Bagi orang yang belum juga menemukan jodohnya, menikah merupakan impian besar yang paling dinanti. Menurut pandangannya, dengan menikah, gugur satu kekhawatiran yang selama ini menjadi resahnya, menjadi doa setiap malamnya, menjadi tangis tanpa air mata dan suara ketika orang-orang mulai menggunjingnya, menjadi senyum tulus ikhlasnya saat mencoba berdamai dengan salah satu takdir Tuhan.
Jarang yang menyadari, pertanyaan kapan menikah, mengapa masih single, nanti jadi perawan tua, merupakan pertanyaan dan pernyataan mengusik. Bagi yang sudah berdamai dengan takdir-Nya, akan menjawab santai fenomena tersebut. Tapi bagi yang belum berdamai? Sadarkah jika kata-kata kita mengusiknya? Kata-kata kita menjadi penyebab tangisan malamnya yang panjang, kata-kata kita menjadi penyebab dia putus asa terhadap takdir Tuhan?
Maukah kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita sebabkan atas kata-kata kita? Mengertilah. Semua orang sudah memiliki waktunya masing-masing. Nggak mempercepat atau memperlambat. Biarkan ia berjalan sesuai masanya.
Ada yang ditakdirkan nggak menikah hingga akhir hayatnya karena mengurus orangtua dan keluarganya. Atau juga yang nggak kunjung menikah karena memiliki trauma hebat akan pernikahan dan lawan jenis. Ada lagi yang memilih sendiri karena cintanya yang terlalu besar pada kekasihnya yang meninggal duluan atau kepada mantannya yang menikah lebih dulu. Bagaimanapun juga, semua memiliki alasan yang harus kita hormati.
Berhentilah bertanya kapan menikah. Karena kita nggak pernah tahu sehebat apa perjuangannya mendekatkan ia dan jodohnya. Karena kita nggak pernah tahu pengorbanan apa yang sudah dia berikan dan sedekahkan. Karena kita nggak pernah tahu rencana apa yang sudah ia susun dan ternyata berbeda dengan rencana Tuhan. Karena kita nggak pernah tahu sesering apa dan sekhusyuk apa doanya yang selalu ia panjatkan. Dan karena kita nggak pernah tahu sedalam apa rasa ikhlasnya menerima ketetapan tersebut.
Untukmu yang masih sendiri, tetap tenang. Takdir-Nya pasti datang. Karena kita nggak pernah tahu mana yang akan datang lebih dulu. Selagi masih ada waktu, teruslah berusaha, berdoa, berencana, berharap dan bersyukur. Itulah sebaik-baiknya menunggu.