Bercinta merupakan rangkaian aktivitas di atas ranjang yang dilakukan secara intim dengan pasangan. Seks bukan hanya soal penetrasi dan orgasme. Pendahuluan yang dikenal dengan istilah foreplay adalah kunci kepuasan yang nggak boleh dilupakan. Karena melalui foreplay-lah, indera-indera kita menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan dan gairah muncul perlahan.
Salah satu tanda wanita sudah siap, dalam arti mendapat cukup 'pemanasan’ lewat foreplay, adalah Miss V yang basah sehingga bisa dengan nyaman lanjut ke tahap berikutnya yaitu intercourse tanpa rasa sakit. Banyak wanita pun setuju bahwa keahlian pasangan saat foreplay dan memanjakan mereka lebih utama dari ukuran Mr.P. Tapi, benarkah jika pria di Indonesia sulit memuaskan wanita?
Dalam acara Fiesta Flavalicious, seorang sexpert dan psikolog Elizabeth Santosa mengungkapkan alasan pria di luar negeri melihat foreplay sebagai hal yang sangat penting. Menggunakan negara Prancis sebagai contoh, Elizabeth mengatakan kalau keahlian dalam bercinta juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya. Prancis misalnya, sangat terbiasa dengan PDA (public display of affection) atau kemesraan di depan publik di mana memeluk dan mencium merupakan hal lumrah. Hal tersebut akan terlihat asing jika dilakukan di Indonesia oleh orang Indonesia yang memiliki budaya ketimuran yang kental serta norma agama yang kuat.
Nggak hanya itu, pendidikan seks sejak dini juga memengaruhi pemahaman seseorang. Seperti yang kita tahu, pendidikan seks di Indonesia masih amat rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Menurut Elizabeth, sebagian pria di Indonesia melihat foreplay sebagai sesuatu yang nggak perlu dilakukan lama-lama dan terkesan buru-buru untuk melakukan penetrasi. Salah satu faktornya karena kesibukan sehari-hari yang padat, kondisi jalan yang macet sehingga seks bukanlah hal penting yang perlu dilakukan dalam waktu lama. Hal ini bisa berdampak pada wanita yang sering nyeri akibat kurangnya pelumas alami yang keluar dari Miss V karena nggak cukup terangsang dan juga berdampak pada kehidupan seks. Padahal, foreplay adalah kesempatan mencari titik-titik sensitif pasangan dan perlu dilakukan secara rileks. Namun nggak semua pria Indonesia memiliki isu yang sama, lho.
Lalu, apa yang harus dilakukan? Pria diharapkan untuk nggak egois saat berada di ranjang. Luangkan waktu untuk mengeksplorasi titik-titik sensitif pasangan lebih lama dan lebih santai. Nggak hanya berhenti di foreplay dan penetrasi, pria juga perlu tahu pentingnya afterplay. Setelah 'bermain panas’, luangkan waktu untuk memanjakan pasangan, memberikan pujian serta mengungkapkan rasa sayang. Demi membangun kehidupan seks yang harmonis, wanita juga diharapkan lebih aktif menunjukkan kepada pasangan tentang perlakuan yang mereka inginkan dari pasangannya saat bercinta.