Apakah kamu pernah mendengar istilah vanilla shaming. Ini bisa berarti rasa malu yang berlebihan mengenai penilaian terhadap orang-orang yang memiliki kehidupan seks yang lebih tradisional.
Seksolog bersertifikat, Megwyn White, mengatakan bahwa ada banyak orang yang percaya bahwa seks konvensional membosankan, termasuk vanilla sex. Penilaian negatif tersebut terwujud dalam berbagai cara, seperti ejekan dan tidak jarang pengucilan.
Bagaimana jika pasangan termasuk orang yang melakukan vanilla shaming kepadamu? Apakah ada cara untuk mengatasi rasa malu ini dan membuatmu percaya diri dengan diri dengan preferensi seksualmu tersebut?
Berikut beberapa saran dari ahli yang bisa kamu coba lakukan.
1. Bicarakan tentang sexual shaming
Jika pasangan melakukan vanilla shaming atau sexual shaming apa pun, coba ajak dia mengobrol dari hati ke hati. Beri tahu kalau kamu memperhatikan komentar-komentar negatif yang dia berikan tentang preferensi seksualmu.
Sampaikan kepadanya bagaimana komentar atau tindakan tersebut berdampak negatif terhadapmu dan kemampuan dirimu untuk merasa nyaman saat berhubungan intim dengannya.
Jika pasangan memberikan tanggapan yang menunjukkan bahwa dirinya bersedia untuk lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan dan menghindari rasa malu yang berlebihan di kemudian hari, itu adalah permulaan dari perubahan yang sangat baik.
Setelahnya, pelan-pelan kamu juga bisa menjelaskan perilaku dan komentar seperti apa yang ingin kamu ubah darinya.
Beri tahu juga apa saja yang membuatmu merasa benar-benar merasa bersalah dan apa yang membuatmu bebas rasa malu saat berhubungan seks.
2. Tetapkan batasan seputar pembicaraan seks
Batasan adalah pedoman pribadi untuk berperilaku dan harus dikomunikasikan agar orang lain mengetahui bagaimana kamu akan bertindak dalam situasi tertentu.
“Batasan yang mungkin penting dalam hal ini termasuk tidak membuat komentar yang mempermalukan pengalaman seksual, keinginan, atau ekspresi satu sama lain,” kata terapis, Jessica Good, LPC.
Mematuhi batasan akan terlihat seperti ini: Saat kamu sedang mengobrol dengan pasangan dan dia mulai melontarkan komentar yang meremehkan atau mempermalukan preferensi seksual seseorang, kamu akan segera menghentikannya.
Katakan, “Aku nggak nyaman kamu ngomong begitu tentang orang tersebut. Kalau ini terus dilanjutkan, aku pergi saja.”
Dengan cara ini, pasangan jadi tahu batasan seputar pembicaraan seks yang kamu miliki sehingga akan meminimalkan interaksi dengan sexual shaming.
3. Terima preferensi seks dirimu
Terkadang, sexual shaming menjadi terlihat sangat normal sehingga kamu mulai menerapkannya pada diri sendiri dan ingin mengubah apa yang selama ini kamu sukai. Ini hal bermasalah yang perlu diubah.
Justru kamu harus menjadikan sexual shaming, termasuk vanilla shaming, sebagai pengingat bahwa preferensi apa pun yang kamu miliki—asalkan tidak merugikan orang lain—adalah valid dan dapat diterima.
Belajar menerima dan bangga dengan hasrat seksualmu. Ini menjadi bagian dari menolak rasa malu secara seksual dan mendapatkan kembali hakmu atas kenikmatan seksual.
Sebagai permulaan, kamu bisa belajar lebih banyak tentang seks, kesenangan, dan anatomi.
Pertimbangkan untuk membaca banyak literasi, menghadiri seminar atau webinar tentang seks secara positif, mengeksplorasi tipe kepribadian seks dirimu, atau menerima manfaat masturbasi sebagai cara untuk berhubungan kembali dengan dirimu secara seksual.
4. Carilah dukungan profesional
Jika rasa malu yang berlebihan menghalangi kemampuanmu untuk terlibat dalam aktivitas seksual atau intim, Jessica menyarankan untuk mencari dukungan dari terapis seks atau praktisi kesehatan mental.
Begitu juga jika kamu tidak dapat menghilangkan keyakinan bahwa preferensi seks milikmu membuatmu merasa kurang atau tidak cukup “baik” untuk menjadi pasangan seks yang menggairahkan.
Seorang profesional dapat membantumu melepaskan diri dari keyakinan berbahaya yang tertanam dalam diri akibat omongan orang lain. Dengan menjalani terapi, kamu bisa terhubung kembali dengan nilai dirimu, baik sebagai pribadi maupun makhluk seksual.
5. Evaluasi kembali hubungan
Jika rasa malu secara seksual merupakan masalah yang terus berlanjut dengan pasangan, mungkin ini saatnya untuk mempertimbangkan kembali hubungan kalian berdua.
“Jika kamu bisa mengungkapkan perasaanmu dan pasangan merespons dengan cara yang positif, ini menunjukkan bahwa dia mendengarkan sudut pandangmu dan bersedia mengubah perilakunya. Ini adalah tanda positif bagi hubungan,” kata Jessica.
Namun, jika dia terlihat tidak tertarik dengan apa yang kamu rasakan atau bahkan kekhawatiranmu, sebaiknya pikirkan untuk keluar dari hubungan tersebut.
Vanilla shaming atau sexual shaming tidak layak untuk kamu tanggung sebagai pengorbanan agar tetap menjalin hubungan. Pada akhirnya, penting untuk diingat bahwa menikmati seks vanila tidak ada salahnya karena itu salah satu rasa di antara banyak rasa.