Banyak cara yang dilakukan manusia untuk emmenuhi kebutuhan mereka salah satunya diciptakan sex doll atau boneka seks. Sex doll sendiri kini mulai berkembang menjadi sexbot atau sex robot yang menuai banyak kontroversi khususnya di Jepang.
Dampak dari adanya sexbot bagi masyarakat Jepang adalah adanya penurunan tingkat kelahiran akibat dari menurunnya tingkat pernikahan di Jepang serta keengganan untuk memiliki anak. Sexbot ini menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan seks masyarakat di sana.
Sejarah sex doll
Dilansir dari bbok.com, sex doll sudah ada sejak zaman dahulu kala sejak tahun Masehi. Ovid dalam bukunya berjudul Metamorphoses menulis bahwa dulu terdapat pahatan perempuan yang diukir dari gading oleh Pygmalion bernama Galatea. Pygmalion ini kemana-mana selalu membawa Galatea, mulai dari memandikan, memberi makan serta tidur bersama bonekanya hingga boneka tersebut diubah menjadi kenyataan oleh Aphrodite. Nah, kisah ini jadi cikal bakal berkembangnya sex doll.
Pada abad ke 15, boneka seks pertama disebut Dame Ye Voyage di Prancis, Dama De Vinje di Spanyol, di mana boneka tersebut dibawa di perairan. Tahun 1941 barulah sex doll modern diciptakan NAZI agar para tentara nggak terkena sipilis pada masa PERANG DUNIA II.
Tahun 1996 sex doll realistis diciptakan yang diberi nama Leah dan dibuat oleh Matt McMullen, pendiri perusahaan Real Doll, salah satu perusahaan sex doll terkenal di dunia. Tahun 2009, sex doll berjenis kelamin laki-laki diciptakan oleh Jerman bernama Nax berbasis Android Sex Doll.
Tahun 2010, sex doll pertama dengan teknologi kecerdasan buatan di acara Adult Entertainment Expo di Las Vegas dikenalkan oleh Doug Hines, pemilik serta desainer TrueCompanion. Sex Doll tersebut dikenal dengan Roxxy, memiliki dua kepribadian. Satu bernama Wild Wendy berkarakter penyuka pesta serta liar dan Friggid Farah, tipe kutu buku.
Kini, boneka seks berkembang menjadi sexbot atau sex robot yang mulai dikembangkan mirip seperti manusia dengan penambahan kecerdasan buatan, mood serta dibuat dari bahan yang semirip mungkin dengan manusia secara visual.
Seberapa bahaya sex doll bagi kesehatan?
Banyak para pembeli dan pengguna sex doll ini berangggapan jika melakukan sex dengan sex doll lebih aman dibanding dengan manusia sungguhan. Selain lebih aman, nggak akan ada ikatan secara emosional jika melakukannya dengan sex doll, jadi hanya sebagai alat untuk pemuas kebutuhan sex saja dan pastinya nggak akan dipusingkan dengan kehadiran anak.
Fenomena boneka seks yang mulai dikenal dengan sebutan digisex ini sebetulnya secara psikologi memberikan dampak yakni berupa kelainan dan berpengaruh terhadap kesehatan mental pengguna.
Bahaya lainnya yakni dari bahan pembuatannya. Nggak semua orang cocok serta nggak menimbulkan alergi atau iritasi dengan bahan pembuat sex doll. Beberapa waktu lalu di Jerman sempat ramai tentang tuntutan kepada pemerintah untuk menyelidiki bahan kimia sex doll yang disinyalir bisa menimbulkan ketidaksuburan serta bahaya diabetes.
Selain itu, dampak bagi kesehatan lainnya yakni tertular penyakit kelamin akibat menggunakan sex doll yang nggak bersih atau pernah dipakai beberapa orang.
Fenomena boneka seks lainnya
Semakin berkembangnya zaman, tentu sama halnya dengan perkembangan sex doll yang kini lebih dikenal dengan istilah digisex robot. Robot-robot seks ini diberi kecerdasan buatan untuk bisa seperti layaknya manusia. Seperti bisa merespons saat diberi rangsangan dan sebagainya. Selain itu, ada fakta lainnya juga mengenai boneka seks di dunia, diantaranya :
- Spanyol memiliki rumah bordil sex doll bernama LumiDoll dengan tarif kurang lebih 1,6 juta rupiah untuk tarif perjamnya.
- Amerika Serikat memiliki sex doll canggih bernama Roxxxy yang diciptakan TrueCompanian yang bisa merasakan bahagia, lelah, sampai memiliki mood seperti manusia.
- Sex doll bisa dipesan dengan visual sesuai dengan keinginan pembeli.