Romantis! Ini Kumpulan Puisi Pernikahan Terindah

Makin syahdu nan romantis

Romantis! Ini Kumpulan Puisi Pernikahan Terindah

Pernikahan selalu identik dengan hari yang penuh kebahagiaan dan paling dinanti-natikan oleh semua orang. Hari pernikahan sejatinya dibalut dengan suasana romantis yang menyelimuti kedua pengantin. Salah satu cara menambah nuansa romantis tersebut ialah melalui puisi pernikahan yang dibacakan dalam momen bahagia tersebut.

Puisi dinilai memiliki cita rasa seni yang tinggi karena ditunjang oleh bahasa sastra yang selalu indah. Lewat puisi, seseorang dapat mengekspresikan perasaannya kepada pasangan secara terbuka. Terlebih lagi jika mengutarakannya tepat di hari pernikahan, di mana semua perasaan bercampur menjadi satu. Berikut ini Popbela telah merangkum kumpulan puisi pernikahan karya para penyair Tanah Air.

Undangan

Romantis! Ini Kumpulan Puisi Pernikahan Terindah

Dengan segala hormat 
Kami harapkan kedatangan Tuan, Nyonya, dan Nona 
untuk menghadiri kami dikawinkan…. 

Bahan roti dalam adonan 
tepung dan ragi disatukan. 
Pohonan bertunas dan berbuah 
benih tersebar dan berkembang biak 
di seluruh muka bumi. 

Tempat: 
Di Gereja St. Josef, Bintaran, Yogyakarta…. 

Rumah Tuhan yang tua 
pangkuan yang aman Bapa Tercinta 
Segala kejadian 
mesti bermula di suatu tempat. 
Pohon yang kuat 
berakar di bumi keramat. 

Waktu: 
Selasa, tanggal 31 Maret 1959 
jam 10 pagi, waktu di Jawa…. 

Hari baru terbuka 
menyambung lingkaran waktu 
berputar tak bermula 
Sejak cahaya yang pertama 
bumi dan lading telah diolah 
oleh tangan Sang Sabda yang Agung 

Dengan segala hormat 
kami ucapkan terima kasih 
sebelum dan sesudahnya.

— W. S. Rendra

Kakawin kawin

Aku datang. Aku datang padamu. 
Dengan pakaian pengantin. 
Kujemput kau ke rumahmu 
dan kubawa ke gereja. 

Aku datang. Aku datang padamu. 
Kubawa ke langit beledu. 
Fajar pertama kaum wanita 
kusingkapkan padamu dengan perkasa. 

Maka hujan pun turun 
karena hujan adalah rahmat 
dan rahmat adalah bagi pengantin. 
Angin jantan yang deras 
menggosoki sekujur badan bumi 
menyapu segala nasib yang malang. 
Pohon-pohonan membungkuk 
bamboo dan mahoni membungkuk 
segala membungkuk bagi rahmat 
dan rahmat hari ini 
adalah bagi penganti. 

Aku datang. Aku datang padamu. 
Dan hujan membersihkan jalanan 
Kuketuk pintu rumahmu 
dan rahmat sarat dalam tanganku. 
Kau gemetar menungguku 
dengan baju pengantin hijau 
dan sanggulmu penuh bunga. 
Permata-permata yang gemerlapan di tubuhmu 
bagai hatimu yang berdebar-debar 
gemerlapan 
menunggu kedatanganku. 

— W. S. Rendra

Nyanyian Para Malaikat

Di pagi penuh rahmat itu
seorang teman surgawi
memukulkan lidah lonceng
yang keras itu
ke dindingnya yang dingin.
Maka kami pun turun
ke bumi yang sedang mandi.
Dinginnnya!
Wahai! Wahai!

Sambil meluncur-luncur
di atas atap licin basah
dari gereja yang tua itu
kami tunggu
kedatangan sepasang pengantin
yang muda remaja
bagai mentari muda yang malu
di pagi dingin itu/
Dinginnya!
Wahai! Wahai!

