Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

5 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Film 'Pantaskah Aku Berhijab'

Mengangkat kisah yang penuh emosional

Adinda Tasya Mutiara

Film drama Indonesia bertajuk Pantaskah Aku Berhijab baru saja menyapa rekan media dan beberapa penonton pilihan dalam pemutaran perdana yang digelar Rabu (13/11/2024) di Epicentrum XXI, Jakarta. Karya terbaru sutradara Hadrah Daeng Ratu ini membawa penonton untuk menyelami kisah Sofi (Nadya Arina), seorang perempuan yang bergulat dengan konflik batin dalam perjalanan menemukan siapa dirinya sebenarnya.

Film ini diangkat dari kisah nyata yang secara garis besar menggambarkan proses berdamai dengan diri sendiri. Dari Pantaskah Aku Berhijab, para penonton bisa memetik banyak hal berharga soal perjuangan hidup sesungguhnya, lho. Yuk, simak 5 pelajarannya di bawah ini!

1. Hijab bukan sebuah paksaan

Dok. Poplicist

Dalam film ini, para penonton akan disuguhkan dengan cerita yang memperlihatkan Sofi (Nadya Arina) berjuang untuk menemukan makna hijab dalam hidupnya. Sofi sendiri memutuskan mengenakan hijab dikarenakan ada banyak permasalah dalam hidupnya, seperti masalah dari keluarga, tekanan dari lingkungan, dan konflik batin yang harus dihadapinya sendiri.

Sebenarnya, keputusan untuk mengenakan hijab bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan, melainkan perjalanan spiritual yang perlu didasari oleh pemahaman mendalam dan keikhlasan hati. Pesan ini mengajarkan bahwa proses mendekatkan diri kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang instan dan mudah. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing.

2. Mengetahui arti teman sesungguhnya

Dok. Poplicist

Melalui karakter Aqsa (Bryan Domani) dan Sofi, Hadrah Daeng Ratu selaku sutradara mencoba menyampaikan pesan yang mendalam tentang arti teman hidup yang sesungguhnya. Dalam film ini, para penonton akan melihat bagaimana hubungan antara persahabatan yang tidak hanya tentang kebahagiaan saja, tetapi lebih kepada penerimaan tanpa syarat terhadap kekurangan dan kelebihan satu sama lain.

Aqsa dan Sofi digambarkan sebagai sahabat yang saling mendukung dalam situasi apa pun. Mereka menjadi dua orang yang dapat menerima satu sama lain apa adanya, tanpa topeng atau basa-basi. 

3. Jangan menghakimi pilihan orang lain

Dok. Poplicist

Pantaskah Aku Berhijab mengajarkan para penonton soal jangan cepat menghakimi orang lain berdasarkan keputusan atau penampilan mereka. Hal ini berdasarkan kisah Sofi yang menghadapi banyak penilaian dari orang-orang di sekitarnya, padahal mereka mungkin tidak tahu apa yang sebenarnya sedang ia jalani. Daripada langsung menilai, lebih baik mencoba untuk berempati dan mendengarkan.

4. Tekanan sosial bisa menjadi beban berat

Dok. Poplicist

Film ini secara gamblang menunjukkan bagaimana tekanan sosial sering kali menjadi salah satu faktor yang menghambat seseorang dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan hatinya.

Dalam konteks berhijab, tekanan untuk mengikuti standar tertentu dari masyarakat atau keluarga bisa menjadi sangat membebani. Banyak yang akhirnya memilih untuk tampil sesuai ekspektasi orang lain, bukan karena dorongan dari dalam diri.

5. Penerimaan diri adalah kunci

Dok. Poplicist

Pada akhirnya, film ini menggarisbawahi pentingnya penerimaan diri. Perjalanan Sofi dalam tentang berdamai dengan dirinya sendiri, menerima kelebihan dan kekurangan yang ada, serta menjalani kehidupan tanpa terikat oleh standar atau ekspektasi orang lain.

Saat seseorang mampu menerima dirinya sendiri dengan tulus, hijab atau aspek lainnya dalam hidup, akan menjadi bagian dari ekspresi diri yang otentik. Pantaskah Aku Berhijab mengajak kita untuk terus belajar mencintai diri sendiri, mengenal siapa diri kita sebenarnya, dan berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita.

Itu dia 5 pelajaran yang bisa kamu dapatkan dalam film Pantaskah Aku Berhijab. Jangan lupa saksikan filmnya yang akan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 21 November 2024.

IDN Channels

Latest from Single