Mencintai dan dicintai merupakan hal terindah dalam kisah hidup manusia tentunya. Tapi jangan salah, meskipun indah, ternyata ada beberapa orang yang mengalami fobia akan cinta yang dikenal dengan istilah philophobia.
Berbeda dengan philophobia yang benar-benar enggan untuk jatuh cinta, ada kategori juga untuk kamu yang sedang melarikan diri dari yang namanya jatuh cinta. Kadang kita sendiri merasa bingung apakah kita philophobia atau kita hanya melarikan diri dari jatuh cinta. Kira-kira apa saja ya ciri jika kita tipe yang melarikan diri dari jatuh cinta, Bela?
Selalu memperhatikan dia, kadang membayangkan tapi kamu buru-buru menyangkalnya. Secara nggak sadar, orang sekitarmu melihat adanya perubahan fisik ketika kamu bertemu atau berkomunikasi dengan seseorang yang sebenarnya kamu sukai. Tapi logikamu berulang kali membantah. Kamu selalu menyangkal bahwa kamu menyukainya.
Salah satu cara logismu menyangkalnya adalah dengan selalu mencari kekurangan dan kesalahannya yang bisa membuatmu nggak suka. Pikiran seperti itu yang berulang dan selalu kamu tekankan itulah yang membuat kamu lebih setuju pada logikamu ketimbang hatimu.
Merasa nyaman sendiri dan merasa bisa melakukan apa pun sendiri membuatmu berpikir nggak sedang butuh pasangan. Tapi sebenarnya di lubuk hatimu yang paling dalam, kamu merasakan butuh perhatian dan kasih sayang dari lawan jenis. Secara nggak sadar juga kamu sering melamunkan jika kamu memiliki pasangan. Tapi sayangnya lagi-lagi kamu selalu menyatakan bahwa kamu nggak sedang mencari pasangan.
Sudah sewajarnya jika kita menyukai seseorang, kita selalu ingin tahu mengenai dirinya. Makanan apa yang ia suka, hobinya dan segala hal tentangnya. Ketika kamu menyangkal bahwa kamu jatuh cinta padanya, alam bawah sadar kamu sebetulnya peka akan setiap perubahan atau apa pun tentangnya. Namun kamu terus menyangkalnya.
Sikapmu terlihat seperti nggak peduli dan nggak tertarik. Kamu juga berusaha sesantai mungkin dengan lawan jenis dan berusaha menyamakan perlakuanmu padanya dengan lawan jenis lainnya. Jadi nggak akan ada yang curiga, bahkan kamu sendiri pun berhasil mengelabui perasaanmu.
Satu hal yang kamu hindari adalah karena kamu nggak ingin berkomitmen. Menurutmu, jika kamu berkomitmen dengannya, akan ada rasa kehilangan ketika kalian nggak bersama lagi. Jika berteman, kamu selamanya bisa menjadi teman, namun ketika sudah pernah menjalin hubungan dan putus, kalian nggak akan bisa berteman lagi. Itu sebetulnya yang kamu hindari. Nggak salah jika kamu selalu menyangkalnya.
Bertepuk sebelah tangan dan putus merupakan hal yang bisa melukai egomu. Untuk melindunginya, kamu selalu berpura-pura bahwa kamu nggak menyukainya ketika cintamu nggak berjalan mulus. Kamu mengakui pada orang terdekatmu bahwa perasaanmu padanya merupakan kesalahan.
Alih-alih mengakuinya, kamu malah menghindari segala hal yang sensitif apalagi menyangkut perasaan. Bagimu, perasaan dan emosi merupakan hal yang terlalu malu untuk dibicarakan.
Alangkah damainya jika kita bisa jujur pada diri sendiri. Mengakui bahwa kita memang mencintainya dengan tulus bukan berarti merendahkan harga dirimu kok, Bela. Kalau pun cintamu padanya nggak berbalas, kamu bisa belajar tentang hidup dari perasaanmu. Kedepannya kamu jadi bisa lebih menghargai lagi perasaan.