Seksualitas adalah sesuatu yang telah dipelajari selama ribuan tahun dan merupakan dasar kehidupan. Tapi, hal ini masih dianggap tabu untuk dibicarakan atau diedukasikan. Tak jarang banyka mitos-mitos konyol yang hadir karena kurangnya edukasi tentang fakta-fakta dari seksualitas itu sendiri.
Di kalangan perempuan sendiri, hal ini juga masih banyak ditemukan. Terkadang norma, stigma, stereotip membuat mitos-mitos dikenal sebagai fakta. Nah, mengutip dari YourTango, ada 5 mitos konyol tentang seksualitas perempuan yang perlu kamu tahu.
1. Seks hanya untuk memuaskan kebutuhan laki-laki
Hasrat dan kesenangan perempuan biasanya dikaitkan dengan laki-laki atau dirancang untuk membantu atau memuaskan kebutuhan seksual laki-laki. Contohnya bisa kamu lihat, entah itu di televis, film, atau bahkan majalah perempuan. Padahal hasrat dan kesenanganmu itu juga untuk kamu sendiri, lho. Saat berhubungan seksual atau melakukan aktivitas seksual kamu juga harus bisa merasakan kenikmatan dan kesenangan.
2. Perempuan pantas dihukum karena melakukan hubungan seksual
Ini sering kali terjadi pada kasus-kasus pelecehan atau pemerkosaan. Sering kali kasus-kasus pengadilan yang melibatkan seksualitas perempuan secara rutin berujung pada penuntutan. Jika korban melapor, beberapa oknum justru malah menyalahkan korban yang dalalm hal ini para perempuan karena tak bisa merespons dengan penolakan.
Ada pula yang mungkin mengatakan bahwa perempuan yang menjadi korban juga menikmati, alhasil banyak gunjingan yang didapat dan rasa tidak ada yang membela. Ini bisa menimbulkan perasaan atau stigma bahwa perempuan pantas dihukum karena melakukan hubungan seksual yang juga menjadi senjata yang melawan diri sendiri.
Padahal, perempuan tidak pantas menerima itu, apalagi jika hubungan tersebut dilakukan atas paksaan dan kondisi yang terhimpit. Setiap korban dari pelecehan, kekerasan seksual, hingga pemerkosaan harus dibela dengan adil.
3. Seks adalah tentang prokreasi heteroseksual
Dalam perdagangan dan hukum, banyak perusahaan dan peraturan yang tidak ingin mendukung seksualitas perempuan yang ada di luar prokreasi heteroseksual. Prokreasi heteroseksual adalah hubungan suami istri yang bertujuan menghasilkan keturunan, sebagai generasi penerus.
Lantas makanya banyak orang atau perusahaan yang menolak KB atau aborsi, atau mungkin sex toys karena bertentangan dengan keyakinan perusahaannya. Ini dengan tegas membuat seksualitas perempuan terbatas pada fungsi biologisnya. Padahal seksualitas perempuan juga sebagai sarana rekreasi yang mengandung pengertian kesenangan, yang berhubungan dengan kenikmatan dan kepuasan seksual.
4. Keinginan sama dengan gairah fisik
Pada dasarnya ini sangat berbeda. Hasrat atau keinginan adalah perasaan "ingin" yang sangat kuat. Ini juga bisa disebut sebagai libido atau dorongan seksual. Gairah fisik memerlukan tanda-tanda fisik yang jelas dari respons seksual. Misalnya, klitoris menjadi sangat sensitif, vagina mulai basah, dan alat kelamin membengkak dan terlihat membesar dengan darah.
Edukasi seks di sekolah dan universitas biasanya hanya berfokus pada siklus respons seksual linier atau yang biasa saja. Itu akhirnya menimbulkan banyak miskonsepsi dan tak memperbaiki paradigma lama dan ketinggalan jaman.
5. Pengendalian kelahiran adalah cara cepat tanpa perhitungan tepat
Dalam pengobatan negara Barat, seksualitas bersifat patologis atau dengan pandangan sendiri yang kurang akurat. Banyak orang mencari solusi untuk memperbaiki reproduksi dengan cara yang cepat, seperti pil dan intervensi medis saat tidak ingin hamil.
Itu dibuat secara cepat tanpa memeriksa kembali kerumitan sebenarnya dari hasrat perempuan, kebutuhan seksualnya, atau pendidikan jangka panjang. Cara-cara ini sering kali dibuat tanpa melibatkan perempuan yang akan menerimanya dan bagaimana seksualitasnya sampai efek sampingnya nanti.
Itulah 5 mitos konyol terkait seksualitas perempuan yang perlu diketahui.