina ras atau agama tertentu, maka masyarakat akan memboikot dengan cara tidak akan mengikutinya di media sosial atau menikmati karya-karyanya lagi. Cancel culture juga bisa ditunjukkan melalui media sosial, misalnya Twitter, dengan cara mengajukan petisi.
Tujuan dari cancel culture ini adalah untuk menghilangkan pengaruh seseorang karena perilaku dan perkataannya yang tidak selaras dengan norma-norma yang berlaku.
2. Asal mula cancel culture
Asal mula cancel culture muncul tahun 2014 dalam kaitannnya dengan gerakan #MeToo, yakni protes untuk korban pelecehan seksual. Pada tahun tersebut, seorang aktivis bernama Suey Park menunjukkan tweet rasis mengenai orang Asia dari akun Twitter resmi The Colbert Report melalui hashtag #CancelRobert.
Perbuatan tersebut kemudian menimbulkan kemarahan publik kepada Stephen Colbert. Kemudian pada tahun 2015, konsep cancel culture ini menyebar di media sosial.
Pada tahun 2017, cancel culture kembali mencuat karena terungkapnya kasus pelecehan seksual Harvei Weinstein. Mereka para tokoh publik maupun selebritas yang terlibat kemudian ramai-ramai ditolak oleh masyarakat, mulai dari dilarang untuk tampil di hadapan publik sampai menolak karya-karyanya.
3. Pengaruh atau dampak cancel culture
Ada bermacam macam dampak yang dirasakan dari budaya ini, beberapa dampak cancel culture adalah pembatalan kontrak kerja sambai berakibat pada kondisi mental seseorang.
Meski terkesan sepele karena ditujukan pada seseorang saja, tetapi cancel culture juga bisa berkembang menjadi budaya yang toxic. Misalnya, saat seseorang kemudian main hakim sendiri di media sosial hingga mengarah pada bullying.
Mereka yang mengalami cancel culture akan merasa dirinya tidak berguna. Jika sampai berlarut-larut, tindakan bunuh diri bukan tidak mungkin bisa terjadi.
Meski demikian, cancel culture juga bisa menjadi sarana untuk korban supaya bisa menyadari kesalahannya. Dengan begitu, mereka akan mengambil langkah yang tepat supaya tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.
Bukan hanya bagi korban dan pelaku saja, cancel culture juga bisa membawa dampak pada pengamatnya. Sebab, orang yang menyaksikan fenomena tersebut bisa mengalami cemas dan khawatir akan ditinggalkan oleh orang lain.
Namun, kamu bisa mencegah dampaknya dengan cara membiasakan diri untuk berpikir dua kali sebelum mengunggah konten di media sosial, membiasakan kritik yang wajar, dan melakukan detoks media sosial.
4. Contoh cancel culture
Salah satu contoh cancel culture adalah saat penulis Harry Potter, JK Rowling, menghadapi kritik keras dari para penggemarnya sejak ia memulai untuk menyuarakan dukungan pada transfobia.
Di Indonesia, istilah ini kemudian ditunjukkan masyarakat dengan cara memboikot produk suatu perusahaan. Tak hanya itu saja, cancel culture juga ditujukan kepada selebritas karena menghina atau merendahkan orang lain.
Dikarenakan perbuatannya itu, masyarakat kemudian memboikot dengan cara tidak pernah menonton siaran seleb tersebut hingga kemudian pihak stasiun TV memecat atau menghentikannya.
Jadi, dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa cancel culture adalah memboikot seseorang atau pihak tertentu sebagai bentuk tindakan atas perbuatan mereka yang tidak bisa diterima. Cancel culture juga bisa memberikan dampak yang signifikan bagi para korbannya.