Saat ini, tersedia berbagai macam alat kontrasepsi wanita yang bisa digunakan untuk mencegah atau menunda kehamilan. Alat kontrasepsi (KB) ini akan menghambat pertemuan sel sperma dan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Selain itu, beberapa alat kontrasepsi juga akan menghambat pematangan sel telur agar tidak bisa dibuahi.
Setiap alat kontrasepsi memiliki cara kerja dan efek samping yang berbeda-beda sesuai jenisnya. Beberapa ada yang bekerja dengan mempengaruhi hormon, tetapi ada juga yang menghalangi secara fisik proses masuknya sperma ke vagina. Selain untuk mencegah kehamilan, beberapa alat kontrasepsi wanita juga bertujuan untuk melindungi diri dari infeksi virus, bakteri, atau parasit yang menular melalui hubungan seksual.
Lantas, apa saja jenis-jenis alat kontrasepsi wanita? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
1. Pil KB
Alat kontrasepsi wanita yang pertama adalah pil KB. Alat kontrasepsi yang satu ini mengandung hormon progestin dan estrogen yang berperan untuk mencegah terjadinya proses ovulasi. Umumnya, pil KB akan terdiri dari 21-35 butir obat yang harus dikonsumsi secara berkelanjutan selama satu siklus.
Pil KB mempunyai tingkat efektivitas yang tinggi dalam risiko kegagalan yang rendah. Mengonsumsi pil KB dapat membuat siklus menstruasi menjadi semakin lancar. Meski begitu, terdapat beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan, seperti jerawat, nyeri pada payudara, pembekuan darah, hingga tekanan darah tinggi.
2. KB implan
KB implan berupa alat kontrasepsi berukuran kecil yang memiliki bentuk seperti batang korek api. Jenis alat KB ini bekerja dengan mengeluarkan hormon progestin secara perlahan dan dapat mencegah kehamilan hingga tiga tahun.
Cara penggunaan dari KB implan adalah dengan memasukkan alat KB ke bagian bawah kulit pada lengan bagian atas. Jenis alat kontrasepsi wanita ini memiliki tingkat efektivitas yang tinggi untuk mencegah kehamilan. Di sisi lain, KB implan juga dapat menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan menimbulkan memar pada kulit yang baru dipasangkan implan.
3. Suntik KB
Suntik KB memiliki cara kerja yang sama seperti pil KB, hanya saja cara penggunaannya yang berbeda. Jika pil KB mengharuskan seseorang untuk meminum obat secara teratur, maka suntik KB juga harus dilakukan teratur sesuai periode penggunaannya. Adapun periode penggunaan suntik KB terbagi menjadi dua, yaitu setiap satu bulan dan 3 bulan.
Sebagai alat kontrasepsi, suntik KB memiliki kelebihan karena penggunaannya yang lebih praktis dengan tingkat kegagalan di bawah 1 persen. Sementara itu, efek samping yang ditimbulkan dari suntik KB adalah siklus menstruasi tidak teratur hingga keluarnya bercak darah.
4. IUD atau KB spiral
IUD (Intra-Uterine Device) atau yang lebih dikenal dengan nama KB spiral adalah alat kontrasepsi berbentuk huruf T yang diletakkan di dalam rahim untuk menghalangi sperma agar tidak membuahi sel telur. Terdapat dua jenis KB spiral yang umum digunakan, yakni IUD hormonal (berisi hormon progestin) dan IUD non-hormonal (terbuat dari tembaga). Jenis kontrasepsi yang satu ini bisa bekerja selama 5-10 tahun.
Meski memiliki kelebihan dapat bertahan lama, tetapi posisi alat KB ini bisa bergeser yang menyebabkan rasa kurang nyaman saat berhubungan seksual. Selain itu, IUD juga berpotensi dapat menimbulkan kram dan meningkatkan volume darah menstruasi.
5. Diafragma
Diafragma merupakan alat kontrasepsi wanita yang berbentuk seperti kubah dan terbuat dari karet. Cara penggunaannya adalah dengan menempatkan diafragma di mulut rahim sebelum berhubungan intim. Alat ini juga umumnya dikombinasikan dengan penggunaan spermisida.
Diafragma termasuk alat kontrasepsi yang harganya cukup terjangkau. Meski begitu, terdapat beberapa kekurangan dari alat KB satu ini, seperti pemasangannya yang harus dilakukan oleh dokter, tingkat kegagalan yang tinggi jika tidak digunakan dengan cara yang benar, hingga tidak memberikan perlindungan pada penyakit menular seksual.
6. Spermisida
Alat kontrasepsi ini berbentuk seperti krim, jeli, atau busa yang mengandung bahan kimia untuk mematikan sperma. Cara penggunaannya adalah dengan memasukkan spermisida ke dalam vagina 30 menit sebelum berhubungan seksual.
Meski termasuk alat kontrasepsi yang memiliki harga terjangkau dan mudah digunakan, tetapi spermisida juga memiliki beberapa kekurangan. Jika digunakan terlalu sering, alat kontrasepsi ini bisa menimbulkan iritasi pada organ intim. Selain itu, penggunaannya juga harus dikombinasikan dengan alat kontrasepsi, seperti kondom, karena tingkat kegagalannya yang mencapai 29 persen.
7. Kondom perempuan
Kondom tidak hanya menjadi alat kontrasepsi untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan. Alat kontrasepsi ini memiliki fungsi untuk menyelubungi vagina sehingga mencegah sperma membuahi sel telur. Penggunaannya pun cukup mudah karena terdapat cincin plastik di ujung kondomnya.
Kelebihan dari alat kontrasepsi yang satu ini adalah dapat menjaga suhu tubuh lebih baik dari kondom laki-laki. Meski begitu, efektivitasnya lebih rendah dengan tingkat kegagalan mencapai 21 persen bisa penggunaannya tidak sesuai.
8. KB permanen
Alat kontrasepsi wanita yang terakhir adalah KB permanen. Jenis KB yang satu ini bisa menjadi pilihan untuk pasangan yang tidak ingin memiliki anak lagi. Pasalnya, tingkat efektivitasnya mencapai 100 persen dan dapat dilakukan pada laki-laki atau perempuan.
Pada perempuan, KB permanen akan dilakukan dengan menggunakan metode tubektomi atau pengikatan tuba falopi. Tuba falopi adalah salah satu sistem reproduksi yang berperan penting proses pembuahan. Pengikatan bagian ini akan mencegah sperma membuahi sel telur. Sementara itu, KB permanen pada laki-laki dilakukan dengan vasektomi, yaitu memutus penyaluran sperma ke air mani.
Itulah 8 jenis alat kontrasepsi wanita beserta kelebihan dan kekurangannya. Sebelum memilih alat kontrasepsi, baiknya diskusikan dengan dokter atau tenaga medis lain untuk mendapat pilihan yang tepat sesuai kondisi tubuh. Semoga bermanfaat.