Memasuki usia dewasa, satu persatu kawan mulai memberikan undangan pernikahan kepada dirimu. Bukannya nggak turut bahagia, tapi ada perasaan gundah dan iri yang tanpa sadar menyapa. Ada sekelumit tanya yang hinggap di pikiran, "Kapankah giliran dirimu yang naik ke pelaminan?" Padahal, pasangan saja belum bertemu.
Terkadang, menghadiri pesta pernikahan jadi hal yang paling ingin kamu hindari. Melihat teman tersenyum bahagia dari atas pelaminan membuat hati ini menginginkan rasa bahagia yang sama. Apakah saat ini kamu tengah merasakan hal tersebut? Kesulitan mencari solusi untuk menghalaunya? Tenang, kamu bisa menghadapinya dengan tips ampuh di bawah ini.
1. Akui perasaan iri yang hadir, jangan ditolak
Saat mengalami gejolak emosi negatif, terkadang kita lupa kalau emosi tersebut merupakan bagian dari dalam diri. Emosi negatif sering kali diabaikan atau ditolak karena dianggap buruk oleh sebagian besar masyarakat. Padahal, untuk bisa menerima sebuah kenyataan, kamu perlu menerima, mengakui, dan memahami kalau emosi tersebut ada dalam dirimu.
Sama halnya dengan rasa iri, jika kamu merasa iri dengan pernikahan temanmu, maka akui saja kalau ada perasaan tersebut. Mengakui sebuah emosi negatif tak selalu buruk, kok. Justru, kalau kamu berani mengakui akan muncul perasaan lega dan kamu jadi tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk mengendalikan rasa iri tersebut.
2. Fokus terhadap kewajiban yang belum selesai
Usai mengakui rasa iri yang hadir dalam dirimu, saatnya kamu kembali fokus dengan hal yang belum terselesaikan seperti pendidikan yang masih ingin kamu raih, karier yang ingin kamu capai, orangtua yang ingin kamu bahagiakan terlebih dahulu, atau tanggungan adik yang masih perlu kamu biayai.
Kewajiban yang mungkin membuatmu tersadar bahwa masih banyak hal yang harus kamu lakukan sebelum melangsungkan pernikahan. Memang semua itu, terasa tak ada habisnya namun, alangkah baiknya kamu merasa 'penuh' terlebih dahulu daripada mengurusi perasaan iri terhadap teman yang lebih dulu menikah.
Jangan beranggapan, kalau menikah semua urusan terasa mudah dan hidup akan terlihat sempurna. Tapi, kamu mengabaikan kewajiban yang harus dipenuhi. Percayalah, akan ada masanya kamu berbahagia dengan apa yang kamu inginkan. Jika bukan sekarang, mungkin nanti.
3. Luangkan waktu untuk memantaskan diri
Dalam benak, kamu pasti pernah mempertanyakan "Mengapa temanmu mudah sekali mendapat pasangan?", sementara dirimu masih belum menemukan sosok pasangan yang tepat hingga saat ini.
Jika kamu memiliki pemikiran demikian, maka saatnya meluangkan waktu untuk memantaskan diri. Ada sebuah pepatah mengatakan jodoh adalah perihal cerminan dirimu. Makanya, nggak heran beberapa pasangan yang menikah memiliki sedikit kemiripan baik karakter, kepribadian, hobi, atau paras sekalipun.
Selagi kamu memiliki banyak waktu, lakukanlah proses pengenalan dirimu. Apa yang perlu diperbaiki dalam dirimu? Apakah yang perlu ditingkatkan dalam dirimu, entah kepribadian atau skill memasak, merawat diri, bangun lebih awal, atau membantu kedua orangtua. Coba pikirkan tentang hal-hal yang bisa membuat aura inner beauty terpancar.
Namun, ingat memantaskan diri bukan semata-mata untuk mengejar biar cepat menikah. Tapi, upaya ini dilakukan demi kebaikan dirimu sendiri dan menghindari pikiran iri soal status single yang masih melekat di dirimu, sekaligus tentunya menambah rasa percaya dirimu.
4. Perluas hubungan pertemanan dari berbagai kalangan
Ada kalanya kamu ingin cepat menikah tapi masih suka mengurung diri di kamar, enggan membangun hubungan pertemanan dengan siapapun. Kalau masih suka seperti itu? Kini, kamu perlu mengubahnya secara perlahan-lahan.
