Perempuan berpura-pura mengalami orgasme palsu, ini adalah sesuatu yang sebagian besar kita pasti pernah mendengarnya. Apakah itu adegan film yang telah mengajari kita akan hal ini atau gagasan umum tentang ketidakpuasan perempuan di tempat tidur?
Orgasme palsu atau fake orgasm adalah tindakan berpura-pura mencapai klimaks ketika berhubungan intim dengan pasangan.
Sebenarnya setiap orang dari semua jenis kelamin dapat melakukan orgasme palsu, tetapi perempuan telah lama memiliki reputasi sebagai pemalsu terbesar. Bahkan, hal ini membuat banyak laki-laki selalu bertanya-tanya di tempat tidur apakah pasangan seksualnya memalsukannya atau tidak.
Seks tanpa orgasme itu seperti es krim tanpa es krim, musim hujan tanpa hujan, printer tanpa tinta dan hari libur nasional yang jatuh pada hari Minggu. Alias itu semua sia-sia dan membuat frustasi!
Seks yang baik hanya baik ketika seseorang telah mencapai orgasme terutama orgasme perempuan karena yang satu itu sedikit lebih sulit didapat. Kira-kira apa yang menjadi alasan perempuan melakukan orgasme palsu?
1. Karena takut
Beberapa perempuan memiliki pasangan yang mendominasi dengan temperamen pendek, masalah kemarahan, dan ketidakpekaan terhadap kebutuhan mereka. Jadi, ketika pasangannya itu mengetahui bahwa ia tidak dapat mencapai klimaks, pasangannya itu akan meneriakinya dan menuduhnya juga.
Maka, salah satu cara yang bisa dilakukan perempuan adalah dengan memalsukan orgasme dan membiarkan ego suaminya itu membengkak lebih jauh untuk menyelamatkan dirinya dari pelecehan, baik verbal maupun fisik.
Normalnya, jika berada dalam situasi seperti itu, maka pilihan terbaik adalah pergi dari hubungan tersebut. Namun sayangnya, statistik mengatakan bahwa kebanyakan perempuan yang memalsukan orgasme dalam situasi seperti itu melakukannya karena takut. Ya, mereka takut kalau tidak melakukannya, suaminya itu mungkin akan meninggalkannya.
2. Agar suaminya tidak kecewa karena merasa gagal
Alasan lainnya yang banyak diungkapkan perempuan yang melakukan orgasme palsu adalah demi menjaga perasaan suaminya. Kita mungkin sering mendengar pernyataan klise ini, 'perempuan memberikan seks untuk mendapatkan cinta dan laki-laki memberikan cinta untuk mendapatkan seks'.
Jadi, jika seorang perempuan tidak mencapai klimaks, dia mungkin membiarkan kebutuhan seksnya itu tidak terpenuhi dengan baik. Namun, mungkin sang suami memiliki tekad kuat untuk bisa membuatnya mencapai klimaks, padahal kenyataannya sang suami tidak pandai dalam hal itu. Dia tidak akan berhenti sampai dia selesai. Jadi, setelah dia tidak mendapatkan hasil apa pun, berpura-pura adalah satu-satunya cara perempuan bisa membuatnya berhenti.
Melakukan hal itu bukan berarti perempuan bermaksud merendahkan. Justru, ia menghormati dan mengagumi kegigihan suaminya. Orgasme palsu berguna untuk membuat suami merasa tidak gagal memuaskan istrinya.
3. Situasi hati yang buruk
Selanjutnya, kemungkinan alasan perempuan memalsukan orgasmenya juga tidak selalu karena suaminya, lho. Dalam beberapa kasus, kondisi pikiran yang kalut, stres, dan kecapekan bisa membuatnya nggak konsen dengan aktivitas hubungan intim yang sedang dilakukan.
Jadi, perubahan situasi mood inilah yang mendorong perempuan untuk melakukan orgasme palsu. Sebab, mereka sulit mencapai klimaks dan membuat hubungan intim berlangsung “datar” dan membosankan.
4. Psikis pikiran
Ini alasan yang menarik. Berpura-pura mengalami orgasme untuk menginduksi yang asli. Pernah mendengar ini sebelumnya? Orang tidak benar-benar menganggap ini sebagai alasan umum, tetapi sayangnya, memang demikian. Perempuan memalsukan orgasme karena mereka merasa seperti jika mereka melakukannya, yang asli akan datang kepada mereka secara alami.
Ini adalah salah satu cara dia berpikir dia akan mencapai orgasme besar. Cara ini bisa bekerja dengan baik, tapi sayangnya bisa menjadi bumerang juga. Sebab jika orgasme itu benar-benar tidak bisa muncul, ia mungkin akan berpura-pura sampai akhir, dan itu tidak menyenangkan.
5. Komunikasi yang lemah menyebabkan orgasme palsu
Semua hal di atas dapat dikaitkan dengan komunikasi yang buruk atau hubungan yang rapuh. Jika koneksi sudah matang dan berkembang ke tempat yang nyaman, jika dia tidak takut pada suaminya dan ego laki-laki tidak melilit kehebatan seksualnya, perempuan bisa lebih berani untuk jujur dan terbuka dengannya.
Namun, dalam budaya ketimuran, memang masih banyak perempuan yang merasa tabu untuk mendiskusikan hal ini, meskipun dengan suami sendiri. Mereka mungkin tidak tahu bagaimana membuat dirinya mencapai orgasme, tetapi malu mengatakannya pada suaminya.
Itulah beberapa alasan yang membuat perempuan melakukan orgasme palsu. Seks yang indah dapat menjadi hasil dari hubungan yang matang, ketika kedua pasangan dapat memiliki komunikasi yang jelas, terbuka dan jujur satu sama lain. Semoga kamu nggak harus melakukan orgasme palsu karena alasan-alasan di atas, ya.