Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Ini Bedanya Percaya Kata Insting dengan Sembarangan Menilai Orang

Jangan sampai jadi orang yang tipe kedua ya, Bela

Elga Windasari

Percaya insting disebut tidak bisa diandalkan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah membuktikan kemanjuran insting yang sangat nyata.

Studi menunjukkan bahwa memasangkan insting dengan pemikiran analitis menghasilkan keputusan yang lebih cepat dan akurat.

Lagi pula, usus disebut sebagai "otak kedua" oleh para ilmuwan karena sekitar 100 juta neuron yang melapisi saluran pencernaan ini sangat sensitif.

Meskipun ini kabar baik, tetapi semakin diterimanya penggunaan intuisi sebagai panduan mungkin memiliki efek samping yang tidak diinginkan.

Disebutkan, semakin kita merasa mampu mendengarkan—dan mempercayai—insting, semakin kita siap untuk menjadi orang yang suka menghakimi.

Memahami perbedaan antara insting dan sembarangan menilai orang

freepik.com/benzoix

“Memercayai insting sering kali lebih merupakan perasaan daripada proses berpikir. Kita mungkin merasa tidak nyaman atau ada sesuatu yang tidak beres,” kata psikolog berlisensi, Jessica Rabon, PhD.

Sebaliknya, bersikap menghakimi adalah tentang membentuk opini atau menarik kesimpulan tentang orang atau situasi lain, daripada bagaimana perasaanmu terhadap mereka.

Jadi, insting dapat membuatmu berkata, "Aku punya firasat buruk tentang orang ini". Sementara penilaian yang menghakimi membuatmu berkata, "Orang ini tidak sopan."

Sering terjadi dan tidak disadari

Cottonbro/Pexels

Adia Gooden, PhD, psikolog klinis berlisensi, menambahkan bahwa penilaian sering kali merupakan lapisan tambahan yang diterapkan seseorang, terutama perempuan, pada instingnya.

Misalnya, sejak awal kamu sudah memiliki firasat kencan pertama sudah tidak benar.

Kemudian kamu memberikan penilaian tambahan setelah pasangan kencan datang terlambat lima menit, restoran yang dipilihnya tidak oke, dan tidak suka cara berpakaiannya.

Ini sering terjadi secara alami dan tidak sadari.

Kamu mungkin melakukannya pada sahabat karena dia terus berhubungan dengan seseorang yang toxic. Kamu melakukannya pada rekan kerja saat dia memaksa mengadakan rapat.

Bahkan, kamu bisa melakukannya pada orang yang tidak dikenal sekalipun.

Apa yang harus dilakukan jika kamu mulai sembarangan menilai orang?

bestlifeonline.com

Menurut Dr. Jessica, menilai orang lain dapat membantu menjalani hidup, menentukan teman dan hubungan romantis yang dimiliki, atau pekerjaan yang ingin dilamar. Namun, tidak jarang cara penilaian disajikan dan disampaikan bisa menjadi masalah.

“Menjadi terlalu menghakimi dapat berkontribusi pada diskriminasi atau kebencian dan memperburuk atau memicu kecemasan dan ketakutan yang berdampak negatif pada kesehatan mental,” jelas Dr. Jessica.

Lagi pula, saat menilai orang lain secara berlebihan, otak menjadi lebih selaras untuk menemukan hal negatif pada orang lain sehingga mengarahkan diri untuk menemukan lebih banyak hal negatif pada diri sendiri.

Kalau sudah seperti ini, apa yang harus dilakukan?

1. Perhatikan apa yang memicu perilaku tersebut

Pexels.com/Polina Zimmerman

“Langkah pertama untuk tidak menilai sembarangan adalah dengan meningkatkan kesadaran diri tentang penilaian yang dilakukan,” kata Dr. Jessica.

Pikirkan apa yang membuatmu memiliki pemikiran menghakimi serta emosi apa yang kamu rasakan sebelum, selama, dan setelahnya.

Dengan memikirkannya, kamu mungkin menyadari penilaian sembarangan muncul di lingkungan atau di sekitar orang-orang tertentu dalam hidup. Bisa juga kamu lebih mudah melakukan penilaian karena terlalu lelah.

2. Lepaskan penilaian diri

Shutterstock/aslysun

Orang sering lebih menghakimi dirinya sendiri daripada orang lain. Itulah sebabnya Dr. Adia mendorong kliennya untuk mencoba mendapatkan akar dari perilaku menghakimi.

“Katakanlah kamu pergi ke pesta dan menilai seseorang dari caranya berpakaian. Tanyakan pada diri sendiri mengapa hal itu terjadi. Apakah kamu juga menilai diri dari penampilan tubuhmu?” katanya.

Cara mengatasinya adalah dengan berbelas kasih pada diri sendiri. Dengan begitu kamu bisa lebih berbelas kasih kepada orang lain.

3. Positive thinking

Pexels.com / Radu Florin

Misalnya, kamu melihat seorang ibu mendorong anaknya di ayunan taman bermain sambil menatap ponselnya. Kamu mungkin pada awalnya berasumsi bahwa dia adalah orangtua yang "buruk".

Namun, cobalah untuk positive thinking dan mempertimbangkan kembali alasan si ibu melakukan itu. Mungkin saja dia sedang mengurusi pekerjaannya yang tidak bisa ditinggal atau bahkan sedang chatting dengan suaminya.

4. Menerima

Pexels.com/Maria Orlova

Ini adalah kunci untuk melepaskan penilaian sembarangan pada orang lain.

“Kita tidak bisa mengendalikan perilaku orang lain, tetapi hanya cara kita menanggapinya. Begitu kita menyadari bahwa ada begitu banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan, akan lebih mudah untuk menerima orang dan situasi apa adanya,” jelas Dr. Jessica.

Cara penting untuk bisa menerima adalah dengan bertemu atau belajar budaya dan pengalaman yang berbeda.

5. Tetap percaya dengan insting

freepik.com/diana.grytsku

Saat membuat penilaian, cobalah untuk terlibat dengan insting yang dimiliki. Barulah setelah itu buat penilaian bersama-sama.

Dr. Adia suka "mendengarkan" insting untuk menentukan dengan lebih baik apakah penilaian yang dilakukannya berada di jalur yang benar.

“Kita sering tahu apakah wawancara kerja berjalan dengan baik atau jika ingin kencan kedua. Ketika kita bertanya pada diri sendiri, kita biasanya dapat mendengarnya di dalam hati. Biarkan itu memberitahumu,” ujarnya.

IDN Channels

Latest from Single