Dengan memperluas hubungan pertemanan, kamu bisa mengenal dan memahami lebih banyak karakter orang lain sehingga mempermudah kamu menjalin kedekatan dengan lawan jenis. Jadilah pribadi yang easy going dan mampu beradaptasi dengan siapapun sehingga lawan jenismu menjadi nyaman berada di sisimu.
Berawal dari teman cerita, teman dekat, lalu teman sehidup semati. Kamu nggak akan pernah tahu, pasanganmu kelak berasal darimana. Mungkin saja dari kenalan temanmu atau kenalan yang kamu dapat dari aktivitas relawan? Biasanya, sih, nggak jauh dari orang-orang terdekat.
5. Berusaha untuk tidak terburu-buru
Menikah bukanlah ajang perlombaan yang harus dimenangkan lalu didapatkan trofi penghargaan dengan predikat "menikah paling cepat". Hanya karena temanmu menikah lebih dulu, kamu jadi terburu-buru ingin melakukan hal yang sama.
Padahal, kamu belum benar-benar siap untuk menjalani biduk rumah tangga. Usahakan untuk tak terbawa emosi dalam mengambil keputusan yang diperlukan kesiapan matang. Orang sekitar boleh berkata "Kok, lama banget nggak nikah padahal udah lama pacaran?", "Mana nih, calonnya kok nggak keliatan?", "Kapan nyebar undangan?", namun yang menjalani semua itu adalah dirimu.
Jika kamu mengikuti perkataan orang lain terhadap dirimu, akan ada perkataan lain yang mengusik dirimu setelah menikah. Daripada sekadar membuktikan dan menuruti perkataan mereka, lebih baik kamu menenangkan pikiran sehingga tak salah langkah karena menikah adalah sebuah proses hidup yang sangat sakral dan kalau bisa, sekali dalam seumur hidup.
6. Bebaskan diri dari perasaan minder dan galau berlebihan
Memang, sih, melihat teman menikah kadang membuat diri merasa sedih dan galau karena temanmu sudah ada pendamping yang dapat menemaninya keman-mana. Sedangkan, dirimu masih sendirian atau pasanganmu terlalu sibuk dengan 'dunianya'.
Tak selamanya yang indah di depan matamu sama indahnya dengan kenyataan. Sendirian bukan berarti kamu kesepian. Kamu bisa melakukan berbagai kegiatan yang kamu suka seperti travelling, merajut, piknik di taman terbuka, staycation di pondokan yang tenang, atau membeli barang yang kamu inginkan, atau hal-hal sederhana yang membuat kamu kembali bahagia dengan dirimu.
Daripada membuang waktu dengan perasaan sedih dan galau berlebihan, bebaskan dirimu dari perasaan tersebut. Nikmati waktu bersama dirimu sendiri. Ayo, bahagia dengan dirimu sendiri sambil mencari pasangan yang dapat melengkapi dirimu.
7. Memahami bahwa jalan hidup setiap orang berbeda termasuk soal menikah
Tahukah kamu bahwa kamu tak dapat memaksakan diri jalan hidupmu sama dengan orang lain, termasuk menikah. Kamu tak bisa membandingkan pencapaian orang lain dengan pencapaian dirimu.
Jika temanmu menikah umur 25 tahun, namun kamu belum menikah di umur yang sama, itu merupakan hal yang wajar. Setiap orang punya jalannya masing-masing. Memang, sebagai seorang perempuan akan ada rasa khawatir terkait umur produktif kehamilan. Namun, bukan berarti kamu mesti 'berjalan' di pace orang lain.
"Segala sesuatu yang terjadi di hidupmu berjalan sesuai dengan waktumu. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka sesuai dengan waktu mereka. Semua sudah ada timeline-nya masing-masing begitupula dirimu. Bersabarlah. Belum menikah di usia yang diinginkan namun, masih bahagia itulah yang terbaik. Jangan biarkan orang lain membuatmu tergesa-gesa, mengikuti timeline mereka. Nggak semua hal dapat dihitung secara angka."
Ubahlah sudut pandangmu bahwa pernikahan seorang teman menjadi standar dirimu dapat bahagia. Dengan memahami jalan hidup setiap orang berbeda, kamu akan terhindar dari rasa iri yang berlebihan, Bela.