Cinta platonis diambil dari nama filsuf terkenal Yunani bernama Plato. Plato menulis definis cinta dalam karyanya, Symposium, berisi dialog dalam sebuah acara di mana para tamu memberikan pidatonya untuk menghormati Dewa Eros dan mulai berdebat tentang makna sesungguhnya dari cinta.
Sebenarnya, dialog Plato diarahkan pada hubungan sesama jenis, seksual, dan sebaliknya, tapi pada zaman Renaisans, cinta platonis berubah menjadi hubungan heteroseksual non-seksual yang kita kenal sekarang.
Awalnya, cinta platonis adalah cinta yang tidak vulgar, artinya tidak berpusat pada nafsu atau keinginan memenuhi kebutuhan duniawi. Sebaliknya, cinta tersebut menginspirasi keinginan untuk mengejar sesuatu yang lebih mulia. Cinta platonis pun dianggap bisa memberikan yang terbaik bagi kedua orang yang merasakannya.
Namun di zaman modern seperti sekarang, cinta platonis biasanya terjadi di antara dua orang lawan jenis, yang memutuskan bahwa mereka saling memiliki kasih sayang, namun hanya berteman.
Dalam banyak kasus, ada orang yang begitu sayangnya dengan temannya itu hingga bersedia melakukan apa pun untuk menyenangkan hatinya, tanpa memiliki ketertarikan romantis maupun seksual.
Meski berbeda, arti cinta platonis sekarang ini masih memiliki makna seperti ide aslinya, yaitu cinta bisa sangat dalam dan intens, serta membentuk beberapa persahabatan terbaik dan terlama dalam hidup.
Lalu, apa yang membedakan cinta platonis dengan cinta romantis?
1. Merangkul konflik vs mencapai kompromi
Ketika Anda mencintai seseorang secara platonis, ketakutan akan konflik biasanya kecil. Pertengkaran juga jarang terjadi. Mungkin ada pertengkaran yang bertahan selama satu hari atau bahkan satu bulan, tapi kamu dan dia selalu bisa menemukan cara untuk kembali karena saling mencintai. Ketika bertengkar dan saling diam-diaman, pada saat itulah kalian sama-sama berkembang.
Namun saat kamu mencintai seseorang secara romantis, kompromi sangat penting bagi hubunganmu. Sangat penting untuk menjaga kebahagiaan satu sama lain. Bahkan, kamu akan berusaha untuk membuat pasangan lebih bahagia, sama halnya dengan pasangan kepadamu.
Pertengkaran dalam hubungan romantis adalah sehat, tapi perlu diingat kalau semua konflik harus mengarah pada komunikasi terbuka dan jujur. Jika terjadi sebaliknya, konflik yang tak bisa diselesaikan hanya akan menjadi beban dan menyebabkan hubungan toxic.
2. Bersikap jujur vs bersikap tenggang rasa
Memiliki tenggang rasa bukan artinya kamu harus berbohong demi kebaikan pasangan atau memberi ‘pemanis’ dalam setiap perkataanmu. Namun ketika kamu mencintai seseorang secara romantis, kamu akan memikirkan perasaan pasangan. Saat kamu memiliki sesuatu yang sepertinya sulit untuk diungkapkan, kamu akan memikirkan cara terbaik untuk bicara padanya atau menyusun pesan itu sesuai dengan emosi pasangan.
Berbeda saat kamu memiliki hubungan platonis, kamu akan merasa lebih bebas untuk bicara jujur dan apa adanya. Berbicara terbuka dan jujur, bagi kamu lebih penting ketimbang emosi yang timbul saat fakta diungkapkan. Tapi di sisi lain, dia akan tahu bahwa kamu akan selalu ada di saat mereka butuh seseorang untuk bersandar dan diandalkan.
3. Partner sehati vs hingga maut memisahkan
Sejujurnya, kedua jenis cinta ini bisa bertahan dalam jangka panjang, dengan cara yang unik.
Ketika kamu mencintai seseorang secara romantis dan mereka membuat keputusan yang meragukan, kamu akan mendukungnya dengan penuh. Sedangkan saat kamu mencintai seseorang secara platonis dan dia membuat keputusan meragukan yang sama, kamu mungkin akan jadi partner sehati dan melakukan hal serupa.
4. Fondasimu vs masa depanmu
Ketika kamu mencintai seseorang secara platonis, yang selalu ada dalam kehidupanmu, tak peduli apa yang terjadi, maka itu adalah sebuah hadiah. Kamu tak perlu memikirkannya terlalu banyak, karena dia bisa diandalkan.
Di satu sisi, hubungan romantis memiliki kemungkinan yang sangat banyak. Hubungan seperti ini memerlukan perencanaan, kreativitas, pilihan-pilihan, dan mengambil beragam keputusan. Kamu perlu setuju tentang arah hubungan kalian mau ke mana dan apa yang kamu inginkan setelah sampai ke tujuan itu.
Bisa dibilang, hubungan platonis menjagamu tetap membumi, sedangkan hubungan romantis memungkinkan kamu untuk bermimpi.
5. Tahan lama vs sensitif
Cinta romantis bisa sangat sensitif, penuh emosi, lembut, dan rapuh, yang sebenarnya bukan hal buruk. Cinta romantis juga bisa spesial, penuh gairah, dan pragmatis. Kamu bisa merasakan naik turun dalam kehidupan bersama pasangan romantismu. Itulah yang membuat cinta romantis dapat begitu memuaskan seseorang.
Sementara cinta platonis bisa sangat kokoh, tahan lama, dan tidak gampang goyah. Akan sangat sulit untuk merubuhkan sebuah hubungan platonis. Dengan begitu banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan dua orang tersebut, bisa saja hubungan platonis mereka tetap sama.
3 karakteristik utama cinta platonis
Jika dapat disimpulkan, maka ada empat karakteristik utama dalam cinta platonis.
1. Cinta platonis mendorong kejujuran tanpa filter
Kamu nggak perlu berpura-pura saat menjalin hubungan platonis. Kamu nggak pernah takut dia akan meninggalkanmu. Saat kalian bertengkar, meski saling berjauhan selama hitungan minggu hingga bulan, kalian bisa berbaikan dan kembali normal. Kamu nggak selalu menempatkan dirinya di atasmu, berbeda dengan cinta romantis di mana kamu lebih sering memikirkan perasaan pasangan ketimbang perasaanmu sendiri.
2. Cinta platonis menghargai batasan
Dalam hubungan platonis, kamu tahu batasan masing-masing. Kamu tahu kapan bisa mendobrak batasan itu dan kapan kamu harus menahan diri. Kamu pun lebih mudah percaya padanya, karena dia juga memiliki keyakinan yang sama denganmu.
3. Cinta platonis tak punya ekspektasi
Meski pertemanan adalah jenis hubungan yang saling memberi dan menerima, ketika kamu masuk ke dalam hubungan platonis, kamu akan berhati-hati untuk tidak terlalu menuntut. Hubungan platonis tak memiliki standar tinggi seperti saat kamu menjalin hubungan romantis.
Itulah penjelasan tentang cinta platonis dibandingkan dengan cinta romantis. Pernahkah kamu memiliki hubungan dengan cinta platonis, Bela?