Edukasi seksual di kalangan remaja kerap masih dianggap tabu dan tak layak dibicarakan. Padahal, edukasi seksual dipercaya bisa menjadi salah satu solusi utama untuk menekan tingkat penularan HIV/AIDS di kalangan remaja.
Memperingati Hari AIDS sedunia 2024, sekaligus bagian dari rangkaian peluncuran varian terbaru Okamoto 0.03 HA (hyaluronic acid) di Indonesia, produsen kondom kenamaan asal Jepang, Okamoto, menghadirkan program edukasi seksual Goes to Campus untuk meningkatkan kesadaran akan risiko kesehatan HIV/AIDS di kalangan remaja.
Simak keseruannya berikut ini, ya!
1. Masih banyak anak muda yang terjangkit HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global yang utama. Mengutip dari WHO, penyakit ini telah merenggut sekitar 42,3 juta jiwa hingga saat ini. Penularannya juga masih berlangsung di semua negara di dunia.
Diperkirakan ada 39,9 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2023, di mana 65% di antaranya berada di kawasan Afrika. Pada tahun 2023, diperkirakan 630.000 orang meninggal karena penyebab terkait HIV dan diperkirakan 1,3 juta orang tertular HIV.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2022 sendiri mencatat, kelompok usia 20-24 tahun menempati jumlah pengidap HIV/AIDS kedua terbanyak di Indonesia, hingga mencapai 16,1%.
2. Edukasi seks sebagai pemberi informasi bukan pendorong
Di luar negeri, edukasi seks sudah menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah untuk mengajarkan anak-anak tentang seks yang benar sejak dini. Hal ini termasuk memberikan informasi tentang bagian privat dalam tubuh seseorang sampai menjaganya.
Sayangnya, di Indonesia, topik ini masih dianggap tabu. Bahkan, tak jarang menyalahartikan edukasi seks atau artikel seputar seks lainnya sebagai pendorong aktivitas seks, bukannya sebagai informasi untuk melindungi dari banyak risiko yang akan terjadi, seperti penyakit HIV/AIDS.
Menyambut baik inisiatif Okamoto pada momentum Hari AIDS tahun ini, Febrizky Yahya selaku Konselor dan Sex Educator Tiga Generasi pun mengungkapkan bahwa kurangnya pengetahuan dan perilaku seksual berisiko merupakan dua hal utama yang masih menjadi penyebab tingginya angka penularan HIV/AIDS.
“Banyak pihak masih menyalahartikan edukasi seksual, padahal edukasi seksual bagi remaja sangatlah penting. Bukan untuk mendorong aktivitas seksual, melainkan untuk memberikan informasi yang benar dan melindungi mereka dari risiko yang mungkin terjadi,” ungkap Febrizky Yahya.
3. Okamoto hadirkan edukasi seks Goes to Campus
Dalam rangka memperingati Hari AIDS sedunia 2024, brand kondom Okamoto dari Jepang mengadakan edukasi seks Goes to Campus untuk memberikan penjelasan yang benar tentang seks itu sendiri dan meningkatkan kesadaran anak muda akan risiko kesehatan HIV/AIDS.
Ms. Holly Kwan selaku Senior Chief Marketer Okamoto Industries (HK) Ltd. menjelaskan, Hari AIDS sedunia yang jatuh pada 1 Desember lalu, setiap tahunnya diperingati sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran global akan risiko kesehatan HIV/AIDS.
“Kami memahami bahwa bukanlah hal yang mudah untuk membangun kesadaran akan risiko kesehatan HIV/AIDS di masyarakat dan kami pun turut merasa terpanggil akan hal tersebut. Oleh karena itu bersamaan dengan diperkenalkannya varian terbaru Okamoto 0.03 HA (hyaluronic acid), kami turut menghadirkan program edukasi seksual Goes to Campus, sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk turut berpartisipasi aktif dalam menurunkan angka penularan HIV/AIDS di Indonesia,” jelas Holly Kwan.
4. Luncurkan varian kondom terbarunya
Selain memberikan edukasi seks untuk para remaja, Okamoto juga meluncurkan varian kondom terbarunya yang dinilai lebih ramah di kulit. Holly Kwan pun mengatakan bahwa, kondom Okamoto jika digunakan dengan benar dapat membantu mencegah kehamilan dan mengurangi risiko penularan infeksi HIV/AIDS, serta infeksi menular seksual lainnya.
“Okamoto 0.03 HA (hyaluronic acid) merupakan kondom super tipis dengan ketebalan 0.03 mm yang konsisten dari ujung sampai pangkal, yang dilapisi dengan pelumas hyaluronic acid yang memberikan kelembapan lebih pada kondom untuk pengalaman seksual yang lebih berkesan bagi setiap pasangan. Sesi bercinta tidak akan sama dengan pengalaman melembabkan yang mendalam dan terasa seperti kulit,” tambah Holly Kwan.
Menurut penuturan dari dr. Agung Mohamad Rheza, Sp. D.V.E, hyaluronic acid sendiri adalah senyawa alami yang bisa menahan air agar tetap berada di dalam jaringan kulit dan menjaganya agar tidak mudah menguap ke luar tubuh.
Kemampuan tersebut membuat hyaluronic acid mampu menjaga kelembaban kulit. Oleh karena itu, Tak heran jika produk perawatan kulit yang memiliki kandungan hyaluronic acid ini sedang banyak diincar di pasaran.
“Seperti wajah, kulit area genital pun butuh kelembaban. Tingkat kelembapan kulit area genital sangatlah penting untuk kenyamanan saat berhubungan seksual. Ketika terlalu kering, kulit area genital akan rentan iritasi dan bisa menimbulkan risiko infeksi, terutama bagi perempuan,” kata dr. Agung.
5. Dua hal yang diharapkan turunkan angka penularan HIV/AIDS
Adanya edukasi seks serta keluarnya varian kondom Okamoto diharapkan dapat memberikan dampak positif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para anak muda, akan risiko berbahaya dari seks bebas dan penyakit HIV/AIDS.
“Sebagai brand kondom terkemuka di Jepang, Okamoto memahami pentingnya kenyamanan saat berhubungan guna menunjang pengalaman bersama pasangan yang lebih natural dan berkesan. Untuk itu, kami berharap diluncurkannya varian terbaru Okamoto 0.03 HA (hyaluronic acid) dan juga program edukasi seksual Goes to Campus ini bisa memberikan dampak positif terhadap tingkat kesadaran masyarakat akan risiko dari HIV/AIDS, sehingga angka penularannya pun bisa terus menurun,” kata Holly Kwan.
Itulah keseruan program baru dari Okamoto dan varian barunya yang diharapkan dapat kurangi penularan penyakit HIV/AIDS di kalangan anak muda.