Koster gereja yang rajin
telah siapkan roti dan anggur
untuk missa yang suci itu
sementara lilin-lilin telah dipasang
dan bunga-bunga bersebaran

Tuhan Allah Yang Esa
yang selalu dipuja
dalam mazmur bani Israel,
akan menyatukan dua remaja
dalam pelukan cintanya.
Ah, ya!
Dua orang pengantin remaja
akan berpelukan
dalam pagi yang dingin.
Dinginnya!
Wahai! Wahai!

Pagi yang dingin itu
adalah pagi yang mesra,
pagi bunga-bunga mawar,
pagi kemenyan dan kayu cendana.
Dalam sakramen telah disatukan:
dua badan satu jiwa
selapik seketiduran.

— W. S. Rendra

Sampan Kehidupan

Bersama putaran alunan waktu 
Teriring langkah kaki terbalut rindu 
Teduh senyumu hiasi cinta yang berlabuh 
Terpaku, hari yang kunanti telah menunggu 

Bersama siang dan malam yang berdekapan 
Merangkai lembar selimut kenangan 
Terpatri menjawab semua penantian 
Terpaku, cintamu menuntunku ke singgasana peraduan 

Padamu, yang selalu bersemayam 
Janji suci telah kau ikatkan 
Eja namamu telah kugenggam 
Mendayung bersama sampan kehidupan

— Ulviyana Herman 

Lengkung Janur Kuning di Depan Rumah

Semarak. 
Awan berarak, riang. 
Sabana menghijau. 
Kupu-kupu bersabda; "hari bahagia segera dimulai!" 

Perlahan, kuncup-kuncup doa mulai merekah. 
Wangi, semerbak aromanya melingkari sapta penjuru mayapada. 
Ranting-ranting bernyanyi. 
Dedaun menari, ikuti irama angin. 
 
Tidak ada pinta istimewa yang kuperbincangkan bersamaNya, tentangmu. 
"Berjuanglah untuk mimpi yang kelak menghantui" 
Kemudian, laut mensemogakan pintaku, lewat deburnya. 
Kerumunan riak putih di pantai, turut mengaminkan segenap pinta. 

Menjelang malam, langit meledakkan bintang-bintang. 
Purnama tersenyum. 
Sepi tak lagi sendiri. 
Kebahagiaan nan hakiki baru saja dimulai. 
"Selamat menempuh hidup baru"

— Pemadat Kata 

Di Bawah Langit Ada Cinta

Seketika dunia menjadi punya kita berdua 
Saat kau menghalalkanku dari orangtua 
Seperangkat alat salat jadi mahar cintamu 
Dan aku hanya perlu cinta untuk membeliku 

Lihatlah betapa banyak senyum yang mengiringi cinta kita 
Dengarlah betapa banyak doa yang diaminkan untuk kebahagiaan kita 
Bukan semata-mata asmara berbuah dosa 
Kini, asmara kita adalah ibadah penyempurna iman 

Di bawah langit cinta ini sudah kita abadikan rasa 
Dipersaksikan mata mata penuh cinta 

Dan di sinilah kita memulai bahtera rumah tangga 
Menjadi satu di dalam puas cita 

Kau dan aku jadi kita 
Dalam puas dan derita

— Unknown

Akad

Akan tiba saatnya 
Jiwa ini terlilit cinta 
Tak lagi cuman permainan 
Namun menjadi sebuah perjanjian 
 
Cinta tulus ini 
Terpadu termasuk didalam sebuah akad 
Perjanjian diri tuk saling setia 
Sehidup semati, mengumpulkan separuh jiwa 

Saat akad terucap, 
Resmi diri ini seluruhnya milikmu 
Resmi hidup ini ku serahkan untukmu 

Konsekuesikan ucap akad itu 
Sebagai wujud cinta kita 
Berjanjilah tuk katakan yang sebenarnya 
Bahwa kita saling cinta.

— Unknown

Nah, itulah 7 kumpulan puisi pernikahan terindah karya penyair Tanah Air. Mana yang paling romantis menurutmu, Bela?

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved