Bela, kisah ini mungkin pernah juga kamu alami. Dulunya, mereka bilang aku tidak peka dengan sekelilingku. Mereka bilang aku terlalu polos untuk membedakan rasa cinta atau sekedar kagum biasa. Mereka bilang aku terlalu cuek pada sang Adam. Mereka bilang aku terlalu bahagia dengan duniaku sendiri. Aku bahagia dengan duniaku sendiri. Aku menikmati masa-masa kebersamaan dengan mereka yang berada di sekelilingku. Kemudian kau pun datang.
Kau datang di masa yang cukup ketika jadwalku mulai dipenuhi dengan undangan pernikahan teman-temanku. Kau datang disaat aku sedang merancang masa depanku. Hingga aku membayangkan indahnya jika kita bisa saling berbagi masa depan. Inikah yang namanya cinta? Mungkinkah kau cinta pertamaku? Akankah kau juga menjadi cinta terakhirku?
Aku jatuh cinta padamu karena ada apanya
Aku jatuh cinta padamu bukan karena garis keluargamu, harta atau tahtamu. Aku jatuh cinta pada kepribadianmu, pada cintamu yang begitu besar padanya. Aku terpesona pada tatapan matamu yang memancarkan kerendah hatian dan selalu memandang setiap orang tanpa membandingkan. Aku terpesona pada ketenangan lisanmu yang tidak pernah berucap janji melainkan ucapan syukur dan kata-kata kebaikan yang memotivasi. Aku terpesona pada tanganmu yang selalu ringan terulur untuk membantu sesama. Aku terpesona pada hati dan pikiranmu yang selalu terpaut pada-Nya. Aku termotivasi pada setiap langkahmu yang mantap menjalani hidup sesuai caramu sendiri meski tidak sedikit orang yang memandangmu sebelah mata. Aku kagum pada semangatmu, seorang lelaki sederhana yang gigih berjuang untuk hidup mandiri, menyejahterahkan diri, keluargamu dan bermanfaat bagi sebaik-baiknya manusia. Aku jatuh cinta pada segala kualitas kebaikan di dalam dirimu yang terus kau asah.
Aku jatuh cinta padamu apa adanya
Aku tahu tidak ada manusia sempurna di dunia ini. Begitupun dengan kamu dan aku. Aku tahu dibalik tatapan hangatmu terpancar kesedihan akan sebuah permasalahan hidup. Dibalik senyum ceriamu tersirat bekas luka masa lalu. Dibalik semangatnya dirimu, kutemukan rasa lelah yang juga menghinggapimu. Kau hanya manusia biasa bukan dari kalangan jutawan, tapi aku tahu dirimu sangat dermawan. Sering segala usaha dan kerja kerasmu berakhir gagal, sering kau berbuat salah, terlambat datang di suatu acara, lupa membawa uang ketika bepergian sehingga kau harus kembali ke tempat tinggalmu, terjatuh ketika akan menendang bola, lupa akan telepon genggamu yang ketinggalan di meja dan bahkan usaha humormu sering berakhir garing. Namun, itulah dirimu, seorang lelaki yang menjadi dirinya sendiri sehingga membuat aku jatuh cinta.
Aku harap diam-diam kita saling mendoakan untuk bersama di masa depan
Jatuh cinta padamu telah mendewasakanku. Membuatku lebih menyayangi diriku sendiri sekaligus melihat sisi lain kehidupan yang meningkatkan rasa kepedulianku kepada sekelilingku. Jika aku diizinkan Tuhan untuk bertemu jodohku di dunia ini, aku berharap ia adalah kau, cinta pertamaku dan kuharap akan menjadi cinta terakhirku. Kita berdua hanyalah manusia yang banyak kekurangan dan masih harus banyak belajar tentang kehidupan. Namun aku yakin ketika bersama, kita akan menjadi pembelajar yang hebat, saling mendukung harapan, memacu potensi, merajut masa depan sehingga kita bisa mengangkasa bersama. Ya, semoga Tuhan merestui hubungan kita pada waktu yang tepat dalam ikatan janji suci yang sah. Sampai saat itu tiba, mari kita mempersiapkan bekal diri agar kita bisa mengangkasa bersama hingga ke surga.
photo credit: I am Number Four/Walt Disney Studios/www.imdb.com
BACA JUGA: Kalau Dia Mencintai 17 Hal Ini Tentang Dirimu, Jangan Pernah Lepaskan Dia!
Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.