Kamu mungkin sudah sering mendengar—atau bahkan melihat—teknik BDSM sebagai salah satu seni bercinta yang tidak biasa. Nah, jika kamu dan pasangan menyukai hal tersebut, mungkin kalian juga akan menyukai teknik BDSM khas Jepang ini.
Disebut dengan Shibari, ini adalah teknik bercinta erotis dari Jepang yang menggunakan tali sebagai alat permainannya. Tak hanya bisa meningkatkan membuat sesi bercinta menjadi panas, tetapi juga memiliki manfaat lain untuk hubungan kamu dan pasangan.
Penasaran ingin tahu lebih banyak mengenai teknik shibari ini? Berikut adalah beberapa informasi yang sudah Popbela kumpulkan dari berbagai sumber.
Apa itu Shibari?
Dilansir dari The Link, Shibari adalah seni ikat tali Jepang. Dimulai pada abad ke-13, hojojutsu atau mengikat tali digunakan untuk menahan dan menghukum tahanan. Teknik ini berkembang menjadi kinbaku sebagai seni erotis. Kinbaku-bi (緊縛美) diterjemahkan menjadi “keindahan mengikat dengan erat.”
Kinbaku dijuluki Shibari karena pindah ke dunia Barat dan berarti "mengikat." Hal ini mengacu pada simpul dan pola rumit yang digunakan untuk menahan dan memberikan sensasi erotis pada tubuh saat melakukan teknik shibari.
Sejarah Shibari yang menjadi teknik bercinta BDSM
Seperti yang disebutkan sebelumnya, teknik Shibari sebenarnya merupakan penggambaran dari perilaku tahanan dan penjahat di Jepang selama periode abad pertengahan dan Edo, yaitu sekitar tahun 1200-an hingga akhir 1800-an.
Seksolog dan penulis Seductive Art of Japanese Bondage, Midori, menjelaskan, “Shibari menambahkan imajinasi erotis yang lebih gelap dari orang-orang Jepang yang unik. Teknik sama halnya dengan alat-alat penjara Eropa abad pertengahan yang mengilhami BDSM, seperti cambuk dan borgol."
Semenjak Shibari mulai diadaptasi menjadi salah satu teknik bercinta a la BDSM—yang ternyata digemari oleh banyak orang, teknik ini semakin sering dimunculkan dalam adegan-adegan di film porno, gambar erotis, dan tempat hiburan dewasa di Jepang.
Begitu terkenalnya teknik mengikat pasangan saat bercinta ini di Jepang, saat perang dunia II beberapa tentara Amerika yang melihatnya secara diam-diam mulai memperkenalkan teknik ini di negaranya.
Memasuki era ‘90-an, teknik shibari semakin mulai dikenal di banyak wilayah luar negeri selain Jepang, bahkan hingga mulai meninggalkan jejak di dunia internet. "Hingga saat ini, teknik shibari telah berkembang menjadi teknik sensual yang menyenangkan di abad ke-21," tambah Midori.
Sebutan lain untuk Shibari dalam dunia BDSM
Dalam dunia BDSM, terdapat banyak sebutan untuk merujuk kepada satu teknik, termasuk shibari. Menurut Kitty Killin, seorang seniman dan instruktur shibari, sejumlah istilah untuk menyebut shibari dalam dunia BDSM di antaranya:
- Rigger atau rope top: orang yang mengikat
- Rope bottom atau bunny: orang yang diikat
- Floor tie: teknik shibari yang dilakukan di lantai
- Suspension: teknik shibari yang lebih sulit di mana tubuh akan diangkat menggunakan tali
- Self-tie: ketika seseorang mengikat dirinya sendiri
Pentingnya safe word dalam praktik Shibari
Bagi pecinta BDSM pasti sudah tidak asing dengan istilah safe word atau kata aman. Ini adalah sebuah kata yang wajib dimiliki oleh pasangan bercinta saat melakukan teknik BDSM untuk memberitahu kapan salah satu pasangan ingin berhenti atau melanjutkan “ritualnya”.
Nah, hal yang sama juga berlaku untuk shibari. Midori mengatakan bahwa pasangan yang ingin mencoba shibari, sangat penting untuk memiliki "kata aman" yang menunjukkan bahwa salah satu pihak ingin mengubah atau menyudahi permainan Shibari.
Biasanya, kebanyakan pasangan menggunakan isyarat lampu lalu lintas, yaitu hijau untuk tetap melanjutkan, kuning untuk menunjukkan batas maksimal diri, serta merah untuk berhenti saat itu juga.
Namun, jika tidak nyaman dengan istilah tersebut, Midori menyarankan untuk mencari kata-kata yang disesuaikan dengan kenyamanan diri dan pasangan.
Faktor yang membuat Shibari menarik dilakukan dengan pasangan
Sebenarnya ada banyak alasannya mengapa seseorang menyukai Shibari. Salah satunya adalah kepuasaan diri saat memegang kendali atau menyerahkan diri saat berhubungan seksual.
Beberapa orang juga menyebut bahwa sensasi sentuhan tali yang lembut sekaligus kasar pada kulit, bisa menimbulkan kepuasan seksual tersendiri. Bagi mereka, ikatan tali ini bisa terasa seperti pelukan yang nyaman dan erat.
"Bagi sebagian orang, teknik ini dapat meningkatkan sensasi seksual dan orgasme karena perubahan posisi tubuh dan kontraksi otot," jelas Midori.
Sementara menurut Kitty Killin, shibari dapat menciptakan keintiman bersama pasangan. "Sebagai rigger, mereka dapat mengeksplorasi dan memberikan banyak sensasi menyenangkan kepada pasangan bottom-nya, sesuai dengan yang diinginkan si bottom."
Bagi pasangan penyuka BDSM, salah satu pihak yang hanya ingin tunduk pada pasangannya saat berhubungan seksual, bisa memberikan sensasi yang indah, seksi, sakit, dan sekaligus menyenangkan.
Teknik Shibari bisa memperkuat hubungan dengan pasangan
Dengan segala perasaan positif yang disebutkan di atas, tidak aneh jika melakukan teknik shibari saat bercinta bisa memperkuat hubungan dengan pasangan. Namun, kuncinya adalah consent dari kedua belah pihak dan sama-sama menyukai apa yang dilakukan.
Selain itu, melakukan teknik ini tentu saja tidak akan secara otomatis memperkuat hubungan dengan pasangan. Tetap saja diperlukan komunikasi yang dilakukan sebelum melakukannya untuk mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai pasangan, serta obrolan ringan sesudah sesi bercinta yang dapat memperkuat hubungan.
Sebagai instruktur ,Kitty juga menyebut bahwa shibari merupakan teknik yang tepat jika seseorang ingin mempelajari tubuh pasangannya. Selain itu, shibari juga bisa menjadi cara yang tepat untuk membangun kepercayaan antar pasangan dan menemukan keintiman baru yang menarik.
Jadi, apakah kamu ingin mencoba melakukan teknik shibari bersama pasangan? Pastikan saja kalian berdua sudah mengerti mengenai teknik bercinta BDSM a la Jepang ini sebelum melakukannya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ya.